25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

DUAR!!!
Kaget ga sih wkwkwk

UPDATE jam segini karena bikin prinsip: GA UPDATE HARI INI = GA TIDUR
Dahal mata udah 5 Watt.

Note before start:
Huft. Tahu nggak sih, ini artinya apa?
Iya, berarti tahun 2020 ga update samsek.

Biar nanti kalau ditanya, "Kapan update Aqua?"
Aku bisa jawab, "Tahun 2021, kok." /GA GITU/

TAPI YAK, AKHIRNYA AKU UPDATE JUGA! YEEEEEY!

Jadi, menurut kalian, mengapa aku update?

Nope, aku bukan update karena komenan kalian yang terus memaksa update,
Tapi ya, aku update karena merasa harus aja, karena ini udah 2021.

Setelah dipikir-pikir, lucu juga ya, waktu berjalan terlalu cepat sampai-sampai aku nggak nyadar kalau Virus Corona terlahir dari setahun silam.

Oke. Aku bakalan curhat sedikit. Yang gamau baca, scroll aja sampai nemu gambar FanArt.
Ketika aku update chapter 24 kemarin, waktu itu kayaknya BAB 1 skripsiku bahkan masih kayak, "HALO, Cindyana! Aku sudah memperhatikanmu dari kemarin dan sepertinya kamu ini Tukang Ngaret. Kuharap kamu tetap melanjutkan perkembanganku, ya! Jangan kayak Aqua World sama Revive, nanti telat wisuda, loh. Hihihi."

And guess what, aku udah selesai. Dan tetap aja telat wisuda gegara Corona hahahhaa. Masih mau nangis, kalau diingat-ingat lagi bagaimana drama antara aku dan petugas perpustakaan kampus karena aku nggak bisa datang ke sana lagi ketika sedang semangat.

Dulu, kupikir dengan berakhirnya tugas akhir, aku bakalan epic comeback di Wattpad. Nyatanya, enggak mudah. Aku sudah lupa cara mikir sambil nulis. Sekarang kudu mikir terus, baru bisa nulis. Itupun, nulisnya cuma bisa berapa paragraf. Beneran ngikutin pedoman nulis tulisan ilmiah yang satu itu :')

Sekarang pun, aku update ini bukan karena mau, tapi karena harus.

Barangkali di antara kalian ada yang mau komen, "Tuh! Bisa kan, kalau mau!"

Iya, iya, memang bisa. Tapi, enggak enak tahu, kalau dipaksa.

"Yeeeee, dikira enak digantungin?"

Yaaaaaaa, kata siapa kan, enak? Kalau enak mah, udah kumakan.

Tapi aku nggak akan menyalahkan kalian dan nggak akan menyalahkan diriku sendiri juga (lah). Dan di sinilah kita semua, bersama-sama mengawali tahun baru dan meninggalkan tahun yang ajaib bin sakral (?)

Semoga updateanku bisa menjadi penyemangat dan mood booster buat kalian hari ini.

Aku enggak bisa meyakinkan kalian kalau ini bakal jadi chapter yang, "Waaaaah~ Primitiiif~" yaaa, karena seperti yang kukatakan tadi, aku menulis ini agak ogah-ogahan dan malah terkesan terpaksa.

But aku sudah mencoba menuliskan Aqua World kembali dan semoga kualitasnya pun bisa sama, walaupun aku nyadar banget kalau aku terlalu menunda-nunda.

Oke, itu aja note sebelum membaca ini. Semoga kalian suka! ("AJA" KELAPAMU, PAUS).

Selamat menikmati!

OH IYA, SILAKAN DROP EMOTIKON KEMBANG API DI INLINE INI.

KARENA TAHUN INI AKU HANYA BISA LIHAT KEMBANG API LEWAT JENDELA DI DEKAT KOMPUTER WKWKWKWKWK.

🎇

Happy new year!

🎆

FanArt

Kayaknya kemarin ada banyak FanArt, tapi kusave di HP lama. Tolong dikirim ulang huhuhuhuhuhu.

Happy reading!


*

Jika keadaan seperti ini tidak menyisakan alasanmu untuk bertahan,

Bisakah setidaknya kau mempertimbangkan hal lain untuk menjadi alasan barumu?

***AQUA World***

Nael dan yang lainnya sepertinya belum terbangun, karena tempat yang aku dan Dillon gunakan untuk berbicara saat ini adalah spot biasa mereka duduk. Tempat paling strategis untuk berbicara empat mata dengan Dillon, tidak terlalu dekat dengan air dan jauh dari warga Kota Apung.

Dari kejauhan, warga memantau kami. Namun aku bisa menjamin bahwa mereka tidak bisa mendengarkan kami berkomunikasi. Apalagi kalau semisal Dillon memutuskan untuk menggunakan bahasa sandi.

Sayangnya, aku tidak bisa menebak Dillon. Dia tiba-tiba membuka suara, saat aku masih sibuk mencurigai banyak hal tentangnya.

"Apa hal penting yang mau kau bicarakan?"

Aku menatapnya tak percaya. Bisa-bisanya dia mempertanyakan hal itu seolah dia tidak pernah berbuat salah.

"Aku tahu apa yang kau sembunyikan. Sebaiknya, kau segera mengaku."

"Tentang apa?" tanyanya balik.

Aku nyaris menghela napas dengan kasar, muak. "Makhluk air itu memberitahuku."

Dillon hanya diam, menatapku tidak mengerti. Batas kesabaranku habis dan aku menghentakkan kakiku geram. Ya, aku benar-benar menghentakkan kaki dan menimbulkan cipratan air karena itu.

"Tentang mereka yang akan menenggelamkan Kota Apung!"

"Kurasa itu bukan lagi rahasia. Semua orang di sini sudah sadar kalau tempat ini akan ditenggelamkan, cepat atau lambat."

Aku sempat terdiam beberapa detik, lalu sadar bahwa aku tengah disudutkan kembali olehnya. "Mengapa kau bisa mengerti Bahasa Sandi?"

"Ceritanya panjang, tapi kurasa itu juga bukan rahasia, mengingat tadi aku menggunakannya di depan semua orang," balasnya enteng.

"Aku juga tahu tentang makhluk air yang menandaimu. Oh! Ralat, kau yang memintanya!" serangku sambil menatapnya muak.

Kali ini, Dillon tidak lagi mengelak. Aku sempat merasa telah memenangkan perdebatan, sampai akhirnya aku menyadari bahwa Dillon kembali membuka mulut, sepertinya ingin kembali melanjutkan perdebatan.

"Itu sudah cerita lama."

"Tetap tidak mengubah kenyataan kalau kau yang memintanya, kan?"

"Sekarang, karena kau tahu, aku menyarankanmu untuk meninggalkan Waterfloatt," ucap Dillon dengan nada suara yang datar.

"Kenapa? Kau takut aku akan membocorkannya?" tanyaku menantang.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu, tapi kau sudah tahu kalau keadaan di sini tidak aman. Jadi, sebaiknya kau dan teman-temanmu segera meninggalkan tempat ini."

Beberapa hari yang lalu, Dillon-lah yang mengundang kami semua untuk mampir di Kota Apung ketika kami sedang kehilangan arah dan tidak tahu kemana harus berhenti. Sekarang, ketika dipersilakan untuk meninggalkan kota seperti itu, rasanya malah seperti tamu yang tidak menyenangkan.

"Kami memang mau pergi, tanpa perlu diminta," ucapku sengit.

"Kalau begitu, pergilah. Lebih cepat lebih baik."

Kerutan di keningku tercetak seketika. Dillon benar-benar sedang mengusir?

"Kami harus menunggu Ath kembali, mereka pasti juga akan menunggunya."

"Kau mau mempertaruhkan nyawamu untuk seekor makhluk air?" Dillon bertanya sinis. "Biar kuperjelas ya, Skye, saat ini dia sedang berbaur dengan sesama kaumnya, di bawah sana. Dan kau tahu apa yang mereka lakukan? Menyusun rencana untuk membahayakan umat manusia!"

Ath tidak seperti itu.

Nyatanya, aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata itu.

"Dan sekarang, mungkin saja mereka sedang merencanakan bagaimana menenggelamkan kota ini, mengingat ada makhluk air yang berhasil menyusup di tengah-tengah kota dan membaca titik-titik penting untuk dilumpuhkan, berkat seseorang," sindir Dillon.

Mulutku tertutup rapat, aku tidak bisa menyangkal apalagi mengelak. Adalah hal yang wajar untuk berpihak pada pihak mereka yang sama, salah atau tidak. Ath memang belum tentu seperti itu, tetapi aku juga tidak punya keyakinan bahwa Ath memang berpihak dengan kami.

"Jika itu memang terjadi, apa yang akan terjadi dengan Kota Apung?" tanyaku hati-hati.

"Sudah pasti, tenggelam," balas Dillon. "Kami sudah mempersiapkan wacana terburuk dan sudah pernah menyusun langkah-langkah untuk evakuasi. Ada banyak pegunungan di sekitar sini sebagai tempat penampungan sementara."

"Apakah semua orang di Kota Apung punya bakat berenang yang sama hebatnya denganmu?" Kali ini aku bertanya dengan sedikit sindiran. Mungkin saja dia lupa, tidak semua manusia punya kekuatan super untuk bisa bernahan napas di dalam air sepertinya.

"Menurutmu, tali penyangga yang menahan tiga sudut kota berfungsi untuk apa?"

"Sudah jelas untuk menyangga kota agar tidak terseret arus, kan? Namanya saja tali penyangga." Mengapa juga aku harus repot-repot menjawab pertanyaannya.

"Tengah-tengah kota adalah bagian yang paling rentan menjadi serangan para makhluk air untuk misi menenggelamkan Waterfloatt. Jika itu terjadi, maka kami harus pecah menjadi tiga kelompok dan menarik tali untuk mencapai pegunungan lebih cepat."

Kepalaku tiba-tiba memunculkan ilustrasi itu; bagian tengah kota tempat mereka bermeditasi memiliki lubang besar, lalu mereka semua berpencar di tiga sudut kota dan menarik tali, sama-sama saling menjauhkan diri dalam misi penyelamatan. Makhluk air pun mau tak mau juga harus berpencar ke tiga arah yang jelas-jelas berlawanan.

"Kau pikir tetua kami tidak memikirkan itu?" Dillon bertanya lagi. "Ingat kata-kataku kemarin, tetua kami adalah salah satu orang terpilih untuk ke Mars dan beliau menolak pergi karena meyakini adanya keberadaan makhluk air."

"Aku tahu," jawabku pendek.

"Beliau jugalah yang pertama kali memprediksikan kehidupan manusia yang terkena dampak kenaikan air di Bumi."

"Ralat, prediksi itu sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sejak kata 'Pemanasan Global' pertama kali dicetuskan," balasku.

"Maksudku, ketika era Pre-Aqua," sergahnya.

"Maksudmu, kehidupan setelah manusia tidak lagi mencari-cari keberadaan tanah kering untuk ditinggal? Setelah mereka putus asa dan mencoba beradaptasi di antara air dimana-mana?" tanyaku penasaran. "Astaga! Berapa umur tetua Waterfloatt? Ibuku bilang, bahkan era Pre-Aqua sudah dimulai sejak nenekku lahir."

"Pre-Aqua sudah dimulai sejak lama, bahkan ketika orang-orang belum menyadari bahwa mereka sudah masuk ke era itu." Dillon diam selama beberapa saat, "Jadi, apa kita sudah selesia membicarakan hal penting? Hari ini dingin sekali."

Dillon melipat kedua tangannya di depan dada, dia tampak agak kedinginan dan wajah pucatnya kembali membuatku teringat bahwa dia saat ini adalah pasien yang kupaksa untuk mengikuti intrograsi.

"Ah iya, maaf." Aku melepas salah satu syal pemberian Nael yang masih membungkus leherku, lalu memberikannya kepada Dillon. Tentu saja aku tidak akan memakaikannya di leher Dillon.

"Apa ini artinya kau tetap melanjutkan obrolanmu?" tanya Dillon, tampak mulai malas.

"Aku punya alasan mengapa aku harus menunggu Ath kembali," ucapku pada akhirnya.

"Kenapa? Agar teman-temanmu tidak mencurigai hubungan kalian berdua?" tanya Dillon lagi, tetapi kali ini terdengar seperti ledekan.

"Kami berdua tidak punya hubungan apa-apa," jelasku sambil memutar bola mataku.

"Apakah predator dan mangsa bukanlah hubungan?"

Aku menatapnya tidak percaya. "Bukan, dan lagipula kau sudah dengar dari Ath, dia tidak sengaja."

"Dan kau mempercayainya begitu saja?"

"Aku juga tidak mempercayainya. Itulah sebabnya, aku harus menunggunya kembali. Aku--"

Aku menghentikan kata-kataku, ketika menyadari bahwa situasi terlalu hening. Warga-warga Kota Apung masih menyimak kami, tampaknya. Dillon juga tampaknya sedang menyimak, lalu mulai heran karena aku menghentikan perkataanku.

Melihat tatapan Dillon yang kini berubah seperti tengah mengejek, aku langsung menambahkan, "Aku bukan sedang kehabisan kata-kata!"

"Ya, ya, aku percaya," balas Dillon sinis.

Pemuda itu berjalan menjauh dari pinggir sudut kota, sementara aku mengikutinya dari belakang dan mencoba menyusun kata-kata yang tepat. Aku benar-benar tidak tahu apakah Dillon juga perlu tahu tentang kamera yang kuaktifkan sebelum kepergian Ath. Namun Dillon yang tidak tahu mengenai hal itu, terus menerus menyudutkanku dan meminta kami semua untuk pergi saja dari tempat ini.

"Apakah lau takut mereka mendengarkan pembicaraan kita?" Tiba-tiba Dillon bertanya.

"Mereka, siapa?"

"Makhluk air," balas Dillon singkat.

"Karena kalian bilang mereka aktif pada malam hari, kemungkinan yang bisa mendengarkan itu hanya makhluk air yang menandaimu."

Dillon langsung memotong, "Atau mungkin makhluk air yang menandaimu."

"Kenapa kau tidak bisa berhenti menyindirku?"

"Karena kau tampak sangat melindunginya, sampai-sampai harus berbohong dengan teman-temanmu."

Dillon masih melangkah ke depan dan matanya menatap warga Kota Apung yang memang telah menunggunya, tapi pertanyaannya ditujukan kepadaku, "Kau serius tentang tidak percaya dengan makhluk air itu?"

Aku hanya mampu diam tertegun selama beberapa saat, sampai akhirnya aku tersadar bahwa itu adalah jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan cepat. "Ya, tentu saja aku serius."

"Tapi nyatanya, kau tidak terlihat seperti itu."

Aku tidak mampu membalas kata-katanya dan akhirnya memilih diam sepanjang perjalanan kami menuju pusat kota. Dillon kembali dituntun untuk masuk ke tenda dan orang-orang di sana menatapku dengan tatapan sinis yang sama dengan yang mereka lemparkan kepada Nael, Yyil dan Zuo.

Pengusiran lain. Nyatanya, baik Dillon atau semua orang yang ada di Kota Apung sudah tidak lagi menerima keberadaan kami.

Dillon benar, kami harus segera pergi. Setelah Ath kembali nanti, kami tidak boleh lagi menyia-nyiakan waktu dan segera pergi dari sini.

Ada yang lebih darurat daripada Ath yang belum kunjung kembali dan warga Kota Apung yang mengasingkan keberadaan kami; malam hari tiba lagi.

Sudah beberapa malam di tempat ini, rasanya setiap malam punya ceritanya sendiri. Malam seolah menjadi pertanda buruk tersendiri di sini.

"Apakah kita perlu pergi dari sini dan membangun tenda saja di salah satu pegunungan di sekitar sini?" Zuo menawarkan solusi, ketika menyadari bahwa tidak ada lagi tenda lebih untuk kami gunakan.

Warga Kota Apung tampaknya memang sudah tidak senang lagi dengan keberadaan kami. Aku sudah menyadarinya sejak insiden pagi kemarin; ketika sampan kami hilang dan Zuo menuduh Dillon yang menghilangkannya.

Sepertinya kebencian mereka semakin meningkat setelah Dillon kembali dengan keadaan yang mengkhawatirkan. Aku mulai merasakan kejanggalan, ketika menyadari bagaimana kami masih dianggap sebagai tamu kemarin malam ketika kembalinya Dillon.

Mengingat perbincanganku dengan Dillon tadi pagi, kurasa dia sudah tidak lagi menganggap kami sebagai tamunya. Karenanya, tidak ada lagi tenda-tenda untuk kami. Ini pasti caranya meminta kami pergi dari sini.

"Bagaimana kalau Ath kembali?" Nael bertanya, tapi mengarahkan pandangannya ke arahku, seperti tengah menanyakan pendapat, tapi aku sendiri pun bingung bagaimana harus menjawabnya.

"Kita bisa menunggunya di pegunungan. Lagipula, untuk apa kita lama-lama di tempat orang-orang tidak lagi menginginkan kita? Kita tidak butuh tempat penampungan atau makanan mereka," ucap Yyil sambil bersidekap tangan.

"Pertanyaannya, kita harus menunggunya sampai kapan?" Pertanyaan dari Zuo membuatku langsung mengerutkan kening. Pertanyaan itu mengandung banyak makna yang harus kucerna satu per satu.

"Memangnya, kau sudah punya rencana?" Nael bertanya balik.

"Kita mau tetap di sini sampai kapan? Menunggu helikopter lain datang lagi? Menunggu bantuan? Setelah berhari-hari terjebak dalam situasi seperti ini, aku semakin ragu kalau mereka akan kembali." Zuo akhirnya melepaskan semua kekesalan yang mungkin ditahannya berhari-hari. "Ini kota illegal, kota yang kontra dengan opini pemerintah. Apa jadinya kalau mereka tahu kita menumpang hidup di sini seperti benalu?"

"Kita hanya tamu yang mampir, bukan benalu," ralat Yyil yang tampaknya tidak terima disebut benalu.

Benalu adalah salah satu jenis tumbuhan yang hidup dengan menumpang pada tumbuhan lain dan hidup bergantung kepada tanaman yang ditumpanginya. Simbiosis Parasitisme. Namun tidak semua orang di sini menyebut benalu tanpa mengetahui maknanya, mereka menganggap kata 'benalu' hanya sekadar istilah untuk menyebutkan orang yang menumpang hidup.

"Kurasa kita harus sama-sama menyepakati apa yang akan kita lakukan selanjutnya." Nael menengahi dua orang yang sedang berdebat itu.

Kami semua diam dan melihat satu sama lain. Aku masih belum yakin apakah kami benar-benar harus melanjutkan perjalanan ke samudera luas antah berantah atau menetap di kota yang tidak lagi menerima keberadaan kami dan tidak jelas bagaimana nasibnya.

"Kita kan tidak terburu-buru untuk menunggu Ath kembali. Mengapa harus membuat target menunggunya sampai kapan?" Yyil bertanya.

"Kenapa kau terus membela orang yang tidak kau kenal sama sekali?" Zuo tampaknya sangat geram--cemburu--dengan sikap Yyil yang kali ini tidak berpendapat sama dengannya. "Kita bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak."

Ya, secara teori, dia mungkin sudah kehabisan napas karena tangki oksigen yang dianggapnya rumah kura-kura memang sudah kehabisan. Namun kenyataannya, dia makhluk air yang bahkan seharusnya tidak perlu kembali.

Aku berharap Ath kembali bersama semua peralatan mahal itu, terutama alat perekam di kepalanya yang menyimpan jejak eksplorasi selama dia menyelam. Bukti keberadaan tempat tinggal makhluk lain. Kawasan Pasifik.

"Mungkin sebaiknya kita menunggunya di pegunungan sambil menyusun rencana untuk tujuan baru kita." Aku akhirnya memberikan pendapatku. Ath pasti sudah kembali selama kami menentukan rencana baru kami.

"Baik, kalau begitu kita akan meninggalkan kota ini dan menetap di pegunungan untuk sementara waktu." Nael memberikan keputusan.

Zuo tersenyum dan langsung menyiapkan sampan tipe U untuk perjalanan di pegunungan terdekat.

"Aku tidak percaya mengapa kau bisa setenang ini. Kau akhirnya bereuni kembali dengan orang yang kau kenal dan kau melepaskannya begitu saja?" Yyil bertanya dengan heran.

"Tidak juga. Aku hanya mencoba menerima kenyataan," balasku singkat.

"Seolah kau mudah sekali melepaskan kepergian," ucap Yyil.

Memori ketika kepergian pesawat terakhir yang ada di atas atap apartemen kembali terngiang-ngiang di kepalaku.

"Mungkin karena aku terlalu sering berputus asa."

Nael hanya menyimak, sementara Zuo menarik tali karet dan menunggu angin terisi penuh di sampan tipe U. Dari kejauhan, aku bisa melihat banyak mata yang sedang memperhatikan ke arah kami, melihat sampan kami kembali terisi. Mereka pasti sudah tahu kalau kami akan segera meninggalkan tempat ini.

"Sebentar lagi kita bisa pergi dari tempat ini," ucap Zuo.

"Mungkin sebaiknya, kita harus berpamitan dulu dengan Dillon." Nael memberi usul.

"Berpamitan? Kau serius? Kita bahkan sudah tidak dianggap tamu di sini," ucap Yyil. Zuo mengangguk setuju, tampaknya kali ini mereka satu jawaban.

"Bagaimanapun juga, dia pernah mengundang kita ke sini sebagai tamunya, dan lagipula kita belum menjenguknya sejak dia kembali membawa balik sampan kita," ucap Nael.

"Bukan kita yang tidak mau menjenguknya, tapi orang-orang di sini yang tidak mengizinkan kita melihatnya." Yyil langsung melirik ke arahku. "Kau berbicara dengannya kan, tadi pagi?"

Aku jelas tidak tahu darimana Yyil mendengarnya. Sepertinya perbincangan singkat kami menjadi pembicaraan hangat di sini.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Nael.

"Uh, aku ... menjenguknya dan ingin membicarakan beberapa hal dengannya, tapi dia menggunakan bahasa sandi dan kupikir--"

"Tunggu. Dillon mengerti bahasa sandi?" Yyil membelalakkan matanya tidak percaya.

Zuo langsung menyikut siku Yyil. "Pantas saja dia melihat kita seperti itu, waktu kita membahas tentang cara hidup di sini yang primitif seperti orang-orang purba."

"Oh, jadi rupanya dia mengerti, ya?" Yyil tiba-tiba tampak merasa bersalah. "Tapi darimana dia mempelajarinya?"

"Dia tidak bercerita," ucapku.

"Mungkin tetuanya yang mengajarinya? Dia bilang tetua-nya pernah tinggal di kota sebelum Waterfloatt dibangun, kan?"

Tapi, Dillon bilang ceritanya panjang, jadi mungkin ceritanya tidak semudah itu.

"Jadi ... apakah kita harus berpamitan?" Aku kembali ke topik awal.

Zuo melirik sampan tipe U yang sudah terisi penuh, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke arah kami, "Aku di sini saja, menjaga sampan. Jangan sampai ada kejadian sampan hanyut lainnya."

"Aku juga di sini saja," sambung Yyil.

"Kau ikut?" Nael bertanya kepadaku.

Aku menimbang-nimbang sebentar, mencoba mengingat kembali percakapan kami pagi tadi. Lalu akhirnya memutuskan untuk menggeleng.

"Kalau begitu aku akan pergi sendiri." Nael menghela napas.

Kami menunggu Nael di sampan. Ombak di bawah sampan membuatnya kembali terombang-ambing. Bukan berarti ketika menginjak papan angin di Waterfloatt aku tidak merasakan rasanya terombang-ambing, Namun terombang-ambing di atas sampan rasanya amat berbeda.

Mataku mencoba meneliti ke dalam air. Tidak ada cahaya biru yang tampak di bawah sana, tapi kuputuskan untuk memantaunya tanpa mendekatkan wajahku ke air. Berbahaya.

Setelah beberapa saat kemudian, Nael kembali tanpa mengatakan apapun. Lelaki itu langsung menaiki sampan, lalu Zuo langsung mengarahkan sampan ke pegunungan terdekat yang terdeteksi radar.

Satu-satunya hal yang tidak kami ketahui adalah bahwa misi penenggelaman Kota Apung benar-benar dijalankan malam itu juga.

***TBC***

1 Januari 2021

Author's Note


Epic Comeback yang sesungguhnya bukanlah updatean cerita ini, tapi CINDYANA pada tanggal 31 Desember 2016, ketika dia berhasil menamatkan cerita The Lost Memories, Air Train, dan DN bersamaan.

Tadinya aku mau publish tanggal 31 Desember, tapi nggak sempat. Belum taro FanArt, belum taro map Waterfloatt untuk memudahkan penggambaran kalian dan belum berbacot ria di Author note.

Aku tahu, Aqua World yang tamat jauh lebih memikat daripada yang gantung (oh, ini pasti) dan aku masih tergolong cukup tahu diri untuk itu.

Ada beberapa pembaca yang maksa biar aku nerbitin Aqua World saja daripada digantung kek jemuran. Tapi, hei, kalian tahu? Itu nyaris mustahil, karena cerita ini hanya tamat di kepalaku, belum tamat di ketikannya.

Sejujurnya, sudah ada beberapa penerbit yang melirik Aqua World, tapi untuk saat ini, aku menolak tawaran mereka dengan segala hormat, karena sudah kejam menggantungkan harapan kalian. Dan kalau sampai-sampai aku juga menggantungkan harapan penerbit, bisa-bisa aku diblacklist. Wwkwkwk.

Kalau ditanya apakah senang karena Aqua World dilirik, tentu saja aku senang. Tapi aku tidak ingin senang sesaat dan menderita seterusnya huhuhu. Jadi, nanti kalau Aqua World tamat, biarlah aku sendiri yang coba-coba kirim ke penerbit lagi. Semangat paus!

Tahun ini mungkin bukan tahun terbaik yang kita jalani, tapi tetap saja tahun ini punya banyak cerita yang tak sempat diceritakan.

Aku minta maaf jika sudah mengecewakan kalian sejauh ini, tapi untuk ke depannya, aku akan lebih berusaha lagi dibandingkan tahun ini.

[DI BAWAH INI TERLAMPIR REKOR AQUA WORLD HINGGA AKHIR TAHUN 2020--BUKAN TARGET YANG HARUS DICAPAI UNTUK UPDATE BERIKUTNYA]

INI BUKAN TARGET!
👁️ 1,02M
⭐ 126K

INI ADALAH JUMLAH VIEWS DAN VOTES WAKTU AKU UPDATE CHAPTER 25!

SORRY KESANNYA NGEGAS, TAPI BANYAK BANGET YANG RUPANYA MASIH NYANGKA KALAU YANG DI ATAS ADALAH TARGET YANG HARUS DICAPAI PEMBACA. DAN SORRY KALAU KALIAN YANG NGEBACA HARUS CAPEK KARENA JEJERITAN DALAM HATI WKWKWKWKWK.

Aku udah sering ngasih tahu hobi anehku nulis views votes di cerita Aqua World sebagai kenang-kenangan, tapi tetap saja ada banyak komentar kayak, "Kak, udah lewat tuh, update dong!" atau "KAK, SUDAH 126K BINTANG TUH!" atau "Sebenarnya aku ngerasa cerita ini pasti divote banyak orang karena memang sebagus itu. Agak kecewa sih, lihat kakak malah nargetin vote kayak begini."

Tolong, di tahun 2021, TOLONG yaaaa, TOLONG paus dijauhkan sama komentar-komentar begituan. Karena kadang aku kayak speechless gitu, bingung kudu jawab apa.

SEMOGA TAHUN 2021 KITA SEMUA DIBERKATI DENGAN BANYAK KEBAHAGIAAN DAN SEMOGA PANDEMI SEGERA BERLALU. Semoga tahun depan, kita bisa menjadi pribadi yang baik untuk keluarga kita, teman-teman, bangsa, dan negara. Amiiiin.

OH IYA, Izinkan aku promosi cerita baruku di lapak Aqua World, yaa! /inikan lapakku sendiri hehehehe/ izin aja gitu, biar lebih sopan. Uhuk!

Mari, mari, mampir di cerita baruku yang judulnya, "In Order to Keep The Princess Survives"

Ini ceritanya baru aku bikin tanggal 25 Oktober 2020 kemarin, tapi sekarang sudah 27 parts (lebih banyak daripada Aqua World doong). Ini slow pace, tapi kukebutin update karena aku lagi hype sama cerita ini.

~In Order to Keep The Princess Survives~
Genre: Fantasy, Isekai, Transmigration

Ini ceritanya tentang Stella yang masuk ke dalam cerita terakhir yang dibacanya sebelum meninggoy.

Cerita ini berjudul THE FAKE PRINCESS yang bercerita tentang Putri Felinette yang lahir tanpa memiliki kekuatan. Padahal, di dunia itu menilai strata dan kehormatan dari kekuatan mereka. Sampai akhirnya kedatangan seorang gadis bangsawan--Irsiabella--yang rupanya memiliki kekuatan yang hebat. Semuanya berspekulasi bahwa dialah putri yang sesungguhnya dan lebih pantas atas posisi sang putri.

Di malam terakhir penentuan dari Kuil Agung, Putri Felinette didatangi seorang pemuda bermata merah yang kemudian mengakhiri nyawa sang putri. Dan cerita itu berakhir.

Hal paling penting yang perlu ditandai dan digarisbawahi adalah bahwa penulis cerita itu adalah mendiang adik Stella--Luna--yang ternyata menuliskan kisah itu berdasarkan mimpi yang dialaminya semasa koma.

Luna pernah menjadi Putri Felinette, dan sekarang Stella menjadi Irsiabella. Misinya sebagai Irsiabella hanya satu: mengubah akhir tragis yang akan menimpa Putri Felinette.

Stella akan melakukan apapun, agar sang putri tetap bertahan hidup.

***

Kalau tertarik, silakan mampir. Kalau kesal karena aku bikin cerita baru, harap jangan menghujat hahaha. Aku senang bisa nulis cerita yang aku mau dan chapter Aqua hari ini pun aku nulisnya untuk membuat kalian senang.

See you on next chapter yang entah kapan! SEMOGA TAHUN 2021 AKU LEBIH RAJIN UPDATE DARIPADA TAHUN INI!

Cindyana / H / Prytha / Lize.




Uhhh, gaada apa-apa di sini!

Paus, yang menyadari kalau dirinya menggantungkan cerita ini terlalu lama. Sampai-sampai para silent reader juga ikutan ngevote lol.

Tapi melihat views di chapter 24 yang ramai sangat, aku seneng karena ternyata banyak banget yang bolak-balik buat mastiin apakah Aqua World sudah update atau belum.

Tenang, Waterfloatt udah mau ditenggelamin dan itu artinya Arc Waterfloatt udah mau kelar. Hehehe. Kita ke Arc berikutnya yaaa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro