• Tiga •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

First Step Hospital, Seattle.

07:00 am.

Aula rumah sakit yang disewa dadakan oleh sang pendiri New Diamond Group, Matthew Harrison kini tampak ramai. Kegaduhan pun sempat terjadi tatkala awak wartawan saling berebut masuk ke dalam aula hanya demi mendapatkan kursi di jajaran terdepan sebelum konferensi pers dimulai.

Setelah dibantu oleh pihak keamanan rumah sakit, situasi akhirnya kembali terkendali. Pria bertubuh tambun dengan jas mahal berwarna hitam yang melapisi tubuhnya itu pun duduk pada kursi yang sudah disiapkan. Ada panggung kecil dan podium yang terlihat di depan ruangan. Sementara pendingin ruangan yang berada di sudut langit-langit, dirasa belum mampu mendinginkan isu panas tentang kematian Louis di laman sosial media yang bahkan masih berlangsung hingga kini.

Dilihat dari luasnya aula sendiri, rasanya menjadi pilihan tepat bagi Matthew Harrison melakukan konferensi pers tersebut. Alexandra kemudian ikut duduk bersama Charlie tepat di sebelah Matthew dan dua bodyguard bersiaga di sisi mereka. Wanita berambut brunette itu hanya menatap lantai di bawah kakinya tanpa ekspresi. Ia menundukkan kepalanya sedih dan sesekali berbisik pada sang manajer karena wartawan terus memotret ke arahnya.

Setelah beberapa menit berlalu dan situasi di dalam aula dirasa sudah kondusif, Matthew pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju podium di atas panggung. Ia berdeham keras dan mengetuk-ngetuk permukaan microphone sebelum memulai konferensi persnya. "Selamat pagi semuanya," sapa Matthew sopan. "Mungkin berita yang telah tersebar di internet kini menggiring banyak opini yang tidak sepenuhnya benar.

Tapi saya ingin mengatakan bahwa putra kebanggaan kami memang telah meninggal dunia akibat insiden kecelakaan yang terjadi pada dini hari." Ia menarik napas dalam-dalam ketika riuh rendah di hadapannya mulai menyeruak ke telinga. "Saya ingin mewakili Louis, sebagai sosok yang pernah hidup di hati kita semua agar semua kesalahannya diampuni. Juga dalam konferensi pers ini, saya akan mengumumkan bahwa pernikahan yang seharusnya terjadi esok hari antara Louis dan Alexandra, saya nyatakan batal."

Keributan lagi-lagi terjadi saat awak media mulai melemparkan pertanyaan yang saling bertumpang tindih di ruangan berdominan putih tersebut. Matthew lalu melirik Alexandra yang terisak di tempatnya dan berkata, "Tapi bagiku dan Paula, Alexandra sudah menjadi bagian dari keluarga kami sejak awal. Jadi kuharap kalian tidak menyakitinya dengan berita-berita buruk diluar sana. Terima kasih."

Matthew pun turun dari podium dan menghampiri Alexandra. Ia memeluk wanita muda itu seperti memeluk anaknya sendiri sebelum keduanya pergi menerobos kerumunan wartawan yang terus mengerubunginya seperti lalat. Ia bahkan tidak peduli pada orang-orang yang terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan tentang kematian Louis.

Tidak sedikit awak media yang datang di konferensi pers pada hari itu juga berusaha menodongkan microphone dan kamera mereka secara paksa kepada Alexandra, berusaha mengorek informasi lebih dalam lagi tentang perasaannya karena pernikahan impiannya dibatalkan.


Seattle Coffee Shop.

07:20 am.

Ketika semua orang sibuk mendatangi rumah sakit untuk mencecar Matthew dengan beragam pertanyaan terkait insiden kecelakaan tersebut, Noel dan Smith justru memilih menjauh dari keramaian yang pasti terjadi dalam konferensi pers itu. Mereka berdua kini tengah duduk berhadapan di salah satu sudut kedai kopi yang letaknya tak jauh dari rumah sakit untuk sekadar menikmati sarapan sebelum kembali ke kantor dan melanjutkan penyelidikan.

Selagi menunggu kopi di atas meja menghangat, pandangan keduanya kini tertuju pada sebuah televisi berukuran tipis yang menempel di tengah-tengah dinding kedai kopi tersebut. Layarnya yang lebar sedang menampilkan salah satu saluran televisi nasional yang tengah menyiarkan konferensi pers terkaitan kematian Louis Harrison secara langsung.

"Menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Smith seraya menyesap permukaan kopinya yang masih mengepulkan sisa-sisa uap panas. Americano, tanpa gula sama sekali.

Noel menoleh. "Aku akan mulai investigasi ini dari orang-orang yang ada di rumahnya. Sementara itu, bisakah kau terus mencari identitas pelapor misterius itu untukku? Kita harus menemukannya dan memastikan apakah dia terlibat atau tidak."

"Tentu."

Pria dengan pakaian serba hitam-hitam itu lalu mengusap dagunya yang dipenuhi brewok tipis lamat-lamat. "Jika dugaan kita benar, mungkin penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku merupakan sebuah kekerasan fisik yang keji dan terencana," tutur Noel. "Melihat pola dan metode yang digunakan pelaku, ada ambisi besar di dalamnya. Kupikir ini bukan hanya sekadar tentang uang, Smith."

Smtih mendecak dan menggelengkan kepala. "Pembunuhan yang terencana dan sangat berhati-hati sepertinya menjadi musuh utama polisi sekarang."

Noel hanya mengangguk setuju sebelum mengambil cangkir kopi miliknya dari atas meja. Ia kemudian menyesap pelan kopi caramel yang menjadi sarapannya pagi itu sebelum tiba-tiba ia mendengar suara ketukan langkah yang mendekat di belakangnya. Noel sejatinya tidak penasaran, tapi dari langkahnya yang kecil dan terburu-buru, ia bisa langsung tahu bahwa ada seorang wanita yang tengah menghampirinya.

Noel berbalik dengan cepat dan ia langsung mendapati Alexandra di sana. Pandangan mereka bertemu dan jelas keduanya sama-sama terkejut.

Smith yang baru menyadari momen tak terduga itu beberapa saat setelahnya, kemudian menengahi, "Nona Morran?" Ia tersenyum sopan dan menyambut wanita muda itu dengan hangat. "Aku tidak tahu anda akan datang ke kedai ini juga. Apa anda datang untuk memesan kopi juga?"

Alexandra menatap Smith sebelum beralih pada Noel. "Tidak."

Mulut Smith pun membentuk huruf O kecil dan menganggukan kepalanya dua kali. Sedangkan Noel masih menatapnya dengan ekspresi yang tidak mudah dimengerti. "Apa yang kau lakukan di sini?" Nada suaranya ketus dan singkat. Ia jelas terusik dengan keberadaan Alexandra di hadapannya.

"Aku datang ke sini karena ingin bergabung dalam penyelidikan," ujar Alexandra tanpa berbasa-basi. "Aku melihatmu datang ke tempat ini dan kurasa di sinilah saat yang tepat untuk membicarakan maksudku kepadamu."

Smith seketika melotot tak percaya dan tampak lebih syok dibandingkan dengan Noel yang hanya mendengkus geli. "Memangnya wanita manja sepertimu bisa apa?" Ia mengangkat satu alisnya dan menyilang kedua tangannya di depan dada. "Kudengar kau adalah seorang model terkenal di Seattle. Bagaimana jika kau duduk manis dan menunggu saja? Membiarkan penyelidikan ini berada di tangan kami akan menjadi satu keputusan yang bijak untukmu."

"Aku tidak bisa!" Kening Noel pun berkerut dalam. "Aku akan tetap bergabung dalam penyelidikan ini karena dia adalah kekasihku. Bukankah kau seharusnya juga memahami perasaan keluarga korban dengan tidak mengabaikannya?"

Smith lalu bangkit untuk menengahi situasi di hadapannya. "Begini, Nona, rekanku hanya mencoba mengatakan bahwa penyelidikan ini mungkin terlalu berbahaya untuk anda dan-"

"Aku bermaksud mengatakan bahwa kau tidak akan bisa, bahkan satu kali pun," potong Noel tanpa babibu. Smith yang merasa keadaan semakin memburuk hanya bisa menatap kedua orang di hadapannya cemas. "Jadi berhentilah sekarang."

Wanita bertubuh ramping itu lalu tertawa pahit dan bersedekap. "Kau bahkan tidak akan mendapatkan kasus ini tanpaku, Detektif. Itulah fakta yang tidak bisa kau hindari," ucapnya sarkastik. "Begini saja, biarkan aku bergabung dalam penyelidikan ini dan aku tidak akan terlibat dalam urusan pribadimu." Alexandra mengangkat kedua bahunya acuh. "Lagipula, aku juga tidak peduli."

Butuh beberapa menit sampai akhirnya Noel kembali bersuara, "Baik. Kau kubiarkan bergabung dengan satu syarat."

"Sungguh?" kata Smith tak percaya.

Namun bukannya menggubris pertanyaan Smith, Noel justru kembali menambahkan, "Aku tidak akan menahanmu jika kau ingin berhenti di tengah penyelidikan ini."

Alexandra mengangguk setuju. "Aku juga akan mengajukan satu syarat untukmu."

"Hey! Kau tidak berhak melakukan itu!" tandas Noel tak terima.

"Ingat, jika bukan karena aku, kau tidak akan mendapatkan kasus ini." Smith melirik Noel dan mendapati rekannya itu tengah mengumpat menahan kesal di kursi. Sementara Alexandra terus melanjutkan kata-katanya dengan penuh penegasan, "Jangan. Jatuh. Cinta. Padaku."

Noel terdiam beberapa saat sebelum terkekeh geli di tempatnya. "Apa kau bergurau?" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro