Are You There | Chapter.15 (Random)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Changkyun, bawa ini" Yurui berujar pada Changkyun sambil memberi sebuah buku cerita pada bocah tersebut.

Mata Changkyun memandang heran sang ibu, namun tangannya tetap meraih buku yang baru saja Yurui berikan padanya.

"Nanti, saat disana...katakan pada Hyunsik ahjussi untuk membacakan buku ini ya" Perintah Yurui lagi

"Kenapa? Changkyun kan bisa membaca omma" Changkyun bertanya karena terdorong rasa heran di hatinya.

Yurui tersenyum lebar pada Changkyun, lantas berjongkok untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Changkyun.

"Changkyunie...sayang pada omma bukan?"

Changkyun mengangguk cepat menjawab pertanyaan yang Yurui lontarkan padanya.

"Kalau memang Changkyun sayang pada omma,hanya dengarkan kata omma tanpa banyak bertanya. Karena...apapun yang omma katakan padamu, itu demi kebaikan Changkyun. Apa Changkyun mengerti?"

"Ne, omma....Changkyun mengerti" Changkyun mengangguk patuh

Kembali senyum Yurui mengembang mendengar jawaban dari Changkyun, lantas wanita keturunan Jepang tersebut bangkit dari posisinya semula.

"Sudah selesai?" Sosok Siwan masuk ke dalam kamar Changkyun beberapa saat kemudian.

"Sudah" Jawab Yurui sambil melempar senyum lebar pada sang suami.

Siwan ikut tersenyum, lalu memandang kearah Changkyun.

"Itu apa Changkyun?" Tanya Siwan sambil menunjuk buku milik Changkyun.

"Buku cerita appa" Jawab Changkyun.

"Kenapa membawanya, simpan saja di rumah" Lagi Siwan berujar.

Mata Changkyun menatap Yurui sesaat dan mendapati wajah gusar sang ibu.

"Kalau ini ditinggal nanti Changkyun bosan appa, soalnya appa dan omma akan lama berbincang dengan ahjussi2 itu"

Entah karena bisa membaca situasi, Changkyun tiba2 berujar demikian membuat Yurui menatap takjub pada putranya tersebut.

"Oh...jadi kau membawa buku itu agar kau tak bosan?"

Changkyun mengangguk menjawab pertanyaan Siwan yang sama sekali tak menyiratkan rasa curiga.

"Baiklah...kalau begitu kau bisa membawanya" Tangan Siwan mengusap sayang rambut milik Changkyun.

"Gomawo appa" Changkyun tersenyum senang kini.

"Ne, sekarang ayo kita berangkat" Ajak Siwan lalu melangkah lebih dulu keluar kamar.

"Anak pintar" Puji Yurui pada Changkyun, tepat sebelum mengajak Changkyun mengikuti penggerakan Siwan.

-

-

-

Terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, Changkyun tercenung di atas ranjang milik Hyunwoo. Dada pria Im itu berdetak hebat, karena mimpi yang baru saja ia alami.

Mimpi itu berbeda dari yang biasa Changkyun lihat, bahkan remaja SMU tersebut belum pernah memimpikan hal itu sebelumnya. Memang bukan mimpi buruk, tapi entah kenapa Changkyun merasa gusar ketika mengingat mimpi tersebut. Seperti ada sesuatu yang tersirat dalam bayangan mimpinya namun ia sendiri tak paham dengan hal itu.

CKLEK

Pintu kamar Hyunwoo terbuka, menampilkan si pemilik kamar yang terlihat sudah rapi dengan kemaja yang melekat di tubuh atletisnya. Sebuah senyum pun Hyunwoo arahkan pada Changkyun, membuat mata sipitinya menghilang seketika.

"Kau sudah bangun, hyung baru akan membangunkanmu" Tukas Hyunwoo sambil mendekat kearah Changkyun.

"Aku baru saja bangun hyung, maaf" Balas Changkyun.

"Kenapa kau meminta maaf?" Hyunwoo menatap bingung pada Changkyun

"Aku minta maaf karena sikap tak tahu diriku. Sudah menumpang di rumah orang tapi malah bangun terlambat"

Tawa Hyunwoo terdengar setelah mendengar jawaban dari Changkyun, tangan berototnya pun terhulur guna mengusap surai milik yang lebih muda.

"Jangan sungkan begitu Kyunie, aku tahu semalam tidurmu tidak lelap"

"Tidurku tidak lelap?" Dengan wajah kaget Changkyun bertanya pada Hyunwoo.

Bagaimana tidak kaget? Pasalnya Changkyun merasa tidurnya sangat lelap semalam. Lantas kenapa Hyunwoo justru mengatakan hal sebaliknya pada pria tersebut.

"Kau berkali2 tersentak dari tidurmu sambil menangis semalam, apa kau tak ingat?"

Sesaat Changkyun tercenung mendengar ucapan Hyunwoo,dia benar2 tak ingat kalau dirinya terbangun dan menangis semalam.

"Kau benar2 tak ingat?" Gelangan kepala Changkyun menjawab pertanyaan Hyunwoo.

Hyunwoo pun ikut tercenung mendengar jawaban itu, lantas menggaruk pipinya yang sama sekali tak gatal.

"ya sudah kalau kau tak ingat, sebaiknya sekarang kau mandi dan bersiaplah. Nanti hyung akan mengantarmu dan Jooheon kesekolah" Perintah Hyunwoo kemudian.

"Ne, hyung" Seperti biasa, Changkyun memang tak bisa menolak perintah sang alpha.

Tubuhnya pun langsung beranjak dari ranjang besar Hyunwoo lalu melangkah cepat ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Changkyun sempat termenung memikirkan ucapan Hyunwoo barusan. Ia masih bingung kenapa tak ingat kalau dirinya sempat terbangun bahkan menangis semalam.

"Apa memang ada yang salah dengan otakku ini?" Monolog Changkyun pada dirinya sendiri.

Tak ada jawaban yang Changkyun dapatkan, karena memang dia hanya seorang diri di dalam kamar mandi tersebut. Tak ingin pikirannya bertambah kacau, srigala muda itu pun memilih langsung membersihkan dirinya dibawah guyuran shower.

*

"Apa Changkyun sudah bangun?" Pertanyaan itu langsung Kihyun arahkan pada Hyunwoo tepat setelah pria Son tersebut mendudukan dirinya di ruang makan.

"Sudah, sekarang dia sedang mandi" Jawab Hyunwoo.

"Yang lain mana?" Tanya Hyunwoo kemudian.

"Tadi Wonho hyung pamit keluar karena ingin olahraga, kalau Hyungwon paling masih tidur" Kihyun menjawab sambil menghidangkan satu porsi omurice untuk Hyunwoo.

"Kalau Jooheon dan Minhyuk?"

"Jooheon mungkin sedang memakai seragamnya, soalnya saat aku mau membangunkannya tadi dia baru selesai mandi"

"Dan Minhyuk sepertinya dia tidak pulang sejak semalam" Tambah Kihyun kemudian.

Hyunwoo yang sedang menuang saos pada omuricenya nampak mengernyit, lantas melayangkan tatapan tanyanya pada Kihyun.

"Minhyuk pergi semalam?" Ulang Hyunwoo

"hmm"

"Kemana?"

"Tidak tahu, dia hanya mengatakan kalau perlu mencari beberapa hal"

Hyunwoo pun mengangguk pelan mendengar jawaban dari Kihyun, lantas mulai melahap omurice miliknya.

"Aish" Geram Hyunwoo pelan saat tanpa sengaja kemeja yang dia kenakan terkena lelehan saos.

Tangan Hyunwoo pun buru2 meraih tissu guna menghilangkan bekas saos yang melekat di kemejanya. Hal terebut jelas mengundang rasa penasaran di hati Kihyun, pasalnya Hyunwoo bukanlah tipikal orang yang perduli dengan hal2 semacam itu. Bukan berarti Hyunwoo itu orang yang jorok, hanya saja Srigala alpha tersebut takkan terlalu memusingkan kalau pakaiannya terkena noda sekecil itu.

"Kau mau pergi ya hyung?" Rasa penasaran tak mampu menahan Kihyun untuk tidak bertanya.

"Iya...aku berencana pergi menemui seseorang setelah mengantar Jooheon dan Changkyun" Jawab Hyunwoo dengan sikap yang terlihat sedikit canggung di mata Kihyun.

"Memangnya kau mau menemui siapa?" Lagi Kihyun bertanya membuat Hyunwoo nyaris tersedak sarapannya.

Perlahan irisnya kelamnya mengarah pada sosok Kihyun yang sudah melayangkan tatapan lurus padanya. Bukan tatapan menuntut memang, tapi Hyunwoo cukup merasa tertekan dengan hal tersebut. Terlebih sosok Kihyun itu termasuk yang peka terhadap sikap teman2nya. Jadi bisa Hyunwoo pastikan kalau sebenarnya sosok mungil dihadapanya tersebut tahu ada sesuatu yang coba Hyunwoo sembunyikan darinya.

"Humm...sebenarnya, aku mau menemui mate ku" Tak punya pilihan, Hyunwoo berujar terus terang pada Kihyun.

Mata Kihyun mengerjap beberapa kali mendengar jawaban Hyunwoo, sedikit kaget juga merasa tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Hyung...bilang apa barusan? Mate?" Kihyun coba memastikan pendengarannya.

Wajah Hyunwoo dihiasi rona merah, bahkan hingga ketelinga. Hal yang belum pernah Kihyun lihat sebelumnya. Kepala pria besar itu mengangguk, sebagai jawaban pertanyaan yang baru saja Kihyun layangkan padanya.

"Jadi hyung sudah menemukannya? Mate hyung?" Dengan nada penuh antusias Kihyun kembali bertanya pada Hyunwoo.

"Sst...pelankan suaramu, aku tak ingin banyak orang yang tahu perihal ini" Pinta Hyunwoo.

"Banyak orang?" Sebelah alis Kihyun terangkat "Jadi sudah ada yang lebih dulu tahu sebelum aku?" Tambahnya lagi kembali memasang wajah penasaran.

"Hmm..." Hyunwoo mengangguk pelan "Wonho adalah yang pertama tahu, dia bahkan yang memberikan alamat mate ku kemarin"

"Lalu...kapan hyung akan memperkenalkan kami dengan mate hyung itu?"

Kali ini Hyunwoo tak langsung menjawab, ia nampak berpikir sambil mengaduk2 omurice yang ada di piringnya.

"Nanti...kalau dia sudah jinak" Jawab Hyunwoo kemudian.

"Jinak?" Kihyun tak dapat menahan tawa yang berderai begitu saja dari bibir mungilnya "Memangnya mate hyung itu liar?" Tambahnya lagi masih dengan tawa yang berderai.

Hyunwoo ikut terkekeh pelan mendengar ucapan Kihyun, lantas melipat kedua tangannya di atas meja.

"Dia tidak liar sih, tapi...dia juga belum jinak"

"Hyung...hahahaha, astaga perutku" Gelak tawa Kihyun pun mengisi ruang makan itu kini, membuat Hyunwoo yang melihat ikut terkekeh bersama si mungil Yoo.

*

Tatapan heran beberapa murid sekolah Changkyun dapati, ketika dirinya dan Jooheon memasuki pekarangan sekolah. Sebenarnya sudah sejak turun dari mobil Hyunwoo tadi beberapa murid berkasak kusuk melihat kebersamaan keduanya. Namun hal tersebut semakin terasa saat langkah kaki Changkyun dan Jooheon memasuki sekolah.

"Mereka memperhatikan kita" Jooheon berujar pelan pada Changkyun yang berjalan pelan disisinya.

Jujur saja dia sedikit risih mendapatkan tatapan aneh murid2 itu, sangat berbeda dengan Changkyun yang justru nampak biasa saja.

"Bukankah itu bagus? menjadi pusat perhatian?" Balas Changkyun sekenanya.

"Aku tidak suka" Bibir Jooheon mencebik mengambarkan rasa tak sukanya.

Mendengar itu Changkyun memandang Jooheon yang sedikit mempercepat laju langkahnya.

"Sebaiknya kita jalan sendiri2 saja" Lagi Jooheon berujar saat Changkyun mensejajarkan langkah dengannya.

"Kenapa? Kau takut dibully Sungjae gara2 dekat denganku?"

Langkah Jooheon langsung terhenti mendengar tuduhan Changkyun, bersama mata sipitnya yang menatap lurus teman barunya tersebut.

"Takut? Yang benar saja, untuk apa aku takut dengannya?" Bantah Jooheon

"Kalau memang tak takut, bersikap biasa sajalah. Tak usah memintaku menjauhimu atau apapun itu" Balas Changkyun santai.

"Tapi Kkung, kau bisa kena masalah kalau berdekatan denganku" Jooheon coba menasehati Changkyun.

"Jangan cemas, aku bisa menangani itu"

Jooheon berdecih lantas mengacak kesal surai coklat miliknya.

"Kau itu tidak punya rasa takut ya?" Tanya Jooheon sambil membulatkan matanya kearah Changkyun.

"Tentu saja punya" Jawab Changkyun cepat "Tapi ketakutanku bukan pada hal2 yang kau takutkan" Tambahnya lagi ketika melihat Jooheon akan kembali buka mulut.

"Aku lebih takut melihat sahabatku kesepian dan menghabiskan waktunya seorang diri. Padahal aku....bisa berdiri disisinya untuk memberi dukungan. Hal itu yang lebih kutakutkan daripada menjadi bahan bullyan pangeran bermarga Yook tersebut,Lee Jooheon"

Ucapan Changkyun langsung membungkam Jooheon, bahkan pria bermata sipit itu seperti kehilangan katanya saat mendengar kalimat sederhana yang baru saja Changkyun lontarkan padanya.

"Jadi...berhenti memintaku menjauh, karena aku tidak akan pernah mau melakukannya" Sebuah senyum kini Changkyun ukir di wajahnya bersama tangannya yang mengusap bahu tegap Jooheon.

Seketika rasa haru menyeruak di dada Jooheon, bersama perasaan hangat yang memenuhi hatinya. Belum pernah ada seseorang yang mengatakan hal seperti yang Changkyun ucapkan padanya. Hal itu menjadikan Jooheon benar2 merasa kalau dirinya istimewa. Sosok Changkyun, membuat seorang Lee Jooheon kembali merasa kalau kehadirannya itu cukup berarti.

"Sekarang ayo jalan! Karena murid2 itu mulai bergunjing kalau aku sedang menyatakan cinta padamu" Tukas Changkyun sambil terkekeh ringan di ujung kalimatnya.

"Menggunjing?" Jooheon langsung mengarahkan padangannya kesekitar tempat mereka berdiri.

"Kau takkan bisa mendengarnya, karena kau tak memiliki telinga werewolf sepertiku" Tukas Changkyun melihat Jooheon yang seperti mencari sosok yang tengah mengunjing mereka.

"Sialan kau" Jooheon ikut tertawa sambil memukul pelan bahu Changkyun.

Mendapati hal itu Changkyun pun ikut tertawa, kedua remaja itu pun melangkahkan kakinya ke kelas bersama2 sambil melontarkan candaan ringan. Tanpa keduanya sadari, sosok Sungjae dan teman2nya justru menatap tajam kebersamaan mereka dari kejauhan.

*

"Baru pulang?" Minhyuk menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Hyungwon yang bertanya padanya.

Vampire tinggi itu tengah berada di ruang tengah, menikmati berita siang yang disiarkan di benda persegi tersebut.

"Eoh" Jawab Minhyuk

"Kemana kau semalam?" Lagi Hyungwon bertanya sambil melayangkan tatapan penuh selidik.

"Hanya dari sana dan sini, mencoba mencari beberapa hal" Jawab Minhyuk tenang.

"Beberapa hal seperti apa?"

Minhyuk memandang lurus Hyungwon, karena merasa heran dengan sikap tak biasa yang ditunjukan vampire tersebut. Biasanya Hyungwon akan lebih memilih membiarkan Minhyuk begitu saja tanpa tertarik bertanya begitu detail pada pria bermarga Lee tersebut. Tapi sepertinya kali ini Hyungwon takkan melakukan kebiasaannya tersebut.

"Aku memeriksa beberapa nama yang kudapat dari Jooheon, lalu mencoba mencari tahu perihal mereka" Jelas Minhyuk yang sudah mendekat kearah Hyungwon.

Tangannya melempar sebuah map berwarna biru ke atas meja, membuat mata vampire pria Chae tersebut segera mengarah pada benda itu.

"Ini apa?"Belum meraih map tersebut, Hyungwon kembali bertanya pada Minhyuk.

"Itu nama2 orang yang mendapatkan sokongan dana dari Kim Donghyun"Jawab Minhyuk.

Mata Hyungwon membulat antusias, kemudian memeriksa deretan nama yang tertulis disana.

"Kapan kau mendapatkan data ini?" Lagi Hyungwon bertanya sambil kembali menatap Minhyuk.

"Aku mendapatkan nama2 itu sejak lama tapi kalau fakta mereka mendapatkan sokongan dana dari Donghyun, aku baru mengetahuinya beberapa hari yang lalu"

"Dan kau baru memberikannya padaku sekarang?" Hyungwon berujar tak percaya.

"Aku mau memastikan dulu, agar tak memberikan informasi asal pada kalian" Minhyuk membela diri.

Sesaat Hyungwon diam sambil memandang ke arah Minhyuk, suara pria Lee itu begitu tenang, wajahnya pun tak menyiratkan rasa gugup layaknya seorang yang sedang berbohong.

"Bisa aku meminta ini untukku?" Tanya Hyungwon sambil mengacungkan map yang sejak tadi dia pegang pada Minhyuk.

"Aku memang membawakan itu untukmu" Jawab Minhyuk.

Senyum terbit di wajah dingin Hyungwon, membuat Minhyuk ikut melakukan hal serupa.

"Aku sudah memberikan apa yang kudapat padamu, jadi...bisa aku pergi ke kamar? Karena...aku benar2 sangat mengantuk" Pinta Minhyuk.

"Ne, pergilah" Hyungwon sama sekali tak keberatan.

Senyum Minhyuk semakin merekah mendengar jawaban Hyungwon, lantas buru2 berlalu ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

*

Minwoo menatap canggung sosok Jooheon yang berada satu meja bersama dirinya dan Changkyun. Ini adalah pertama kalinya pria No tersebut makan bersama salah satu siswa yang sering dikucilkan di sekolah tersebut. Dan ngomong2 ini juga kali pertamanya bagi Jooheon makan di kantin, sebab pria Lee itu biasanya menghabiskan waktunya seorang diri di atap sekolah.

"Kalau kau terus mamandangku, makanamu takkan pernah habis" Jooheon berujar pada Minwoo yang kedapatan terus menatapnya.

Menggaruk pipinya kikuk, Minwoo pun mulai menyantap makan siangnya.

"Kalau memang kau kurang nyaman dengan keberadaanku, aku bisa pergi dan meninggalkanmu dengan Changkyun disini"

Mendengar itu Minwoo yang baru saja memasukan satu sendok nasi kemulutnya langsung melayangkan tatapan pada Jooheon. Lalu tak lama remaja berpostur mungil itu menatap Changkyun seolah meminta bantuan pada sang sahabat.

"Hey, jangan sensitif begitu" Changkyun merangkul pundak Jooheon yang duduk disisinya "Minwoo bukan kurang nyaman, dia hanya sedikit canggung karena tidak pernah berbincang denganmu sebelumnya. Bukan begitu Minwoo-ya" Tukas Changkyun lagi coba memberi pengertian pada Jooheon.

Kepala Minwoo pun bergerak naik turun menjawab itu, namun dia tak bisa mengatakan apa2 karena sendok yang masih tersumpal di mulutnya.

"Maaf jika sikapku membuatmu tersinggung Jooheon-a, aku...benar2 tak bermaksud seperti itu" Akhirnya Minwoo ikut berujar meski dengan mulut yang dipenuhi nasi.

Jooheon terdiam sejenak mendapati ekspresi yang ditunjukan oleh Minwoo, perlahan dia pun mengerti posisi pria mungil tersebut. Lagipula siapa juga yang tak canggung duduk berhadapan dengan seseorang yang tak pernah menghabiskan waktu bersosialisi seperti Jooheon. Jika pria Lee itu di posisi Minwoo, sudah dipastikan dia pun akan merasakan hal serupa.

"Mianhae" Merasa tak enak hati dengan prasangkanya sendiri, Jooheon melontarkan permintaan maafnya pada Minwoo.

"Tidak...kau tak perlu meminta maaf, karena aku tak merasa kau bersalah"

Mendengar ucapan Minwoo, Jooheon menarik sebuah senyum tipis di wajahnya. Pria bertubuh tegap itu merasa beruntung karena bisa mengenal sosok Minwoo, melalui bantuan Changkyun tentunya.

"Minwoo-ya" Suara yang begitu familiar ditelinga Jooheon terdengar, membuat senyum yang ia kembangkan seketika sirna.

Tak perlu menoleh untuk mencari tahu siapa pemilik suara itu, karena Jooheon bisa memastikan kalau sosok yang baru hadir itu adalah Sangah.

"Eoh, ada apa?" Sempat melirik sebentar kearah Jooheon, Minwoo pun menjawab panggilan gadis Yoo tersebut.

"Ini" Sebuah amplop besar berwarna coklat Sangah serahkan pada Minwoo "Appa memintaku memberikan ini padamu" Tambahnya lagi.

Changkyun melirik kearah Jooheon sesaat dan melihat bagaimana Jooheon menggengam erat sumpit miliknya. Srigala muda bermarga Im itu pun segera tahu kalau Jooheon merasa tak nyaman, namun dia tak mampu melakukan apa2 untuk itu.

"Appa bilang kau tahu harus mengantarkan dokumen ini kepada siapa" Sangah lagi2 berujar dengan suara yang terdengar pelan.

"Ne, tentu saja aku tahu" Minwoo mengangguk lantas menyimpan amplop tersebut dipangkuannya.

"Hanya ini kan?" Tanya Minwoo kemudian sambil menatap kearah Sangah.

"Ne" Jawab Sangah sambil mengangguk kaku.

"Kalau begitu terimakasih"

Sangah menganggukkan kepalanya pelan, lantas kembali berlalu dari sana dengan langkah yang terlihat tergesa. Sepeninggalan gadis mungil tersebut, Minwoo melayangkan tatapannya kearah Jooheon, yang terlihat menatap makan siangnya dengan wajah yang sukar ditebak.

"Aku sekarang bekerja pada appanya Sangah, menjadi kurir pengantar dokumen2 penting untuk kolega2 tuan Yoo" Kepala Jooheon langsung terangkat sesaat setelah Minwoo mengakhiri ucapannya.

Wajah remaja Lee itu terlihat begitu datar dengan tatapan angkuh yang terkesan dingin. Tak ada raut bersahabat yang beberapa saat lalu Minwoo dapati dan hal tersebut membuat nyali remaja No itu sedikit ciut.

"Memangnya aku bertanya?" Suara sarkas Jooheon tak mampu menutupi perasaan pria itu, sebab Minwoo dan Changkyun langsung tahu kalau Jooheon tengah berusaha menekan perasaan sedih di hatinya.

"Tidak...kau memang tidak bertanya" Jawab Minwoo mencoba untuk tetap "Aku...hanya ingin menjelaskan agar kau tidak salah paham saja" Tambahnya lagi masih dengan cara yang sama.

Sebuah senyum miring Jooheon rekahkan pada Minwoo yang entah kenapa justru membuat remaja itu kian merasa sedikit terintimidasi.

"Dia bukan siapa2ku No Minwoo, jadi kau tak perlu menjelaskan apapun padaku" Jooheon sengaja menjeda kata2nya sendir "Kalau memang kau mau menjelaskan...kenapa tak datangi Sungjae dan mengatakan semua itu padanya" Tambah Jooheon kemudian.

Seketika Minwoo tidak bisa berkata apa2 lagi, selain menatap Changkyun yang terlihat menatap dirinya dan Jooheon bergantian.

"Aku sudah selesai, jadi aku duluan ya Kkung" Mulai tak nyaman dengan keadaan di tempat itu Jooheon pun bangkit dari duduknya.

Ia banhkan tak menunggu jawaban dari Changkyun atau pun Minwoo yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan ekspresi berbeda.

"Kurasa aku sudah salah bicara" Minwoo berujar membuat pandangan Changkyun yang semula menatap kepergian Jooheon, kembali mengarah padanya.

"Aku jadi merasa tak enak hati padanya"

"Hey...itu bukan salahmu, jadi kau tak perlu merasa tak enak hati" Coba menghibur Minwoo, Changkyun berujar sambil merekahkan senyum lebar di wajahnya.

"Kau tak lihat perubahan wajahnya? Jooheon tiba2 memasang wajah seperti itu setelah Sangah berbicara denganku"

"Dia akan memasang ekspresi serupa walaupun Sangah tak bicara padamu, karena...masalahnya bukan pada siapa lawan bicara Sangah. Tapi...masalahnya justru pada gadis itu" Ralat Changkyun.

Dahi Minwoo mengernyit mendengar ucapan Changkyun, sedikit tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang teman.

"Jooheon masih sangat menyukai Sangah, Minwoo-ya. Jadi...sedikit sulit baginya bersikap tenang di dekat gadis itu" Jelas Changkyun melihat wajah heran Minwoo.

"Begitukah?"

"Menurut yang kulihat begitu"

Minwoo mengangguk paham mendengar penjelasan Changkyun, kemudian kembali melahap makan siangnya. Sesekali matanya mencuri lihat pada Changkyun yang terlihat mengetik pesan di ponsel miliknya.

*

"CHANGKYUNIE" Suara pekikan Kihyun terdengar saat Changkyun keluar dari pekarangan sekolah.

Pria mungil itu pun melambaikan tangannya antusias agar Changkyun bisa mengetahui keberadaannya. Changkyun yang melihat sosok Kihyun pun tersenyum lantas berlari mendekat untuk menghampiri pria Yoo itu.

"Hyung...kau sudah sampai? Apa lama menungguku?" Tanya Changkyun sedikit tak enak hati.

Pasalnya tadi dia harus piket di kelas, karena itu keluar sedikit terlambat. Padahal tadi pagi Hyunwoo sudah mengatakan padanya kalau dirinya akan pergi bersama Kihyun untuk menemui Hyunsik. Tapi Changkyun justru membuat pria manis bermarga Yoo itu menunggu dirinya.

"Tak apa, aku juga baru tiba" Dusta Kihyun yang sebenarnya sudah nyaris setengah jam berdiri di depan sekolah hanya untuk menunggu Changkyun.

"Benarkah?" Changkyun memicing tak percaya.

"Ne" Kihyun mengangguk pelan mencoba meyakinkan Changkyun "Kau sendiri? Joo mana?" Tanya Kihyun kemudian guna mengalihkan perhatian Changkyun.

"Sudah pulang, katanya ada klien yang menunggunya" Jawab Changkyun

Kihyun mengangguk pelan mendengar itu, senyumnya merekah karena rencananya mengalihkan perhatian Changkyun berhasil.

"Ya sudah kalau begitu. Sebaiknya kita pergi sekarang karena hari sudah sangat sore" Ajak Kihyun kemudian sambil memukul pundak Changkyun pelan.

"Ne, kajja"

Keduanya pun berjalan menuju halte bus yang berada di dekat sekolah Changkyun, lalu duduk disana guna menunggu bus yang akan membawa mereka ke kediaman Hyunsik.

"Kenapa aku merasa gugup ya hyung?" Tanya Changkyun sambil mengusap dadanya pelan.

Kihyun yang sejak tadi sibuk menatap lalu lalang kendaraan yang lewat menoleh pada Changkyun.

"Aku juga sama, bahkan sejak tadi aku merasa jantungku terus berdegup kencang" Balas Kihyun sambil terkekeh pelan.

"Benarkah? Tapi kenapa kau terlihat biasa saja?"

"Aku hanya mencoba meneteralkan perasaanku, agar tak menulari resah yang kurasakan padamu. Tapi...ternyata kau juga sama resahnya denganku" Tawa Kihyun berderai diakhir kalimatnya.

Tawa Kihyun menulari Changkyun, remaja SMU itu juga ikut terkekeh sambil memukul pelan lututnya.

"Tapi ini bukan jebakan kan hyung? Maksudku...ini benar2 alamat pria bernama Hyunsik itu kan?" Menghentikan tawanya yang berderai Changkyun kembali bertanya pada Kihyun.

Pria mungil berpipi tembam itu mengendikkan bahunya sambil menghembuskan nafas pelan.

"Hmm...entahlah, tak ada satu pun dari kami yang bisa memastikan kalau alamat ini sungguhan atau sebuah jebakan. Karena itu kita berdua harus kesana untuk memastikannya"

"Kalau itu jebakan bagaimana hyung?"

Kihyun memandang Changkyun sesaat sebelum kembali mengarahkan iris almondnya pada jalanan yang ada di hadapannya.

"Kalau memang ini jebakan, ya kau harus melindungiku" Balas Kihyun enteng.

"Ne?" Dahi Changkyun berkerut, namun sebuah senyum mengukir di wajahnya.

"Aku tak bisa bela diri, jadi...karena kau lebih kuat dariku, kau harus melindungiku" Tukas Kihyun sambil menyeringai lebar.

Tawa Changkyun kembali berderai mendengar perkataan yang Kihyun lontarkan. Hal tersebut pun membuat resah yang sejak tadi menaungi hatinya sedikit berkurang.

"Ah" Disela tawanya, Changkyun mengingat satu hal.

"Apa?" Tanya Kihyun sedikit kaget dengan reaksi tiba2 dari Changkyun.

"Hyung...bukankah beberapa hari lalu kau memeriksa tentang kondisi kesehatanku? Apa...ada sesuatu yang aneh dengan riwayat kesehatanku hyung?"

Mata almond Kihyun bergerak gelisah seketika, berusaha menghindar dari tatapan srigala muda di hadapanya. Dia -Yoo Kihyun- tengah mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan kondisi Changkyun. Setidaknya sebuah penjelasan yang tak membuat Changkyun bingung.

"Kalau kukatakan kau terkena amnesia...apa kau percaya?" Tanya Kihyun setelah diam cukup lama.

Changkyun terkejut? Tentu saja. Siapa yang takkan terkejut jika mendapatkan kenyataan seperti yang baru saja dia dengar.

"Am..amnesia?" Ulang Changkyun coba memastikan.

Remaja bermarga Im itu berharap kalau dia salah dengar tadi, tapi saat melihat Kihyun justru mengangguk, Changkyun pun hanya bisa menarik nafas dalam2.

"Apa...itu sebabnya aku tak mengingat beberapa hal tentang masa laluku hyung?" Tanya Changkyun lagi.

"Ne" Kihyun membenarkan.

"Lalu...apa ada cara untukku mengingat lagi hyung? Kenangan2 yang kulupakan itu?" Lagi Changkyun mencecar Kihyun dengan pertanyaan.

Lagi mata Kihyun bergerak gelisah, janjinya pada Hyunwoo untuk tak mengungkit masalah ini membuat pria itu sedikit dilema.

"Sebenarnya ada, tapi...kami memutuskan untuk tidak melakukanya" Hati2 Kihyun mencoba untuk jujur pada Changkyun.

Dahi Changkyun reflek berkerut mendengar jawaban dari Kihyun. Rasa heran dan terkejut kini ia rasakan dalam waktu bersamaan.

"Kenapa?" Tanyanya kemudian.

"Karena itu bisa melukaimu" Jawab Kihyun.

Kerutan di dahi Changkyun bertambah, bersama rasa heran yang semakin ia rasakan.

"Maksud hyung dengan melukaiku?" menyuarakan ketidak mengertiannya, Changkyun kembali bertanya pada Kihyun.

Kali ini Kihyun tak langsung menjawab, pria mungil itu lebih dulu meluruskan tubuhnya guna berhadapan dengan Changkyun.

"Kyunie, Hyunwoo hyung bilang...semua ingatanmu yang hilang itu mungkin akan menyakitimu. Karena itu, kami memutuskan takkan mengembalikannya lagi dan membiarkanmu melupakannya" Jelas Kihyun kemudian.

"Memangnya kenapa kalau itu menyakitiku?" Kali ini Kihyun yang dibuat heran oleh pertanyaan Changkyun.

"Kenangan meskipun menyakitkan, bukankah itu tetap sebuah kenangan?" Nada suara Changkyun sedikit meninggi, meski wajahnya masih terlihat tenang.

Dan hal tersebut langsung membuat Kihyun terdiam, dia sendiri tak menyangka kalau sang maknae akan mengatakan hal tersebut padanya. Awalnya Kihyun pikir Changkyun akan setuju dengan keputusan mereka untuk tidak mengembalikan ingatannya yang hilang, namun ternyata lelaki paling muda di kelompok mereka itu justru terlihat keberatan.

"Hyung...lakukan sesuatu untuk memulihkan ingatanku" Changkyun berujar diantara bungkam yang Kihyun ciptakan, suaranya kini sudah kembali melunak.

"Tapi Changkyun..."

"Kumohon hyung...aku ingin ingatanku kembali" Potong Changkyun tak membiarkan Kihyun menolak permintaannya.

*

Yeojoo tengah menatap tajam kearah Hyunwoo yang tengah duduk di toko roti tempatnya bekerja. Gadis itu kesal melihat tingkah Hyunwoo, namun tak bisa mengusirnya pergi.

"Nona, bisa aku meminta Croissant nya lagi?" Tangan Hyunwoo melambai kearah Yeojoo yang tengah berdiri di belakang meja counter.

Dengan menahan segenap rasa kesalnya, Yeojoo pun mengambil sebuah croissant pesanan Hyunwoo. Kemudian melangkah mendekat guna menghidangkan pesanan lelaki berbadan besar tersebut.

"Aku juga mau kopinya lagi ya" Menampilkan cengiran yang terlihat bodoh di mata Yeojoo, Hyunwoo kembali berujar sambil menyerahkan cangkir kopinya pada gadis mungil tersebut.

"Ahjussi, kau sudah lama berada disini. Apa kau tak berniat untuk pergi?" Bukan meraih cangkir yang Hyunwoo arahkan, Yeojoo justru berujar ketus pada lelaki yang ada di hadapannya tersebut.

Mata sipit Hyunwoo mengerjap pelan, bersamaan dengan tangannya yang kembali meletakkan cangkir miliknya di atas meja.

"Kau mengusirku?" Tanya Hyunwoo kemudian.

Kalau bisa Yeojoo ingin mengatakan iya, tapi itu tak mungkin benar2 dia lontarkan pada Hyunwoo. Bisa2 gadis bersurai hitam itu dipecat dari pekerjaannya, kalau sampai pemilik bakery tersebut mengetahui dia mengusir salah satu pelanggannya.

"Aku tak mengusirmu, aku hanya..."

"Hanya apa?" Tanya Hyunwoo tak sabaran.

Yeojoo memaksa otaknya berpikir, mencari satu alasan yang tepat untuk mengusir Hyunwoo. Bahkan jika itu hanya satu alasan saja Yeojoo sudah bersyukur. Tapi setelah berpikir lama, Yeojoo bahkan tak menemukan satu ide pun. Alhasil, dia hanya terdiam dengan wajah yang terlihat kebingungan.

"Menggemaskan sekali" Hyunwoo bergumam dalam hati memuja paras cantik Yeojoo yang terlihat begitu imut di matanya.

Dahi yang berkerut, bibir cherry yang terlihat begitu menggoda juga mata bulat Yeojoo yang bergerak2 kesana kemari, benar2 menjadi pemandangan sempurna untuk seorang Son Hyunwoo. Ah...Hyunwoo jadi ingin membawa gadis mungil itu pulang dan langsung mengklaim sebagai miliknya.

"Kenapa melihatku seperti itu!?" Tanya Yeojoo begitu melihat ekspresi wajah Hyunwoo yang sedikit berubah.

Tak ada wajah datar seperti pertama kali Yeojoo mengenal pria tan tersebut. Hyunwoo justru menatap Yeojoo dengan tatapan tajamnya seolah ingin memakan Yeojo hidup2 -atau memang Hyunwoo ingin memakan Yeojoo-

"Memangnya aku menatapmu seperti apa?" Hyunwoo balas bertanya.

"Kau...kau menatapku seperti ingin menelanku hidup2" Tuduh Yeojoo.

Hyunwoo tersenyum lembut yang sialnya mampu membuat Yeojoo membatu seketika. Itu senyuman yang sama -menurut Yeojoo- seperti terakhir kali Yeojoo melihat pria Son itu tersenyum. Tapi, entah kenapa kali ini Yeojoo merasakan sesuatu yang lain. Seperti ada sesuatu yang menggitik di perut Yeojoo saat mendapati senyuman Hyunwoo. Pipi gadis muda itu bahkan terasa panas seperi tengah berada di depan oven pemangang roti.

"Sekarang kenapa kau menatapku seperti itu?" Hyunwoo balas berujar membuat Yeojoo seketika tersadar dari pikirannya sendiri.

"Memangnya aku menatapmu seperti apa?"

Tawa kecil Hyunwoo berderai, ketika Yeojoo tanpa sengaja mengulang pertanyaan yang sempat dia layangkan. Kedua tangan kekarnya pun ia lipat di atas meja, membuat fokus Yeojoo jadi terpecah saat melihat betapa manly-nya kedua lengan Hyunwoo. Seketika Yeojoo ingin sekali merasakan memegang lengan itu, atau kalau boleh melingkarkan tangannya disana.

"Kau memandangku dengan tatapan memuja" Jawab Hyunwoo dengan percaya dirinya.

"Ap...apa? k..kau sudah gila ya? Mana mungkin aku memandangmu seperti itu" Yeojoo mencoba berkilah dari apa yang baru saja Hyunwoo tuduhkan padanya.

"Aku yang melihat wajahmu, jadi bagaimana mungkin kau bisa mengelak"

Yeojoo berdecak sebal, lalu berkacak pinggang sambil menatap kesal pada Hyunwoo.

"Ahjussi darimana kau mendapatkan rasa percaya diri yang begitu tinggi? Apa kau tak memiliki kaca di rumah? Wajahmu itu tidak tampan, jadi bagaimana mungkin aku menatapmu dengan tatapan memuja seperti yang kau katakan"

Dengan segenap emosi yang sejak tadi ia tahan Yeojoo berujar pada Hyunwoo, gadis itu bahkan melontarkan kalimat panjang itu dalam satu tarikan nafas, sehingga membuatnya harus meraup oksigen sebanyak2nya diakhir kalimatnya.

"Jadi aku tidak tampan?" Tanya Hyunwoo dengan wajah sedih yang dibuat2.

"Tidak" Bantah Yeojoo cepat.

"Bagian mana dari wajahku yang membuatku terlihat tidak tampan?" Tanya Hyunwoo.

"Semua...semua bagian wajahmu itu membuatmu terlihat tak tampan" Tangan mungil nan buntal Yeojoo mengarah pada wajah Hyunwoo.

"Matamu yang terlalu sipit, pipimu yang terlu lebar, kulit terbakar mataharimu, juga bibirmu..." Yeojoo terdiam sesaat ketika maniknya mengarah pada bibir tebal Hyunwoo yang terlihat begitu menggoda.

"Ah lupakan tentang bibirnya" Yeojoo berujar pelan tanpa tahu kalau Hyunwoo bisa mendengar itu.

"Badanmu itu sangat besar tapi wajahmu malah seperti bayi, pokoknya tak ada sesuatu dari dirimu yang membuatku berpikir kalau kau itu tampan" Lanjut Yeojoo sambil menunjuk2 wajah Hyunwoo.

Bukan tersinggung dengan semua hinaan yang Yeojoo arahkan padanya, sosok Hyunwoo justru tersenyum lebar kepada sang gadis pujaan.

"Aku tak tahu kalau kau begitu menyukaiku"

"Ap...apa?"

"Kau bahkan memperhatikan detail wajahku tanpa melewatkan apapun. Bukankah itu artinya kau sangaaat menyukaiku?"

Dan untuk kesekian kalinya Yeojo hanya bisa terdiam, ucapan santai Hyunwoo seolah mematahkan semua kata2nya barusan. Yeojoo bahkan merasa gugup kini,meski dia sendiri tak tahu kenapa dia harus merasa gugup seperti ini.

"Hey...jangan meremat rok mu seperti itu. Nanti banyak lelaki lapar yang ingin memakanmu" Hyunwoo meraih jemari Yeojo yang tengah meremat rok maid yang dia kenakan.

Mungkin Yeojoo terlalu gugup, hingga tanpa sadar meremat roknya terlalu kuat. Hal tersebut menyebabkan rok maid yang dia kenakan sedikit tersingkap dan menampakan paha putih susunya.

"Satu2nya pria lapar yang aku lihat disini hanya kau ahjussi" Sambil membenarkan rok yang dia kenakan,Yeojoo pun berujar sarkas guna menutupi rasa gugup yang dia rasakan.

"Kalau begitu boleh aku memakanmu?" Balas Hyunwoo.

Yeojoo menelan ludahnya susah payah saat mendengar perkataan Hyunwoo. Pikiran gadis tersebut benar2 kacau hanya karena satu kalimat gombal yang baru saja Hyunwoo lontarkan.

Sementara dari sisi Hyunwoo, pria tan itu diam2 melepas Feromon alpha yang dimiliknya. Hyunwoo ingin mencari tahu apa hal itu berpengaruh pada Yeojoo atau tidak. Karena menurut omega2 dan beberapa Beta wanita yang pernah dekat dengan Hyunwoo, feromon milliknya itu termasuk yang paling memikat.

"kenapa diam? Apa itu berarti kau setuju jika aku memakanmu?"

Jujur merayu bukanlah bakat seorang Son Hyunwoo, tapi entah karena apa lelaki kekar itu justru melakukannya pada Yeojoo. Adrenalin Hyunwoo seperti bergejolak, ketika melihat tiap reaksi yang Yeojoo tunjukan padanya. Dan hal tersebut terus mendorong Hyunwoo menggoda gadis muda dihadapannya.

"K...kau mau apa?" Yeojo terbata saat melihat Hyunwoo bangkit dari duduknya.

Tubuh Yeojoo itu bahkan terlihat gemetar saat mengucapkan kalimat itu, seperti tengah menahan sesuatu di dalam tubuhnya. Tak mau menyia2kan hal itu, Hyunwoo pun makin mempersempit jarak mereka dengan mendekatkan tubuhnya kearah Yeojoo. Tangan kekarnya bahkan sudah terhulur hendak menangkup pipi putih Yeojo akan tetapi suara bel di dekat pintu justru menggagalkan niatan Hyunwoo.

"Hyung" Suara yang begitu akrab di telinga Hyunwoo, memaksa sang lelaki tegap mengarahkan pandangan ke pintu masuk.

Sosok Hyungwon sudah berdiri disana, menatap Hyunwoo dengan pandangan bertanya.

"Apa yang kau lakukan disini hyung?" Tanya Hyungwon kemudian tanpa melepas tatapannya dari Hyunwoo dan juga Yeojo tentunya.

*

"Apa dia sudah tidur?"

"Sudah"

"Dia baik2 saja bukan?"

"Ne"

"terus jaga dia dan jangan sampai dia terluka. Changkyun...dia sosok yang penting bagi kita jadi kau harus tetap menjaganya dengan segala kemampuanmu"

"baik...aku akan terus menjaganya bahkan dengan mempertaruhkan nyawaku"

"Bagus...aku menantikan kabar selanjutnya darimu"

"Baik hyung"

To be Continue....


Next Chapter

"Jangan coba menggodanya!"

...

"Tentu saja, bagaimana mungkin aku tak mengenali rekanku sendiri"

*

Langsa,12 Maret 2019
4896 Word

*

Ada yang mau request scene part2 yang akan datang?
Kalo ada coba tulis di kolom komentar

Ntar kalo requestnya cocok sama alur eon, bakal coba eon tulis di part2 selanjutnya

Kenapa eon bilang part2 selanjutnya?
Karena buat 4 part mendatang eon udah punya kerangka eon sendiri. Jadi gak bisa diganggu gugat sama request kalian.

Oke,eon pamit ya
Gomawo udah mampir and see you next part
Bye2

Porumtal

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro