Arsip pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(1 Februari 2021: Penciptaan).

Caution: cringe cringe ada sepeda~

• • •

Mencetak 3 poin dalam permainan bola basket tidak selalu semudah apa yang dilihat melalui bangku penonton. Pun, tidak pula begitu teruk seperti apa yang para penonton bayangkan. Paling tidak, penciptaan skor bernilai tiga dalam permainan bola basket masih dapat dinalar oleh akal pemberian Tuhan. Tidak seperti penciptaan kasih, penciptaan emosi yang tidak pernah bisa dinalar meskipun keduanya berasal dari Sang Pencipta yang sama.

Proses penciptaan rasa kasih yang pertama, adalah ketika seorang gadis di pinggir lapangan basket menarik perhatian pencetak skor bernilai tiga. Gadis itu duduk berjongkok di tepi lapangan, dikelilingi oleh beberapa anak kecil berwajah muram. Lima anak kecil berwajah muram dengan satu diantaranya bermata sembab.

"Emang Kira mau beli apa pakai uang itu?" tanya si gadis pada si anak bermata sembab.

Sambil menyeka wajahnya dari tangis, anak bernama Kira itu menjawab, "Es krim. Hari ini ulang tahun Kira, jadi Kira mau beli es krim."

"Buat temen-temen Kira juga?" tanya gadis itu yang dijawab anggukan oleh Kira.

Gadis itu menggumam beberapa saat, kemudian ia menawarkan solusi pada kelima bocah yang belum ada lima menit dikenalnya.

"Bagaimana kalau kakak yang beli es krim? Anggap saja sebagai ganti uang Kira yang jatuh ke parit," tawar gadis itu.

Anak bernama Kira itu tampak ragu. "Kata ibu guru, tidak boleh sembarangan menerima pemberian dari orang asing ...," kata Kira.

"Begitu ya," gumam si gadis. "Kalau begitu, ayo kenalan dulu." Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Kira yang dengan ragu-ragu menjabat uluran tangan si gadis. "Nadhira," ujar si gadis mengenalkan diri.

Proses penciptaan rasa kasih yang kedua, adalah ketika si pencetak skor bernilai tiga menyadari siapa gadis itu. Nadhira, kawan satu angkatan yang hampir luput dari pandangan dan rundingan para anak lelaki dari sekolahnya. Apakah karena gadis itu tidak pernah bersolek ketika datang ke sekolah? Apakah karena gadis itu tidak pernah unjuk diri? Atau apakah karena gadis itu selalu menguncir rambut panjang hitam legamnya secara asal hingga tidak pernah si pencetak skor bernilai tiga melihat helaian rambutnya meliuk tertiup angin dengan begitu indah.

Kembali lagi, penciptaan rasa kasih benar-benar tak dapat dinalar. Sampai-sampai si pencetak skor bernilai tiga tidak menyadari kalau Nadhira sudah beranjak dari tempatnya tadi bersama kelima bocah kecil. Bagai disambar petir, pemuda itu dengan terburu menawarkan diri untuk membeli minuman dingin kepada kawan-kawannya. Kali ini, ia dengan sengaja mengikuti permainan mengenai penciptaan rasa kasih. Menyambut proses penciptaan rasa kasih yang ketiga, kemudian keempat, kelima, dan seterusnya. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro