Are You There | Chapter.17 (Perhaps)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kihyun-a...ayo makan dulu"

Hyunwoo berujar sambil mengarahkan sendok berisi bubur kepada Kihyun namun si pemilik nama justru memilih memutar tubuhnya guna memunggungi Hyunwoo. Bahkan tangan mungil Kihyun sudah menarik selimut dan membenamkan tubuhnya di dalam benda tersebut.

"Ayolah Kihyun...kau sudah 2 hari tidak makan. Jika kau keras kepala begini, kau bisa sakit" Hyunwoo masih berusaha membujuk Kihyun yang bahkan tak menggubris kata2nya.

"Kihyun-a" Tangan kekar Hyunwoo menarik pelan selimut yang menutupi tubuh Kihyun dan mendapati pria yang lebih muda darinya itu tengah menangis dalam diamnya.

"Kihyun" kali ini tangan Hyunwoo terhulur untuk menghapus air mata Kihyun, namun dengan cepat Kihyun menepisnya.

"Hyung pergi saja sana...jangan perdulikan aku" Usir Kihyun dengan suara seraknya.

Hyunwoo menghela nafas pelan mendengar pengusiran Kihyun. Pria Yoo itu tengah dalam mode merajuk dan akan sulit bagi siapapun juga untuk membujuknya.

"Kihyun, kau tak boleh seperti ini. Kau boleh marah pada kami tapi jangan siksa tubuhmu. Perutmu harus tetap diisi, jika tidak kau akan sakit" Lagi Hyunwoo membujuk Kihyun berharap sahabat manusianya itu bisa luluh.

"Biar saja aku sakit, bahkan bila aku mati juga tak masalah bukan?" Balas Kihyun

"Kihyun, hyung mohon jangan begini" Hyunwoo berujar dengan nada memelas "Makan ya, sedikit saja" Tambahnya kemudian.

"Tidak mau" Tolak Kihyun lantas kembali menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut.

Mata srigala Hyunwoo memandang datar selimut yang menyembunyikan tubuh Kihyun, ia mulai kehilangan akal untuk membujuk sang sahabat. sebenarnya, bisa saja Hyunwoo memaksa Kihyun makan dengan memasukan makanan yang dia bawa langsung ke mulut si mungil. Dengan perbandingan tubuh mereka hal itu bukan sesuatu yang sulit untuk Hyunwoo lakukan.

Tapi...Hyunwoo mana tega melakukan hal itu pada sosok Kihyun yang begitu ia sayangi. Biar bagaiamanapun Kihyun besar dibawah asuhannya dan karena hal tersebut juga pria kekar minim ekspresi itu tak mampu bersikap kasar pada Kihyun.

"Baiklah...mungkin kau belum mau makan sekarang, jadi hyung letakkan makananmu disini ya" Tak mau berusaha memaksa Kihyun, Hyunwoo kembali berujar meski tak mendapatkan tanggapan dari lawan bicaranya.

"Jangan lupa memakannya nanti, karena...hyung tak mau kau sakit"

Hyunwoo sempat mengusap tubuh Kihyun dari luar selimut, kemudian berjalan meninggalkan kamar pemuda mungil tersebut dengan langkah pelan. Tubuh besar Hyunwoo berjalan menuruni tangga dan langsung bergabung bersama Hyungwon dan Wonho yang sedang duduk di ruang tengah.

"Bagaimana? Apa Kihyun mau makan?" Tanya Wonho pada Hyunwoo yang baru mendudukan tubuhnya di kursi yang ada dihadapannya.

"Tidak...dia masih belum mau makan" jawab Hyunwoo putus asa.

"Lalu apa kau tak membujuknya, agar dia mau makan?" Lagi Wonho bertanya dengan raut cemas di wajahnya.

"Aku sudah melakukannya, tapi...kau tahu sendiri bagaimana keras kepalanya Kihyun" Balas Hyunwoo.

Wonho mengangguk lemah mendengar jawaban dari Hyunwoo, lantas mengarahkan pandangannya pada sosok Hyungwon.

"Tak usah mencoba membujukku hyung, aku takkan mau mengubah keputusanku" Hyungwon yang sadar arti pandangan Wonho langsung berujar sambil menatap lurus pada yang lebih tua.

"Hyungwon-a, tidak bisakah kau mengalah untuk kali ini pada Kihyun? Apa kau tega melihatnya terus menyiksa dirinya seperti itu?" Tak mau menyerah, Wonho tetap berusaha membujuk Hyungwon.

"Tidak hyung, aku tidak mau mengubah keputusanku" Tolak Hyungwon.

"Tapi Hyungwon, Kihyun akan tetap menolak untuk makan jika kau tak mengabulkan keinginannya" Hyunwoo ikut membujuk Hyungwon membuat Pria vampire itu menatap tak suka pada kedua pria kekar di hadapanya.

"Kalau begitu biarkan dia melakukannya"

"Ck, Hyungwon...apa kau mau Kihyun mati karena tidak mau makan seperti sekarang"

Tak ada tanggapan, Hyungwon memasang aksi diam seolah2 tak mendengar apa yang baru saja Hyunwoo katakan padanya.

"Ayolah Hyungwonie, kali ini saja. Biarkan Minhyuk tinggal seperti yang diinginkan oleh Kihyun" Wonho kembali buka suara guna membujuk Hyungwon.

"Kalian ini selalu begitu, terlalu lemah pada Kihyun" Ketus Hyungwon "Bagaimana dia tidak manja seperti ini jika kalian terus menerus mengabulkan semua keinginan bodohnya?"

Hyunwoo menghela nafas lelah mendengar jawaban dari Hyungwon sedangkan Wonho terlihat mengusap tekuk lehernya pelan.

"Belajarlah tegas pada bocah itu, agar dia tak selalu keras kepala dan selalu meminta hal2 aneh seperti ini" Lanjut Hyungwon tak perduli dengan ekspresi yang ditunjukan kedua pria besar di hadapannya.

"Dia tak pernah meminta apapun sebelum ini Hyungwon-a" Wonho berujar dengan suara yang terdengar begitu tenang namun tegas "Bahkan seingatku ini kali pertama Kihyun meminta sesuatu pada kita"

Apa yang Wonho ucapakan barusan memang benar, namun Hyungwon terlalu keras kepala untuk mengakui hal itu. Bahkan Hyungwon mati2an memutar otaknya, berharap memiliki ide untuk menolak permintaan kedua pria yang lebih tua darinya tersebut.

"Biarkan Minhyuk tinggal disini Chae Hyungwon, aku...akan bertanggung jawab penuh pada pria itu" Tiba2 saja Hyunwoo berujar membuat Hyungwon yang tengah berpikir langsung mengarahkan mata vampirenya pada sang werewolf.

"Jika memang suatu saat nanti sosok Minhyuk akan berkhianat padamu seperti yang kau takutkan. Aku rela membunuh pria itu dengan tangaku sendiri" Tambah Hyunwoo lagi dengan tatapan yang terlihat begitu yakin.

-

-

-

"Hyung...ini lukisan siapa?" Jooheon bertanya pada Minhyuk yang saat ini tengah memeriksa beberapa data di komputer milik pria berlesung pipi tersebut.

Mata Minhyuk pun mengarah pada layar ponsel miliknya sendiri yang memang tengah dipegang oleh sang hacker tersebut.

"Oh...itu lukisan punya ommanya Changkyun" Jawab Minhyuk kembali mengarahkan fokus pada data2 di hadapannya.

"Kau yang memotretnya?" Tanya Jooheon lagi

"iya"

Jooheon mengangguk mendengar jawaban itu, lantas kembali memperhatikan lukisan omma Changkyun yang dipotret oleh Minhyuk.

"Aku tak tahu kalau kau suka dengan lukisan bunga Vervain hyung" Lagi Jooheon berujar membuat jemari Minhyuk yang tengah menari di atas keyboard seketika terhenti.

Minhyuk pun segera memutar tubuhnya menghadap Jooheon yang justru asik memperhatikan lukisan bunga vervain yang baru saja dia katakan tadi.

"Kau tadi bilang apa Jooheoney?" Tanya Minhyuk pada sang sahabat.

"Bilang apa?" Jooheon balas bertanya

"Tadi..kau tadi bilang apa?"

"Tadi?" Wajah Jooheon mendadak bingung.

Sedikit sebal Minhyuk melempar bantal yang ada di dekatnya pada Jooheon, membuat pria yang lebih muda melayangkan protes pada Minhyuk.

"Kau tadi bilang itu lukisan bunga apa?" Jelas Minhyuk sedikit menaikkan intonasi suaranya.

"Oh...Bunga Vervain" Ulang Jooheon akhirnya paham dengan maksud pertanyaan Minhyuk.

Tubuh Minhyuk beringsut mendekat pada Jooheon, lantas ikut memandang layar ponsel miliknya.

"Kenapa kau tahu itu bunga vervain? Aku bahkan berpikir itu laverder saat pertama kali melihat lukisan aslinya" Tukas Minhyuk penasaran.

"Hanya karena warnanya sama2 ungu kau berpikir ini lavender hyung?"

"Bukan hanya karena warnanya" Tangan Minhyuk meraih ponsel miliknya lantas memperbesar photo lukisan ibu Changkyun "Bentuknya juga mirip lavender kan?"

Cepat Jooheon menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Minhyuk lantas mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku celana.

"Tidak hyung, itu berbeda. Sebentar ya..." Jooheon berujar kemudian membuka aplikasi google dari ponsel pintarnya.

"Lihat hyung....yang ini baru bunga lavender" Tunjuk Jooheon memperlihatkan gambar lavender yang ia temukan di google "Beda kan?"

Minhyuk coba memperhatikan gambar yang ada di ponsel Jooheon lantas kembali menatap lukisan ibu Changkyun. Pria Lee itu melakukan hal tersebut berulang2 hingga akhirnya dia melihat perbedaan yang jelas antara bentuk bunga vervain dan bunga lavender.

"Ah...benar, ternyata berbeda" Minhyuk mengangguk sambil tersenyum lebar.

Jooheon ikut tersenyum lebar, merasa bangga dengan pengetahuannya yang dia miliki.

"Tapi...bagaimana kau bisa tahu kalau ini jenis vervain dan bukan lavender?" Bukan Lee Minhyuk namanya kalau tak memiliki rasa penasaran yang tinggi. Didorong perasaan itu, Minhyuk pun kembali melontarkan pertanyaan pada pria yang ia juluki lebah gendut tersebut.

"Aku tahu itu vervain, soalnya...dulu Sangah pernah menanam bunga ini dan meletakkannya di jendela kamarku" Jelas Jooheon membuat senyum aneh terukir di wajah Minhyuk.

"Aaaaah, jadi kau ingat nama bunga itu karena berkaitan dengan mantan kekasihmu itu" Goda Minhyuk

Wajah Jooheon memerah mendengar ucapan Minhyuk, bahkan jelas sekali pria Lee tersebut tengah berusaha menyembunyikan gugup di wajahnya.

"Ti...tidak, aku mengingat itu ya karena memang aku ingat" Sangah Jooheon.

"Eeeeey, coba berkilah huh?"

"Aku tak berkilah, memang aku ingat tentang bunga vervain ini"

"Bunganya atau yang menanam"

"Bunganya, hyung"

"Bagaimana dengan yang menanam? Apa kau tak mengingatnya?" Minhyuk masih menggoda Jooheon seakan belum puas melihat wajah salah tingkah pria yang lebih muda darinya itu.

"Hyuuuung" protes Jooheon yang justru dibalas gelak tawa oleh Minhyuk.

Bibir Jooheon pun mencebik sambil menatap kesal kearah Minhyuk, yang justru tak perduli dan masih terus mengurai tawa keras sambil menunjuk2 wajah kesal Jooheon.

"Hyung ponselmu bunyi" Masih dengan ekspresi kesal, Joohen berujar sambil menunjuk ponsel Minhyuk.

Tawa Minhyuk seketika terhenti bersama tatapannya yang mengarah pada layar ponselnya. Nama Hyungwon tertera disana, membuat Minhyuk segera megangkat panggilan tersebut.

"Kau dimana?" Tanpa basa basi Hyungwon berujar dari seberang.

"Aku di rumah Jooheon ke.."

"Cepat, pulang sekarang" Tak menunggu Minhyuk menyelesaikan ucapannya, Hyungwon lansung memberi perintah pada sang sahabat.

Bahkan Hyungwon tak mau repot2 mendengar jawaban dari Minhyuk dan segera memutuskan panggilan secara sepihak.

"Mwoya?" Minhyuk menatap ponselnya dengan wajah kebingungan.

"Ada apa hyung?" Mendapati raut bingung Minhyuk, Jooheon pun tak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Tidak tahu, sepertinya ada sesuatu yang terjadi" Jawab Minhyuk.

"Sesuatu?" Jooheon berubah cemas "Sesuatu apa?" Tanyanya kemudian.

"Aku tak tahu" Minhyuk cepat menyimpan ponselnya lantas meraih ransel guna menyimpan barang2nya yang berserakan di kamar Jooheon. "Hyungwon hanya memintaku segera pulang tanpa mengatakan apapun padaku" Tambahnya lagi sambil memasukan semua barangnya secara asal.

Tangan Jooheon ikut memasukan barang2 Minhyuk ke dalam tas pria Lee itu "Hyung...apa aku boleh ikut denganmu? Mungkin...aku bisa membantu nanti disana" Pinta Jooheon.

"Ya sudah ikut saja" Minhyuk sama sekali tak berusaha menolak permintaan dari Jooheon.

Senyum pun merekah di wajah chubby Jooheon. Kemudian tanpa diperintah tangan kekarnya ikut meraih beberapa perlengkapan hacker miliknya untuk ia bawa ke kediaman Hyungwon.

*

Tatapan dingin syarat menghakimi Hyungwon layangkan pada Minhyuk, tepat saat pria berwajah manis itu menginjakkan kaki di kediamannya. Hal itu jelas mengundang tanya dibenak Minhyuk yang tidak mengerti dengan situasi yang terjadi.

"Katakan dengan jelas pada kami semua Minhyuk-a, siapa kau sebenarnya?" Hyungwon bertanya sarkas pada Minhyuk sambil menatap penuh selidik pada pria Lee tersebut.

"Aku..." Minhyuk menatap sebentar pada Jooheon yang berdiri disisinya "Aku Lee Minhyuk" Lanjutnya kemudian.

Sebuah senyum sinis Hyungwon arahkan pada dirinya, membuat Minhyuk seolah kembali kebeberapa tahun silam. Sorot mata Hyungwon bahkan sama persis, seperti ketika pertama kali Minhyuk bergabung dalam kelompok pria vampire tersebut.

"Berhenti berpura2 Lee Minhyuk, sekarang katakan saja siapa dirimu"

Mengikuti instingnya, Minhyuk melayangkan tatapannya pada sosok Kihyun. Sorot mata Minhyuk seolah bertanya pada sang sahabat tentang apa yang terjadi sebenarnya di tempat ini. Namun alih2 mendapatkan jawaban dari Kihyun, teman baiknya itu justru menundukkan pandangan seolah enggan bertatapan langsung dengan Minhyuk.

"Ya! Sebenarnya apa yang terjadi disini? Kenapa kalian semua bersikap aneh?" Tanya Minhyuk yang mulai tak suka dengan situasi tersebut.

"Bicaralah jujur pada kami sekarang Minhyuk-a, agar kami bisa memutuskan membiarkanmu hidup atau membunuhmu" Bukan menjawab pertanyaan Minhyuk, Hyungwon justru melemparkan ancaman yang membuat Minhyuk dan Jooheon seketika bergidik.

Terkejut? Sudah pasti. Siapa juga yang takkan terkejut mendapatkan ancaman seperti itu? Terlebih yang mengancam adalah sosok sahabat sendiri.

"Apa maksudmu Chae? Aku sama sekali tak mengerti. Aku harus jujur tentang apa memangnya?" Semakin tak paham, Minhyuk kembali mencecar Hyungwon dengan pertanyaan.

"Pria bersinisial LM..." Hyungwon sengaja mengantung kalimatnya sambil mengarahkan tatapan tajamnya pada MInhyuk

"...Itu dirimu kan?" Tuduhnya dengan raut yang syarat rasa marah.

"Ap...apa?"

Ucapan Hyungwon membuat kedua mata Minhyuk membelalak kaget. Sekali lagi mata Minhyuk mengarah pada Kihyun yang masih menunduk menatap lantai.

"Apa maksudmu dengan LM itu adalah aku? Dan...Kenapa kau bisa berpikir kalau Sosok LM itu aku?" Minhyuk balas bertanya pada Hyungwon.

"Hyunsik yang mengatakan pada Kihyun dan Changkyun, pria itu bilang kalau LM itu adalah kau"

"Kihyun-a, Kyunie" Panggil Minhyuk pada kedua temannya tersebut.

"Apa benar yang Hyungwon katakan? Apa...pria bernama Hyunsik itu mengatakan kalau aku adalah pria berinisial LM yang kalian cari2?" Tanyanya kemudian.

Kihyun tak menjawab, dia hanya melayangkan tatapannya pada Changkyun. Pria Yoo itu mengisyaratkan pada yang termuda untuk menjelaskan apa yang mereka dengar dari Hyunsik kepada Minhyuk.

"Sebenarnya tuan Im tidak merujuk dirimu langsung hyung" Changkyun berujar sambil merema kedua tangannya sendiri "Dia...hanya mengatakan kalau nama sebenarnya sosok LM itu adalah Lee Minhyuk" Jelas Changkyun kemudian.

Minhyuk mendengus pelan mendengar jawaban dari Changkyun.

"Dan kalian langsung melayangkan tuduhan itu kepadaku?"

Tak ada yang menjawab, kelima sahabatnya itu kompak terdiam seolah membenarkan apa yang baru saja Minhyuk katakan.

"Hey..ini tidak adil! Bagaimana kalian bisa menuduhku sekejam ini huh?"

"Bukankah namamu Lee Minhyuk? Jadi...kami tak salah jika menuduhmu bukan?" Balas Hyungwon.

Minhyuk memutar matanya sebal mendengar tuduhan yang dilayangkan oleh Hyungwon padanya.
"Ada banyak nama Lee Minhyuk di Seoul, Chae Hyungwon yang tampan. Lalu kenapa kau langsung menuduhku?" Tak terima dengan tuduhan tersebut, Minhyuk langsung melayangkan protes.

"Karena kau...satu2nya orang yang tak memiliki alasan kuat untuk bergabung dalam kelompok ini" Balas Hyungwon cepat.

Ucapan itu langsung membungkam Minhyuk, bahkan kedua tangan pria yang memiliki senyum manis tersebut terlihat mengepal keras mendengar apa yang Hyungwon paparkan.

Kesal? Tidak...Minhyuk hanya kecewa. Ia tak menyangka setelah beberapa tahun tinggal bersama Hyungwon dia masih mendapati kecurigaan dari pria vampire yang berdiri di hadapannya. Minhyuk pikir dia sudah benar2 diterima dalam kelompok Hyungwon setelah berkali2 membantu mereka dalam penyelidikan, namun apa yang Hyungwon paparkan menghempas pemikiran pria Lee tersebut.

"Apa ada bukti kuat?" Minhyuk masih berusaha membantah apa yang Hyungwon tuduhkan padanya "Bukti yang benar2 mengarahkan kalau aku adalah pria berinisial LM itu? Apa kalian memiliki bukti itu!?" Tambahnya lagi dengan wajah yang syarat rasa kecewa.

Kali ini gantian Hyungwon yang bungkam dan hal itu membuat Minhyuk menarik seulas senyum miring di wajahnya.

"Kau tak memilikinya bukan?" Sinis Minhyuk

"Kalian tak memiliki bukti yang kuat, tapi kalian menuduhku seperti ini. Apakah kallian tak merasa sikap kalian itu keterlaluan!?"

Kekecewaan itu semakin jelas terdengar dari kalimat yang Minhyuk lontarkan. Bahkan Minhyuk sengaja melemparkan tatapan datarnya pada satu per satu sahabat2nya disana, agar mereka menyadari perasaan yang ia rasakan saat ini.

"Aku bukan pria berinisial LM itu, percayalaaaah" Tak mampu lagi membendung air matanya, Minhyuk berujar sambil menangis.

Hal itu mengundang rasa iba Jooheon yang berdiri disisinya, pria yang sama2 bermarga Lee itu pun segera meraih bahu sempit Minhyuk dan mengusapnya lembut.

"Apa yang harus kulakukan agar kalian percaya huh? Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar kalian percaya kalau aku bukan sosok LM itu?" Isak Minhyuk semakin kencang mengisi ruang tengah kediaman Hyungwon.

"Hyung, jangan begini. Coba tenangkan dirimu" Jooheon mencoba memberi nasehat pada Minhyuk yang terlihat begitu sedih.

Namun bukan mengubris kata2 Jooheon, Minhyuk justru mengarahkan tubuhnya guna mendekati sosok Kihyun yang masih duduk di sisi Changkyun. Minhyuk pun segera berjongkok lantas meraih jemari Kihyun dan mengenggamnya.

"Kihyun-a...kau percaya padaku kan? Aku bukan pria berinisial LM itu" Iris Minhyuk mengarah langsung pada manik almond milik Kihyun.

Kihyun mengigit bibirnya pelan, lalu memilih mengalihkan pandangannya pada sosok Hyungwon. Ia ingin sekali mengatakan kalau dia percaya pada Minhyuk, namun tak berani saat mendapati tatapan dingin Hyungwon yang mengarah padanya.

"Kihyun-a...kau juga tak percaya padaku?"

"Minhyuk aku..."

"Kau juga tak percaya padaku?" Ulang Minhyuk dengan tatapan yang terlihat semakin sendu di mata Kihyun.

"Aku..."

"Hah" Minhyuk membuang nafas kasar sambil mengusap air matanya dengan ujung lengan bajunya. Rasa kecewa semakin menumpuk di hatinya kini, karena reaksi yang Kihyun tunjukan.

"Berikan alamat pria bernama Hyunsik itu padaku" Menarik tubuhnya bangkit, Minhyuk kembali berujar dengan nada suara yang terdengar dingin.

Tangan pria Lee itu juga sudah terhulur pada Kihyun, guna meminta alamat Hyunsik pada sang sahabat.

"Un...untuk apa?" Tanya Kihyun gugup.

"Aku ingin menemui lelaki itu dan bertanya apa sosok Lee Minhyuk yang dia maksud benar2 aku atau bukan" Balas Minhyuk.

Kihyun menatap Wonho dan Hyunwoo bergantian, seolah meminta pendapat kedua pria tertua di rumah itu.

"Kenapa? kalian takut aku melarikan diri?" Sinis Minhyuk bersama air matanya yang kembali menetes.

Bukan...Minhyuk menangis bukan karena berharap teman2nya menaruh iba padanya. Air mata lelaki bermarga Lee itu menetes bahkan tanpa bisa ia tahan karena rasa sesak yang mengisi rongga dada Minhyuk. Untuk pertama kali bagi seorang Lee Minhyuk merasakan perasan itu, ia akhirnya mengerti definisi sakit tapi tak berdarah yang sering ia umbar2 ketika bercanda dengan Kihyun.

"Minhyuk-a" Kihyun tak tega, pria mungil itu pun bangkit dan meraih kedua bahu Minhyuk.

"Aku bukan LM Kihyun-aaaaa, aku bukan LM" Bagai balita Minhyuk berujar dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

Kihyun terdiam melihat hal itu, hatinya ikut sakit melihat tangisan Minhyuk. Sejak bertemu dengan pria Lee tersebut, Kihyun tak pernah melihat Minhyuk menangis seperti ini. Minhyuk yang Kihyun kenal adalah pria yang berhati tegar dan tidak pernah menangis di hadapannya. Bahkan Minhyuk senantiasa tersenyum pada Kihyun seolah tak mau membuat pria manis bermarga Yoo itu mencemaskannya.

"Iya... aku percaya padamu, sudah jangan menangis lagi" Tukas Kihyun sambil mengusap surai cokelat Minhyuk.

Iris pria Yoo itu diam2 memandang kearah Hyunwoo meminta yang lebih tua untuk bicara pada Hyungwon. Hyunwoo yang sadar dengan maksud tatapan Kihyun pun segera mengarahkan pandangannya pada Hyungwon.

"Hyungwon-a...bisa kita memikirkan ulang tentang kecurigaan kita pada Minhyuk?"

Mata srigala itu meredup seolah memohon pada Hyungwon yang bahkan hanya diam mematung di posisinya.

"Tak ada bukti kuat yang benar2 mengarah kepada Minhyuk, jadi...sebaiknya kita menyelidiki lebih lanjut lagi siapa Lee Minhyuk yang dimaksud tuan Im" Tambah Hyunwoo kemudian.

"Benar hyung, jika kau memang mau aku akan meminta tuan Im kemari besok. Agar kita benar2 bisa memastikan sosok Minhyuk yang dimaksudnya" Changkyun menimpali, karena tak ingin Hyungwon menolak permintaan Hyunwoo.

Tak ada reaksi, sosok Hyungwon masih bergeming dalam diamnya sambil memandang Minhyuk yang masih menangis di hadapan Kihyun. Jujur sebenarnya ia sendiri mulai ragu dengan tuduhannya sendiri, namun selalu ada sisi hati Hyungwon yang selalu membuatnya tak bisa mempercayai apapun yang ia lihat.

"Terserah pada kalian, aku sudah tak perduli" Setelah mengucapkan kalimat itu Hyungwon memilih berlalu meninggalkan ruang keluarga.

Pria tinggi itu melangkah cepat menuju kamarnya lantas membanting pintu tak berdosa tersebut hingga membuat suara yang begitu keras.

"Kihyun...Bawa Minhyuk ke kamar" Perintah Hyunwoo pada Kihyun.

"Ne hyung" Jawab Kihyun patuh lantas menarik tubuh Minhyuk bersamanya.

"Hyung...bisa aku memakai kamarmu sebentar? Kepalaku sedikit sakit" Tepat setelah sosok Kihyun dan Minhyuk tak tampak lagi, Changkyun berujar pada sosok Hyunwoo.

Hyunwoo yang masih memandang kearah tangga menuju lantai dua segera menoleh pada Changkyun, kemudian mengangguk guna menjawab pertanyaan srigala muda yang merupakan betanya tersebut.

Mata srigalanya mengantar langkah Changkyun menuju kamar miliknya, kemudian menghela nafas gusar saat tubuh Changkyun menghilang dibalik pintu kamar Hyunwoo.

"Hyung...sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semuanya terlihat begitu kacau?" Jooheon yang memang sudah penasaran sejak awal akhirnya bertanya pada Hyunwoo.

Jooheon merasa cemas melihat kondisi yang tengah ia hadapai, terlebih saat mendapati kegusaran yang jelas tergambar di wajah Changkyun.

"Ceritanya panjang Joo" Hyunwoo menjawab sambil menghela nafas frustasi.

"Aku mau mendengarkannya hyung, bahkan walau cerita itu akan menghabiskan waktu sampai besok" Balas Jooheon yang semakin didera rasa penasaran.

Wonho mengusap bahu tegap Hyunwoo membuat pria yang lebih tinggi mengarahkan tatapannya pada Wonho.

"Ceritakan saja, mana tahu Jooheon bisa membantu kita untuk menenangkan Changkyun" Wonho coba memberi saran

"Apa tak masalah?" Tanya Hyunwoo yang lantas dibalas gelengan kepala Wonho

"Ceritakan saja semua pada Jooheon dan aku...akan melihat Woonie dulu untuk mencoba memberi pengertian padanya" Tukas Wonho kemudian sambil menarik sebuah senyum tipis di wajahnya.

Hyunwoo mengangguk pelan "Baiklah kalau begitu"

Sosok Wonho segera berlalu setelah mendengar jawaban dari Hyunwoo, sedangkan sang pria Son sudah kembali menatap Jooheon yang memandangnya dengan tatapan ingin tahu.

"Kita bicara di taman belakang saja" Ajak Hyunwoo sambil merangkul pundak Jooheon agar mengikuti langkahnya.

Keduanya pun berlalu dengan langkah beriringan, membuat ruang tengah kediaman Hyungwon berubah sepi seketika.

*

Changkyun duduk di sudut ranjang besar milik Hyunwoo sambil mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya. Bukan Im Hyunsik, melainkan seseorang yang sudah menyembunyikan begitu banyak kenyataan dari seorang Im Changkyun.

"Hey Jagoan, ada apa menelpon?" suara riang Yasuo terdengar dari seberang sesaat setelah pria Jepang itu mengangkat panggilan Changkyun.

"Aku sudah mengetahuinya" Tak seperti biasanya, Changkyun langsung mengatakan inti maksud dia menelpon sang paman tanpa mau berbasa basi terlebih dahulu.

"mengetahui apa jagoan?" Nada heran terdengar dari frasa yang dilontarkan Yasuo membuat Changkyun tanpa sadar berdecak sebal.

Ia sudah terlalu lelah dengan kejutan2 yang didapatnya hari ini dan sekarang remaja itu harus menjelaskan semuanya kembali pada Yasuo. Memikirkannya saja dada Changkyun sudah terasa sesak.

"Changkyun...kau masih disana?" Yasuo berujar khawatir.

"Ternyata benar appa yang membunuh omma"

Senyap membalas ucapan Changkyun, bahkan helaan nafas Yasuo tak terdengar oleh telinga srigalanya.

"jadi...kau sudah tahu?" Kalimat tanya itu menjadi balasan setelah jeda panjang yang diciptakan Yasuo.

"Jadi benar uncle menyembunyikan hal ini dariku?" suara Changkyun syarat rasa kecewa "Kenapa? Kenapa uncle? Kenapa uncle menyembuyikan semua ini?" Cecar Changkyun lagi meluapkan perasaan kesal yang sejak tadi terus ia tahan.

"uncle tak mencoba menyembunyikan ini darimu Changkyun. Uncle saja baru tahu perihal kenyataan ini saat kita sudah di Jepang" Yasuo coba meralat

"Lalu...setelah tahu kenapa uncle hanya diam?" Luapan emosi tak lagi dapat Changkyun tahan, ia bahkan meninggikan suaranya saat bertanya kepada Yasuo.

"Kau baru saja sembuh dari sakitmu Chahkyun, jadi bagaimana bisa uncle mengatakan semua padamu?"

Changkyun hanya diam tak coba membalas ucapan Yasuo.

"Kondisi psikismu tak baik Changkyun, dan uncle...tak ingin kau kembali sakit dengan menceritakan semuanya padamu"

Bisa Changkyun dengar suara Yasuo yang tercekat diakhir kalimatnya dan hal tersebut membuat kesal di hati remaja Im itu perlahan sirna. Lagipula Changkyun sangat mengenal Yasuo, jadi dia sedikit paham kenapa adik dari ibunya tersebut tak mengatakan perihal masa lalu Changkyun pada dirinya.

"Lagipula kau akhirnya menemukannya bukan? Kenyataan yang selama ini uncle sembunyikan padamu. Itu juga alasan kenapa uncle tak melarangmu untuk kembali ke Korea. Agar kau bisa menemukan kebenaran dengan caramu sendiri" Lagi Yasuo menjelaskan dengan nada lembutnya.

Setelahnya hening, karena Changkyun memilih untuk tetap diam. Hal sama dilakukan Yasuo membuat hening panjang menjadi jeda pembicaraan antara paman dan keponakan tersebut.

"jadi jagoan..." suara berat Yasuo akhirnya memecah sepi yang mereka bangun "Darimana kau bisa tahu tentang kenyataan appa dan ommamu ini?"

"Im Hyunsik" Singkat Changkyun menjawab pertanyaan Yasuo.

"Im..Im Hyunsik?" Yasuo membeo.

"hmm"

Tawa Yasuo terdengar diujung telepon, membuat dahi Changkyun seketika dihiasi guratan halus.

"Jadi...dia masih hidup?" Ada nada sarkas yang Changkyun dapati dari ucapan yang Yasuo lontarkan.

Otak jenius Changkyun langsung bekerja, guna mencaritahu makna dari ucapan yang Yasuo lontarkan. Dari nada bicara sang paman jelas sekali kalau klan Namekawa itu seperti menyimpan kebencian pada Hyunsik dan hal tersebut kembali mengusik rasa penasaran di hati Changkyun.

"Uncle...apa masih ada hal lain yang tak kuketahui?" Tanya Changkyun yang tak mau ada hal lain disembunyikan darinya.

"Banyak Changkyun...banyak hal yang tak kau ketahui" Jawab Yasuo

"Kalau begitu bisa ceritakan padaku sekarang, karena...aku tak ingin ada sesuatu yang kembali ditutupi dariku"

"Kau ingin mendengarkan semua? Semua hal tentang masa lalumu?"

"Ne, aku ingin mendengarnya"

"Baiklah...kau akan mendengar semua. Tapi...beri uncle waktu, sebab...uncle harus mempersiapkan banyak hal untuk menceritakan hal itu" Tukas Yasuo

Ucapan Yasuo kembali membuat Changkyun tertegun, rasa penasaran di hati srigala remaja itu kembali terusik karena apa yang Yasuo ujarkan padanya.

"Uncle tutup panggilannya ya, kau...istirahatlah yang baik. Jangan memikirkan banyak hal, karena uncle...tak mau kau kembali sakit" Tanpa menunggu jawaban dari Changkyun Yasuo pun memutuskan panggilan, membuat Changkyun hanya bisa termenung sambil terus memikirkan ucapan sang paman.

*

Wonho menatap Hyungwon yang berdiri mematung menatap keluar jendela kamarnya. Sudah nyaris 30 menit setelah dia memasuki kamar vampire Chae itu, namun sahabat yang lebih muda darinya tersebut sama sekali tak menggubris kedatangannya. Hyungwon sibuk tercenung seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Hyu.."

"Aku lelah hyung" Ucapan Hyungwon memenggal kata2 yang baru akan Wonho lontarkan.

Pria berotot itu kembali diam, memandang punggung kurus Hyungwon dari tempatnya berdiri.

"Kenapa semua ini menjadi begini rumit?" Tukasnya lagi tanpa mau menatap sosok Wonho.

Nada bicara itu kembali Wonho dengar. Nada bicara yang menjelaskan betapa Hyungwon tak mempercayai dunia. Padahal sudah sangat lama Wonho tak lagi mendapati nada bicara Hyungwon yang seperti itu. Tapi hari ini...vampire Shin itu kembali mendengarnya.

"Sebenarnya apa dosa ku hyung?" Akhirnya Hyungwon berbalik, membuat Wonho bisa menangkap raut kecewa yang tergambar jelas di wajah tampan pria Chae tersebut.

"Kenapa aku merasa takdir begitu suka mempermainkanku?"

Mata Hyungwon menatap nyalang pada Wonho dengan urat2 halus yang terlihat menyembul di leher putihnya. Tangan kurusnya mengepal keras dan bibir merah bergetar seperti orang yang akan menangis. Tidak, mungkin memang Hyungwon ingin menangis saat itu. Tapi ia tak bisa, karena mahluk immortal seperti Hyungwon dan Wonho sudah tak mampu lagi mengeluarkan liquid bening itu dari kedua netra mereka.

"Hyungwon-a" Wonho mendekat pada Hyungwon lalu meraih bahu kurus pria itu.

"Apa aku sebaiknya mati saja hyung? Tidakkah itu terdengar baik? Meninggalkan keabadian ini dan menyusul kedua orang tuaku" Tak mengindahkan Wonho yang baru saja menyebut namanya, Hyungwon berujar begitu saja.

"Hei, apa yang baru kau katakan? Bagaimana kau bisa berpikir seperti ini?" Balas Wonho sambil mengusap lengan Hyungwon.

"Aku mulai jengah hyung, semua yang kita dapat hanyalah mengarah pada jalan buntu"

Menyuarakan rasa kesal dan putus asanya, Hyungwon berujar sambil melepas tangan Wonho dari lengannya. Hyungwon menjauh dari sosok Wonho kemudian mendudukan tubuhnya di atas ranjang besar miliknya.

"Dan bukan hanya tak memiliki petunjuk, kita bahkan menemukan seorang pengkhianat di dalam kelompok kita" Nada suara Hyungwon melemah di ujung kalimat yang menjelaskan betapa pria berwajah tampan itu begitu kecewa dengan kenyataan yang ia dapati.

"Itu belum sepenuhnya benar Hyungwon, Minhyuk yang dimaksud oleh Hyunsik...belum tentu Minhyuk" Mencoba optimis Wonho berujar sembari mendekati Hyungwon.

Pria kekar itu bahkan sudah mendudukan tubuhnya di samping Hyungwon sambil memandang Hyungwon yang kini kembali bungkam.

"Tapi kemungkinan itu masih tetap ada kan hyung? Kemungkinan kalau Minhyuk adalah sosok LM yang tertulis di Jurnal milik profesor Yoo" Hyungwon melemparkan pandangannya tepat pada kedua iris hitam milik Wonho.

"Kalau memang seperti itu, bukankah berarti Minhyuk ada dipihak kita? Mengingat...profesor Yoo mengirim data itu padanya"

Hyungwon melemparkan senyum datarnya sambil menggeleng dengan raut tak yakin.

"kalau memang dia dipihak kita, haruskah dia menutupi identitasnya hyung?"

"Dia...menutupi itu dari kita semua, bukankah berarti kalau Minhyuk tak sejalan dengan kita?" Tambah Hyungwon lagi menyuarakan pemikirannya pada Wonho.

Bungkam menjawab ucapan Hyungwon membuat pria Chae itu kembali membuang pandangannya dari sosok Wonho yang masih setia menatapnya.

"Apa yang harus kita lakukan, hyung? Apa yang akan kita lakukan kalau memang Minhyuk yang Hyunsik maksud adalah Minhyuk yang selama ini kita kenal? Dan...."

"....ternyata Minhyuk tak berada dipihak kita?" Mata vampirenya ia arahkan lagi pada Wonho yang masih setia dalam bungkamnya.

"Apa yang harus kita lakukan hyung, kalau semua kemungkinan yang kuurai adalah kenyataan?"

"Maka kita akan membunuhnya" Balas Wonho dengan suara yang terdengar begitu yakin.

Hyungwon tercekat mendengar ucapan Wonho, bahkan untuk beberapa detik pria itu hanya bisa diam sambil menatap wajah Wonho yang sama sekali tak menyiratkan rasa ragu sedikit pun.

"Hyunwoo juga sudah berjanji padamu bukan? Kalau dia bertanggung jawab penuh atas sosok Minhyuk. Jadi...kita hanya tinggal melenyapkannya agar tak ada lagi pengkhianat di kelompok kita" Tambah Wonho masih dengan ekspresi yang sama.

*

"Mianhae" Ucapan bernada menyesal itu Kihyun lontarkan pada Minhyuk.

Terhitung sudah kesekian kalinya Kihyun mengulang ucapan tersebut pada Minhyuk dan pemuda Lee itu juga sudah membalas dengan ucapan 'gwenchana' tiap kali ucapan itu Kihyun lontarkan.

"Aku benar2 menyesal tidak bisa berbuat apa2 untukmu" Lagi Kihyun berujar setelah Minhyuk bergumam pelan padanya.

"Tak apa, aku tahu posisimu juga sulit" Balas Minhyuk sambil menarik senyum hambar.

Kihyun tidak bodoh untuk sekadar membaca gurat kecewa dari wajah Minhyuk. Meski sang sahabat berusaha menutupi hal itu, pria manis bermarga Yoo masih mampu melihatnya dengan sangat jelas.

"Aku merasa menjadi teman yang sangat buruk" Kihyun mulai merutuk dirinya sendiri.

Minhyuk yang mendengar itu menatap wajah Kihyun yang sudah melayangkan tatapan sendu padanya.

"Banyak hal yang sudah kau lakukan untukku, tapi aku..." Tak mampu menyelesaikan kalimatnya, Kihyun pun menghela nafas berat.

"Kau tak salah Kihyun, aku tahu kau tak bermaksud melakukan itu" Balas Minhyuk.

"Itu sama sekali tak membuatku merasa lebih baik Minhyuk. Perasaanku bahkan berubah semakin buruk sekarang"

Kali ini Minhyuk hanya bisa terdiam sambil memperhatikan Kihyun yang sedang menunduk menatap lantai.

"Kau pasti sangat kecewa pada kami bukan?" Kihyun berujar sangat pelan, bahkan untuk telinganya sendiri.

Minhyuk tak bisa berbohong dengan mengatakan kalau dia tak kecewa atas sikap yang baru saja ia dapati. Akan tetapi, Minhyuk tak cukup tega untuk berterus terang dan meluapkan semua kekecewaannya pada Kihyun.

Biar bagaimanapun Kihyun itu memiliki hati yang begitu lembut, meski ia selalu memarahi Minhyuk nyaris setiap hari.

"Tak apa kalau kau mau marah" Seakan tahu perang batin yang Minhyuk rasakan Kihyun kembali berujar. "Kau bisa meluapkan semua padaku. Kau bisa mengumpatiku bahkan kau boleh memakiku jika memang itu bisa menghilangkan rasa kecewamu pada kami semua" Tambah Kihyun kemudian.

"Itu takkan merubah apapun Kihyun, rasa kecewaku takkan hilang hanya dengan melakukan semua itu"

Minhyuk tidak berujar dengan nada tinggi, tidak juga dengan suara yang menyiratkan emosi. Pemuda Lee itu mengucapkan kalimat barusan dengan tenang, namun entah kenapa justru hal tersebut membuat hati Kihyun sakit mendengarnya.

"Aku tahu aku hanya orang luar dan..." Minhyuk menelan ludahnya susah payah karena rasa sakit yang menyapa tenggorokannya "...seperti yang Hyungwon bilang, akulah satu2nya orang yang tak memiliki alasan yang tepat untuk bergabung dalam kelompok ini"

"Min...Minhyuk-a"

"Jangan memasang wajah seperti itu, aku baik2 saja"

Minhyuk sengaja memalingkan wajahnya dari Kihyun saat pria berpostur mini itu mulai menelisik ekspresi di wajahnya.

"Kau berkali2 mengatakan baik2 saja, tapi wajahmu bahkan mengatakan sebaliknya" Balas Kihyun sambil menunjuk kearah Minhyuk.

Mendengar itu Minhyuk kembali menatap Minhyuk lantas coba mengatur ekspresinya agar tak lagi menunjukan rasa kecewa yang dia rasakan.

"Memangnya kenapa dengan wajahku?" Minhyuk meraba wajahnya sendiri "Apa terlihat semakin tampan?" Tambahnya setengah bercanda.

Mendengar itu Kihyun berdecak sebal, rasa sedih yang sempat ia rasakan berubah ketika mendengar balasan dari Minhyuk.

"Tampan kepalamu" Sebuah bantal pun mendarat mulus di wajah Minhyuk.

Minhyuk mengaduh pelan, lantas melempar bantal tersebut kembali pada pemiliknya.

"Sudah jangan sedih lagi, aku percaya padamu Lee Minhyuk" Kihyun yang berhasil menghindari lemparan bantal Minhyuk berujar pada si pria manis.

"Bahkan jika nanti Hyungwon tak lagi mempercayaimu, maka aku...akan tetap berada di sampingmu" Lagi Kihyun berujar membuat rasa bersalah di hati Minhyuk kian bertambah.

Rasa haru itu menyusup di hati Minhyuk, membuat kurva manis terukir di wajahnya.

"Gomawo Yoo Kihyun" Balas Minhyuk tulus.

*

Donghyun melangkah memasuki sebuah laboratorium kecil yang ada di kediamannya. Seorang pria yang tak lebih tinggi dari Donghyun ada di sana, sedang asik mencampur beberapa bahan kimia dan mencatat reaksi benda itu dalam jurnal kerja miliknya.

"Jeongmin" Suara Donghyun mengalihkan atensi pria yang baru saja dia panggil barusan.

Sosok itu menoleh dan tersenyum lebar pada Donghyun yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Bagaimana? Apa sudah berhasil membuatnya?" Tanya Donghyun sambil mengusap bahu Jeongmin.

Jeongmin menggeleng pelan sambil menunjukan raut menyesal pada Donghyun.

"Aku belum bisa membuatnya hyung" Jawab Jeongmin kemudian

"Apa yang salah? Kenapa kau belum bisa membuat obat yang pernah Yurui buat?"

"Entahlah hyung, kurasa ada kurang dari catatan yang Yurui noona berikan untukmu. Dan sepertinya hal itu justru komponen terpenting obat ini" Jelas Jeongmin.

Donghyun mengusap kasar wajahnya, jelas sekali sosok pria Kim itu kecewa dengan penjelasa Jeongmin barusan.

"Apa...itu berarti kita takkan memiliki kesempatan membuat obat yang sama?" Tanya Donghyun kemudian.

"Masih ada kesempatan hyung, tapi...mungkin akan memakan waktu sedikit lama"

"Seberapa lama waktu yang kau perlukan?"

"Aku tidak yakin hyung, karena aku sendiri tak benar2 tahu komponen penting apa yang Yurui noona pakai untuk obat ini"

Lagi wajah Donghyun menunjukan rasa kecewa yang sangat jelas, membuat Jeongmin yang melihat hal itu sedikit merasa bersalah.

"Tapi aku akan tetap berusaha mencari tahu hal itu hyung, aku...akan mencoba menyempurnakan obat ini secepat yang aku bisa" Tak ingin Donghyun semakin kecewa, Jeongmin berujar dengan nada yakin.

Mata Donghyun yang semula menyiratkan sedikit rasa putus asa langsung berubah kini. sebuah senyum tipis bahkan sudah terpatri di wajah angkuh pria Kim tersebut.

"Aku pegang janjimu, jadi...berusalah dengan baik"

"Tentu hyung" Jeongmin mengangguk pasti.

Donghyun tersenyum puas mendengar janji yang Jeongmin lontarkan, lantas berlalu dari ruangan itu agar Jeongmin bisa melanjutkan kegiatannya. Ditiap langkahnya hanya satu nama yang Donghyun gumamkan dalam hati 'Namekawa Yurui' wanita yang sampai ajalnya tiba masih menjadi seseorang yang Donghyun cintai.

"Aku akan membalas semuanya Yurui, kematianmu...takkan kubiarkan hal itu menjadi sia2" Batin Donghyun.

To Be Continue....

Next Chapter

"Hanya luapkan itu, kau...tak berdosa hanya karena meluapkan sedih dengan menangis"

....

"Tak ada yang benar2 abadi di dunia ini, jadi semua hal cepat atau lambat pasti akan berubah"

*

Langsa, 12 April 2019
5203 Word

*

Bonus pic

Lavender




Vervain





Lee Jeongmin (Boyfriend)

.
.
.

Art MX


Picture by: Pinterest

*

Yuk main tanya jawab dulu

1. Di chapter 15, ada 2 sosok yang sedang bicarain si ayem. Bisa nebak mereka itu siapa?

2. Menurut kalian Hyunsik itu sosok baik atau jahat?

3. Kalo harus bekerja sama, lebih dukung kelompok ayem gabung sama kelompok Lee Minhyuk aka LM atau kelompok Donghyun?

4. Si Minhyuk pengkhianat atau rekan ayem?

5. Kira2 siapa yang ngirim alamat Hyunsik sama kelompok ayem?

And last
.
.
.

Mampir kuy di cerita cici Hae_Baragi

.
.
.

Hehehehe, udah itu aja.  Makasih loh udah mampir dan kasih dukungan buat karya eon. Sampai jumpa di part selanjutnya...see you readernim

Porumtal

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro