1. Pengagum Rahasia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Welkam di bab 1, sebelum membaca, mari dengarkan dulu lagu terkeren semasa SD di mulmed. Biar nanti pas si Nadia nyanyi bisa ikutan nyanyi juga, weka-weka. Udah, gitu aja.

=====🍎🍎🍎=====

Melati berjalan menyusuri koridor sambil tersenyum senang, untungnya koridor masih sepi, jadi tidak akan ada orang yang menganggapnya gila karena senyum-senyum sendiri saat matahari bahkan belum terlalu tinggi. Ia memang datang pagi, terlalu pagi malah sampai-sampai penjaga gerbang baru membuka kunci. Pak Satpam hanya menggelengkan kepala maklum saat mendapat sapaan penuh energi Melati.

Saat melihat plang kelas XII MIA 1, langkah kaki Melati semakin cepat. Ia tersenyum lebar sebelum mendorong pintu kayu ganda berwarna biru tua sekuat tenaga, lalu berteriak, "Selamat pagi!"

Tentu saja seruannya tidak ada yang menjawab, kelas itu kosong melompong tanpa penghuni. Lagipula Melati tidak berniat menyapa orang, tapi menyapa bangku, meja, lukisan, dan semua yang ada di kelas. Anggap saja ia gila, ia tidak peduli. Gadis itu hanya ingin menyapa semua alat yang selalu menemani pujaan hatinya setiap hari.

Matanya berbinar-binar saat melihat bangku dekat jendela, barisan ke tiga dari depan dan berada di tempat terjauh dari pintu. Ia semakin bersemangat dan segera menghampiri meja itu.

"Hai meja, kursi, apa kabar? Baik-baik ya jadi teman pujaan hati aku." Melati mengelus meja penuh perhatian. Ia mendudukkan diri di kursi, lalu menempelkan pipinya ke meja. Ia bertanya-tanya, apa Dewa sering menempelkan pipinya ke meja juga? Kalau iya, Melati menang banyak. Bukankah ini berarti ia dan Dewa saling menempelkan pipi walau melalui perantara meja? Hanya dengan memikirkan itu saja ia sudah kesenangan.

Setelah 15 menit berlalu, barulah Melati duduk dengan tegak, ia mengambil sebutir apel dari dalam tas, mengelusnya dengan ibu jari, baru kemudian ia letakkan di kolong meja milik Dewa. Setelah melakukan rutinitas hariannya, gadis dengan rambut dikepang dua itu segera meninggalkan kelas XII MIA 1 menuju kelasnya sendiri, XII IIS 3. Di pintu kelas, ia celingukan sebentar untuk memastikan tidak ada orang yang melihat aksinya.

=====🍎🍎🍎=====

"Melati~ Melati~ harum dan mewangi. Berseri~ berseri~ sepanjang hari." Nadia memanggil sahabatnya sambil melantunkan lagu masa kanak-kanak kesukaannya. Lagu yang pernah ia pakai untuk cover dance di masa-masa Sekolah Dasar. Lagu yang cukup populer meskipun tidak bisa mengalahkan ketenaran lagu Anak Gembala dan Dudidudidam. Kemudian semakin terlupakan seiring munculnya lagu Dilema dari Cherrybelle dan Play boy-nya 7 Icons.

"Nadiaaa, udah gue bilang, kan. Jangan panggil nama gue sambil nyanyi gitu!" Melati mendumel kesal, kemudian memasukkan satu sendok makan nasi goreng buatan mama tercinta ke dalam mulut. Ia mengunyah dengan ganas, berharap yang dikunyahnya adalah Nadia. Orang yang memiliki hobi aneh untuk membuat orang sebal.

"Ya, abisnya mau gimana lagi, nama lo  unik banget, Melati Harum Mewangi, kan gue jadi pengen nyanyi tiap inget." Nadia tertawa cekikikan. Ia mendudukkan diri di samping kanan sahabatnya. "Tapi untung mama lo ga suka tea jus ya, kan berabe kalo nama lo jadi Melati Gula Batu."

"Asem." Melati melempar gumpalan tisu bekas melap mulut ke muka Nadia, tapi gadis itu dengan gesit menghindar dan lemparannya malah mendarat cantik di kepala Ajo, cowok paling garang di kelas ini.

Melati dan Nadia seketika tegang, kalau Ajo sampai ngamuk, alamat bakal pecah perang dunia ke-tiga di kelas mereka. Tapi mereka segera menghela napas lega ketika cowok itu hanya mengubah posisi tidurnya.

"Syukurlah." Melati mengelus dada penuh syukur. "Lo sih, jangan bikin kesel orang sekali-kali napa, nyebelin banget."

Nadia hanya memutar bola mata, kemudian mengalihkan pembicaraan. Matanya melirik kotak bekal milik Melati yang kini sudah suci tanpa sebutir nasi pun. "Lo gak sarapan di rumah lagi?"

Melati mengedik, lantas menjawab dengan tangan yang sibuk merapikan bekas makannya dan memasukkan kotak persegi berwarna baby blue itu ke dalam tas kecil khusus, kemudian menyimpannya di kolong meja. "Lo tahu alasan gue datang pagi ke sekolah."

Seketika Nadia berubah malas, ia terlalu bosan untuk memberitahu sahabatnya yang hanya akan masuk telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Sia-sia. Tidak berguna.

"Mau sampai kapan lo ngasih apel cuma-cuma sama si Dewa geblek itu?"

Melati nyengir, ia merubah posisi duduk menghadap Nadia dan menjawab dengan serius. "Sampai lulus!"

"Dasar bucin! Apa serunya coba diam-diam begitu, mending ucapin sono biar kagak jadi orang bego."

"Ih, tapi kan manis banget, Nad. Lagian gue udah seneng kok cuma jadi pengagum rahasianya Dewa. Gue ngeliat dia dari jauh aja udah kelepek-kelepek, gimana kalo dari deket? Bisa mati muda gue. Gak kuat, Dewa terlalu ganteng. Pesonanya terlalu tumpeh-tumpeh."

Nadia memutar bola mata malas,  kemudian menggumam pelan. "Kalau dihitung-hitung, udah berapa kilo tuh apel yang Melati kasih ke si Dewa? Heran gue, punya duit malah dihambur-hamburin gitu." Ia pun memilih untuk membaca buku pelajaran saja daripada meladeni kebucinan teman sebangkunya itu.

=====🍎🍎🍎=====

Dewa memasuki kelas sambil bersenandung. Kedua tangannya di masukkan ke saku celana. Di teliganya terpasang earphone yang mengalunkan lagu On My Way. Pose yang menurut banyak gadis sangat keren. Ia sendiri juga merasa keren. Percaya atau tidak, mendengarkan musik sambil berjalan bisa memberikan kepercayaan diri yang lebih, bahkan berjalan pun jadi serasa sedang shooting video clip.

Dewa memiliki perawakan yang tinggi menjulang, sampai beberapa teman memanggilnya tiang listrik. Ditunjang dengan wajah khas keturunan Arab, ia menjadi salah satu siswa yang paling ingin dijadikan pacar oleh gadis-gadis di sekolah. Nilai plus-nya lagi, Dewa benar-benar ramah dan murah senyum. Membuat ia beberapa kali mendapat surat, sms, Line, WhatsApp, panggilan suara bahkan sampai panggilan video dari orang-orang yang ingin menyatakan cinta padanya.

Namun, mereka semua harus pasrah karena Dewa menolak mereka dengan tegas. Ia tidak terlihat tertarik untuk berpacaran, jadi beberapa gadis hanya datang untuk menyatakan cinta tanpa meminta jawaban. Mereka berpikir keadaan seperti ini lebih baik, bahkan banyak yang mendoakan Dewa tetap jomlo sampai lulus agar bisa terus dicap sebagai milik bersama.

Sayangnya, semua pemikiran itu salah total. Dewa bukannya tidak tertarik berpacaran, tapi dia tidak tahu siapa yang dia suka. Orang yang selalu menyimpan sebutir apel di kolong mejanya sejak kelas X semester dua. Ia sudah pernah mencari tahu, tapi selalu berakhir dengan kegagalan karena pengagum rahasianya itu terlalu licin.

"Selamat pagi, Wa!"

"Pagi." Dewa tersenyum ramah menjawab sapaan dari teman-temannya. Tapi langkah kakinya semakin cepat tak kala sudah dekat dengan tempat duduknya.

Dewa segera duduk dan menaruh tas di atas meja, kemudian meraba kolong mejanya. Sesuai dugaan, di sana ada sebutir apel merah favoritnya. Senyuman di wajah Dewa semakin lebar, ia mengambil apel itu dan menggigitnya.

"Manis," pujinya. Dewa jadi penasaran, apa wajah orang yang memberinya apel ini juga manis? "Aku harus segera menemukannya sebelum lulus!"

===== 🍎🍎🍎🍎🍎 =====

Gimana lagunya? Bagus kan? weka-weka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro