Are You There | Chapter.36 (Is This The End?)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jangan berbohong pada orang yang kau sayangi. Jangan mengkhianati orang yang sangat percaya padamu. Tapi jika itu sudah terlanjur kau lakukan...maka perbaikilah. Buka satu per satu lembar kebohonganmu padanya dan jelaskan. Mungkin orang itu akan marah padamu, tapi ia akan mencoba memaafkanmu setelahnya. Sosok itu akan mengerti kenapa kau mencoba berbohong dan perlahan kembali mulai mempercayaimu lagi"

"kalau dia pergi bagaimana? Jika dia menjauhiku nanti bagaimana?"

"Tiap kesalahan selalu memiliki hukuman bukan? Jika memang amarahnya adalah hukuman untukmu, maka terimalah itu. Lalu kau bisa tunjukan ketulusanmu padanya dan beritahu kalau kau sesungguhnya tak bermaksud membohonginya"

"Itu akan menyakitkan, mendapat amarah darinya pasti akan sangat menyakitkan bagiku"

"Lalu apa kau kira dia tdak kesakitan? Saat kau terus berbohong dan membodohinya?"

"..."

"Bahkan itu lebih menyakitkan baginya, apalagi ketika dia sadar...kalau pemilik kebohongan adalah sahabat yang sangat ia percaya"

"...."

"Cepat atau lambat, rahasia yang kau miliki akan terbongkar Wonho-ssi. Jadi...daripada dia mendengar kejujuran darimu disaat yang tidak tepat, bukankah lebih baik kau menceritakan semua di waktu yang tepat. Setidaknya...itu akan membuatnya bisa berpikir tentang semua alasan yang kau urai"

"Kenapa kau mengatakan semua ini padaku? Donghyun-ssi?"

"Karena aku tahu, perasaan sakit dikhianati oleh sahabatku sendiri. Aku tahu perasaan dibohongi orang yang sangat kupercaya. Dan aku sangat paham...bagaimana menyedihkan, kehilangan seseorang yang sudah kuanggap saudara...hanya karena kebohongan yang terus menerus dia urai. Aku tak ingin, Hyungwon merasakan hal itu juga"

"Kau berujar seolah kau sangat menyanganginya. Padahal, kau adalah orang yang memerintahkan anak buahmu untuk menembakkan timah panas ke dada Hyungwon"

"Setidaknya aku bukan orang yang bersembunyi dibalik topengku. Setidaknya aku tak mencoba membodohinya hanya demi ambisiku. Harusnya jika kau membiarkan dia mati saat itu, Hyungwon...dia tak perlu menjadi sosok seperti sekarang. Dengan begitu...semua penderitaannya akan berakhir dan Hyungwon bisa bersatu dengan seluruh keluarganya di alam baka"

"..."

"Tapi lihat yang kau lakukan, kau membuatnya menjadi sosok abadi terkutuk yang bahkan tak bisa menyentuh surga. Ini yang kau inginkan Shin Wonho? Inikah yang kau mau?"

"..."

"Sebenarnya apa tujuanmu mempertahankannya untuk tetap hidup? Menjaganya? Atau memanfaatkannya untuk menyerangku?"

"Aku hanya ingin Hyungwon tetap ada di sisiku selamanya"

"Tapi itu takkan bisa terjadi, terlebih saat kau masih menjadikan Janus sebagai rekanmu. Cepat atau lambat pria itu akan menghabisi Hyungwon, seperti yang telah ia lakukan pada rekan-rekannya terdahulu"

"Kau mencoba memprovokasiku?"

"Tidak, aku sedang memaparkan kebenaran padamu"

"Itu bukan kebenaran, kau hanya sedang membual"

"Kalau begitu mau taruhan?"

"..."

"Aku sudah bertemu dengan Janus, sebelum meminta bertemu denganmu sekarang ini. Dan...untuk sekadar kau tahu, binar mata pria itu tetap sama. Pancaran itu masih seperti Janus yang kukenal"

"..."

"Dia...takkan membiarkan apapun menghalangi jalannya Wonho-ssi, Lee Minhyuk...akan menyingkirkan orang-orang yang berpotensi menggantikannya berada di puncak kejayaan"

-

-

-

Semua terjadi begitu cepat dan terlalu dramatis untuk Hyungwon. Padahal mulanya pria Chae itu tak berpikir akan mendapatkan ending tragis seperti ini, tapi sepertinya memang takdir baik belum berpihak padanya.

Hyungwon masih ingat saat dia memutuskan menyerang Minhyuk –sang Janus- setelah mati-matian menguatkan hatinya. Hyungwon bahkan sudah siap jika dia harus mati saat ini, karena itu dia menerjang tubuh Minhyuk begitu saja tanpa rasa takut.

Berhasil? Tentu saja, tubuh berbeda tinggi itu berguling di lantai yang keras sampai membentur guci besar yang ada di ruangan tersebut. Rintihan keduanya pun terdengar bersahutan kala merasa kepingan-kepingan guci menancap di tubuh immortal mereka. Baik Minhyuk maupun Hyungwon dalam kondisi tak baik sekarang.

"Sialan kau bocah, berani sekali kau menyerangku! Sudah tak sabar bertemu Tuhan ya!?" Berhasil bangkit meski kesusahan, Minhyuk melemparkan ucapan bernada mengejek itu pada Hyungwon.

Hyungwon berdecih, kemudian menatap sinis pada sosok yang lebih tua darinya tersebut "Kenapa tidak kau saja yang dulu menghadap Tuhan, jadi kau bisa memohon ampun lebih lama pada-Nya nanti"

Kali ini Minhyuk tidak menyahut, akan tetapi tawa sumbar yang mengalun dari bibirnya cukup membuat Hyungwon naik pitam.

"Aku tidak akan pergi secepat itu tuan muda Chae, apalagi untuk sekarang" Tangan Minhyuk meraih satu jarum suntik lagi yang tadi ia simpan di saku celannya, lantas membuka tutup benda berisi vaksin tersebut.

Nyali Hyungwon sempat menciut melihat hal itu, terlebih saat tangan lentik Minyuk dengan sengaja mengacungkan benda mematikan itu ke udara. Namun Hyungwon sebisa mungkin menetralkan rasa takutnya, karena tak ingin Minhyuk kembali mengolok-ngoloknya dengan kalimat menyebalkan yang pria itu miliki.

"Kau banyak bicara" Hyungwon kembali menerjanga Minhyuk sambil berusaha menghindari dari serangan jarum suntik.

Awalnya dia kesulitan, namun kedatangan sosok Donghyun yang tiba-tiba membantunya membuat Hyungwon kembali di atas angin kini. Keduanya bersama-sama menyerang Minhyuk, membuat pria yang dijuluki sang Janus itu kelabakan seketika.

"Berengsek" Minhyuk memaki ketika tubuhnya terhempas ke belakang karena tendangan dari Donghyun.

Cukup menyakitkan, meski tidak sampai membuat suntikan di tangannya terlepas. Pupil matanya yang berwarna merah kian memerah kini, bertanda kalau emosinya sudah sampai pada titik tertinggi.

"Waspada Chae, Minhyuk dalam kondisi marah lebih berbahaya untuk dihadapi" Donghyun berbisik pelan pada Hyungwon, sebelum akhirnya kembali menyerang .

Sempat tidak percaya dengan ucapan yang Donghyun ucapkan, Hyungwon harus melongo ketika melihat rival abadi Janus itu terhempas dengan mudah ke udara. Bunyi dentuman keras pun terdengar beberapa detik kemudian, seiring jatuhnya tubuh Donghyun ke lantai.

"Tuan Kim" Hyungwon berusaha membantu Donghyun untuk bangkit, namun gerakannya terhenti ketika Minhyuk sudah lebih dulu bersimpuh di dekat pria Kim itu.

Tangannya yang memegang suntikan mengacung keudara siap menghujam benda tajam tersebut. Itu bukanlah sesuatu yang baik dan Hyungwon tahu benar fakta tersebut. Jadi sekali lagi dengan membulatkan tekatnya, Hyungwon pun menahan lengan Minhyuk yang sudah siap menikam Donghyun.

Minhyuk mengerang frustasi, kini niatannya menyerang Donghyun ia urungkan. Tangannya pun mulai menekan jarum suntik di tangannya ke dekat leher Hyungwon yang sudah terdorong kebelakang karena tenaganya.

Meski kekuatan Minhyuk bisa digolongkan kuat, sosok Hyungwon juga bukan vampire lemah. Bertahun-tahun melatih dirinya untuk melawan Donghyun, menjadikan si vampire Chae memiliki pertahanan yang luar biasa. Berkat kemampuannya tersebut itulah dia mampu mendorong tubuh Minhyuk dari atasnya dan mencoba bangkit dengan tergesa.

Berpikir kalau dirinya akan terlepas dari bahaya, pada kenyataannya hal tersebut tidak benar-benar terjadi. Minhyuk dengan gesit kembali mendekati Hyungwon sambil melayangkan jarum suntik vaksin padanya. Kali ini, sepertinya Hyungwon sudah benar-benar pasrah dengan nasibnya.Dia sudah siap menantang kematian manakala sesuatu –ralat- seseorang tiba-tiba saja mengukung erat tubuhnya. Jarum suntik yang harusnya bersarang di tubuh kurusnya pun kini sudah tertancap di tubuh lain, yang dengan suka rela menjadi tameng untuk dirinya.

Hyungwon terkejut, apalagi Minhyuk. Terlebih ketika tangan berotot Wonho juga mengeluarkan sesuatu dari selipan pinggangnya. Seuah vaksin lain, yang entah darimana pria kepercayaan Minhyuk itu dapatkan.

"Hyung, ayo pergi bersama"

Setelah mengucapkan kalimat itu Wonho dengan cepat ikut menancapkan suntikan ke leher Minhyuk. Suara erangan kesakitan dari Minhyuk pun terlontar, begitu juga dengan Wonho. Pria itu sempat berbalik guna menatap Hyungwon serta melempar senyuman yang menjadi senyuman terakhir untuk Hyungwon.

"SHIN WONHO BERENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN!?" Tak tahu harus bereaksi seperti apa, pada akhirnya Hyungwon hanya bisa menjerit guna meluapkan emosi di dirinya.

Hal tersebut jelas membuat semua yang ada di dalam ruangan itu terdiam, lantas menatap kaget pada dua sosok yang kini meraung kesakitan di dekat kakinya.

"Apa yang terjadi?" Hyunwoo orang pertama yang berani mendekat kearah Hyungwon dan bertanya.

"Hyung...lakukan sesuatu. Lakukan sesuatu untuk si berengsek itu" Rengek Hyungwon sambil mencengkram pakaian bagian depan Hyunwoo.

Tapi Hyunwoo bisa apa? Selain menatap miris sahabat vampire-nya yang perlahan mulai berubah menjadi abu.

"HYUNG! KENAPA DIAM!? SELAMATKAN DIA!" Hyungwon kembali berujar dengan raut wajah seperti sedang menangis.

Ruangan yang semula gaduh dengan suara pukulan dan dentuman benda-benda rusak senyap seketika. Beberapa anak buah Janus bahkan sudah banyak yang melarikan diri ketika melihat sang pimpinan berubah jadi abu.

"HYUUUUUUUUUUNG" Hanya teriakan pilu Hyungwonlah yang terdengar kini, membuat siapapun yang melihat akan merasa kesedihan yang sama dengannya.

*

Semua terasa seperti mimpi untuk Hyungwon. Perjalanan hidup yang ia alami seperti sebuah cerita fiksi yang dibuat oleh seseorang yang memiliki imajiner tinggi. Tiap hari yang ia lewati dan tiap peristiwa yang ia hadapi, semua terasa tak nyata untuk Hyungwon. Termasuk kepergian sosok yang paling dibenci olehnya, tidak...jauh disudut hati Hyungwon dia tak membenci sosok itu. Mungkin lebih tepat kalau Hyungwon mengatakan dia benci kebohongan yang dirajut oleh sosok tersebut.

Nyaris tiga hari mengurung dirinya di dalam kamar, Hyungwon membuat teman-temannya merasa frustasi membujuknya untuk keluar. Bahkan sosok Hyunwoo yang terkenal paling sabar saja sampai kehilangan ide membujuk Hyungwon, apalagi rekan-rekannya yang lain.

"CHAE HYUNGWON" Mari sekali lagi kita beri pengecualian pada oknum dengan nama Lee Minhyuk, yang dengan tidak kenal takutnya memanggil nama Hyungwon dengan lantang sambil mengetuk keras-keras pintu kamar pemuda tinggi tersebut.

Masih tak ada tanggapan, Minhyuk bahkan mulai ragu kalau Hyungwon masih ada di dalam sana. Mungkin saja kan diam-diam lelaki jangkung itu pergi dari rumah, kemudian berkelana entah kemana untuk menghilangkan rasa sedihnya seperti di drama yang sering Minhyuk tonton.

"CHAE KAU MASIH DI DALAM KAN?" Lagi Minhyuk berteriak membuat Kihyun yang berada di dapur memutar bola matanya mendengar suara lantang sahabat manusianya itu.

"Min, hentikan. Jangan menganggu Hyungwon" Itu Hyunwoo yang berujar sambil menarik lengan Minhyuk agar menjauh dari pintu kamar Hyungwon.

"Tapi hyung, aku harus bicara dengan Hyungwon" Minhyuk bersikeras ingin bertemu dengan Hyungwon.

"Nanti, kita bisa melakukan nanti...saat perasaan Hyungwon sudah membaik"

"Kapan?" Balas Minhyuk yang langsung mendapatkan tatapan heran dari si pria srigala Son "Kapan perasaannya akan membaik? Setahun? Dua tahun? Tiga tahun?" Tambah Minhyuk kemudian.

"Min..."

"Aku mengenal Chae Hyungwon dengan baik hyung dan aku tahu perasannya takkan membaik semudah itu. Harus ada yang bicara dengannya meski dia menolak melakukan itu, agar pria berkepala batu itu bisa mengerti kalau yang ia lakukan sekarang itu adalah perbuatan sia-sia" Cecar Minhyuk tak membiarkan Hyunwoo melanjutkan omongannya.

Hyunwoo seketika diam mendengar ucapan Minhyuk yang ia rasa ada benarnya.

"Jadi kau tetap mau menemuinya?" Anggukan Minhyuk menjawab pertanyaan yang baru saja Hyunwoo lontarkan.

"Bagaimana caranya? Hyungwon bahkan tak mau membukakan pintu untukmu" Lagi Hyunwoo berujar.

"Kalau begitu bukakan pintu itu untukku!"

Kedua netra srigala Hyunwoo menatap bingung pada sosok yang lebih muda, jujur dia tak mengerti dengan maksud ucapan Minhyuk.

"Hyung tak memiliki kunci cadangan kamar Hyungwon"

"Ya, aku tahu"

"Kalau tahu kenapa meminta hyung membukakan pintu itu untukmu?"

"Karena aku tahu hyung bisa melakukannya"

"Caranya?"

Senyum aneh terukir di wajah Minhyuk dan hal yang lebih aneh sosok Hyunwoo justru mengerti apa yang diinginkan oleh sahabat manusianya tersebut.

"Kau mau hyung mendobrak pintu itu?"

Awalnya Hyunwoo hanya asal menebak saja dan sedikit berharap kalau apa yang dipikirkannya itu tidaklah benar. Tapi sepertinya harapan Hyunwoo tidak terkabul ketika Minhyuk justru menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Hyunwoo barusan.

"Min, Hyungwon akan marah jika kita melakukan itu" Hyunwoo coba memberi peringatan pada Minhyuk.

"Bagus jika dia marah, setidaknya itu menunjukan kalau dia masih normal"

"Min..."

"Ayolah hyung, kenapa harus takut pada Hyungwon sih? Badan hyung kan lebih besar darinya, kalau dia nanti marah dan mengamuk ya tinggal hyung patahkan saja tubuh kurusnya. Mudah bukan?"

Rahang Hyunwoo tertarik kebawah mendengar bagaimana mudahnya Minhyuk melontarkan kalimat barusan. Bahkan pria bermarga Lee itu berujar dengan raut tanpa dosa, membuat Hyunwoo hanya bisa memijat dahinya pelan karena tingkah Minhyuk.

"Baiklah...baiklah aku akan melakukannya"

Minhyuk bertepuk tangan mendengar jawaban dari Hyunwoo, kemudian menggeser tubuhnya sedikit menjauh. Hyunwoo yang memang tak memiliki pilihan lain pun mulai mengambil ancang-ancang menjauhi pintu dan beberapa detik kemudian pria bermarga Son itu membenturkan tubuhnya ke pintu kamar milik Hyungwon membuat benda kayu tersebut langsung terpisah dari engselnya.

Sosok Hyungwon yang berada di dalam kamar berjengit kaget melihat pintu kamarnya yang dirusak oleh Hyunwoo. Ia mau melontarkan protes pada si pria srigala, namun urung ketika melihat sosok Minhyuk yang berjalan di belakang pria Son tersebut. Ini pasti ulah teman manusianya itu, karena Hyungwon yakin kalau Hyunwoo takkan pernah melakukan hal menyebalkan seperti sekarang tanpa ikut campur seorang Lee Minhyuk.

"Astaga Hyungwon, bagaimana kau bisa terlihat menyedihkan begini" Suara histeris Minhyuk bersama ekspresi berlebihan pria Lee tersebut terdengar kala tubuhnya mendekati Hyungwon "Apa kau sudah turun kasta menjadi klan zombie sekarang?" Imbuh lelaki manis itu lagi membuat Hyungwon semakin kesal karena ulahnya.

"Mau apa kau kemari? Kalau tak ada yang penting, pergi keluar sana!" Balas Hyungwon dengan nada suara yang terdengar begitu sengit.

"Eeey, tentu saja ada hal penting yang mau kukatakan. Jika tidak, untuk apa aku masuk" Minhyuk berujar santai kemudian duduk di sisi ranjang Hyungwon yang sama sekali tak bergerak dari posisinya.

Bagaimana dengan Hyunwoo? Apa dia pergi? Tidak pria berstatus mate Yeojoo itu masih berada di dalam ruangan dengan tatapan siaga. Dia tak mau Minhyuk terluka karena bisa saja sewaktu-waktu pria bermarga Lee itu membuat Hyungwon menggila. Karena itu Hyunwoo memutuskan untuk berada disana meski tetap memberi jarak dari kedua sahabatnya tersebut.

"Sudah selesai belum meratapi nasibnya? Kalau belum...katakan padaku berapa lama lagi kau memerlukan waktu meratapi nasib, agar aku dan yang lain tidak khawatir padamu" Tukas Minhyuk memulai sesi konselingnya dengan Hyungwon.

"Apa perdulimu!? Kau kan bukan bagian dari rumah ini lagi! Apa kau lupa, kalau kalian sudah bukan kawananku lagi semenjak memilih percaya dengan wanita berengsek itu?"

Jujur kata-kata yang Hyungwon lontarkan sedikit melukai hati Hyunwoo. Dia tak suka mate-nya disebut wanita berengsek, terlebih saat Yeojoo tak memiliki kesalahan apapun.

"Tidak sopan mengatai mate orang lain seperti itu, apalagi di depan orangnya langsung seperti sekarang" Nasehat Minhyuk.

"Aku tidak perduli! Kalau tidak suka mendengarnya ya tinggal pergi saja, mudah kan?" Balas Hyungwon masih dengan nada suara yang sangat jauh dari kata bersahabat.

"Won..."

"Apa?"

Minhyuk menghela nafas berat melihat bagaimana sulitnya bicara dengan Hyungwon. Bahkan pria yang dikenal pantang menyerah pada suatu hal yang ia inginkan, seperti mengenal makna putus asa saat ini.

"Aku tahu kau menyebalkan Chae, tapi aku tak pernah tahu kau semenyebalkan ini. Wonho hyung benar-benar luar biasa bisa bertahan bersamamu dalam kurun waktu yang lama"

"Jangan bawa-bawa nama si brengsek itu disini!" Larang Hyungwon.

Sedih di hatinya kembali terusik hanya karena satu nama yang Minhyuk ucapkan dan Hyungwon jelas tak menyukai itu.

"Kenapa? Kau sedih mendengar aku menyebut nama Wonho hyung?" Sadar dengan perubahan ekspresi Hyungwon, Minhyuk pun kembali mengulang nama vampire Shin tersebut.

"Lee Minhyuk!" Hyungwon memperingati

"Wonho hyung, Wonho hyung, Wonho hyung, Wonho...." Ucapan Minhyuk tak lagi terlontar manakala tangan dingin Hyungwon mencengkeram kuat lehernya.

Hyunwoo yang melihat itu langsung kaget dan hendak menghampiri Hyungwon dan Minhyuk. Namun satu isyarat Minhyuk dengan tangannya yang meminta Hyunwoo untuk tidak mendekat, membuat pria srigala tersebut menahan aksinya.

"Kalau tak bisa membencinya, kenapa memaksa membencinya sih Chae?" Mengusap pelan tangan Hyungwon yang mencekiknya, Minhyuk berujar meski kesulitan.

"Jangan sok tahu!"

"Aku tidak sok tahu, tapi aku memang tahu" Balas Minhyuk.

Hyungwon kian kesal karena omongan Minhyuk, dia pun membanting tubuh Minhyuk di atas ranjang lantas menindihnya.

"Sekali lagi kau bicara, aku akan benar-benar membunuhmu!" Ancam Hyungwon tidak main-main.

"Silahkan....tapi jangan menyesal setelahnya" Sama sekali tak takut, Minhyuk justru berujar begitu santai dan tenang.

"Berengsek!" Hyungwon mengeluarkan tarinya dan bersiap merobek nadi di leher Minhyuk untuk membunuhnya.

Namun ketika bibirnya sudah tinggal beberapa senti lagi dari leher Minhyuk, Hyungwon justru tak bisa melakukan apapun. Vampire bermarga Chae itu hanya diam sambil menatap sisi leher Minhyuk.

"Aku tahu kau takkan bisa melakukannya, jadi jangan memaksa diri" Sebelah tangan Minhyuk terhulur dan mengusap belakang kepala Hyungwon.

Ditariknya sosok yang lebih tinggi lantas memeluk erat dalam dekapannya. Kini Hyungwon yang merasa hatinya begitu lelah, hanya bisa menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leher Minhyuk. Sungguh, jika saja air matanya bisa keluar bisa dipastikan pakaian Minhyuk akan basah karena air mata milik Hyungwon. Tapi saat ini, pria bermarga Chae itu hanya bisa meraung tanpa bisa mengeluarkan satu tetes air matapun dalam dekapan Minhyuk.

"Kenapa dia mengkhianatiku Min? Kenapa Wonho hyung mengkhianatiku?" Tanya Minhyuk

"Dia tak mengkhianatimu Chae Hyungwon, dia hanya tak jujur padamu"

Sebuah suara lain datang dari arah pintu, membuat Hyungwon yang masih menindih tubuh Minhyuk menjauhkan diri dari sang sahabat. Matanya menatap kearah pintu kamarnya dan terkejut kala mendapati sosok Donghyun berdiri dengan tenang disana.

"Bisa kita bicara sebentar?" Kalimat tanya bernada perintah itu dilontarkan begitu tegas oleh si pria Kim, membuat Hyungwon bahkan tak mampu menolaknya.

*

"Bagaimana keadaan appa?" Tanya Changkyun pada Siwan yang baru saja meminum obat yang diberikan oleh Gunhee.

Mantan manusia srigala itu pun mengukir senyum di wajahnya, kemudian mengusap pelan surai Changkyun yang sudah terlihat panjang.

"Appa baik" Jawabnya beberapa menit kemudian "Bagaimana dengan teman-temanmu? Apa mereka baik-baik saja?" Siwan pun balas bertanya pada Changkyun.

"Semua baik, kecuali Hyungwon hyung. Sepertinya dia masih belum terima dengan kepergian Wonho hyung" Jawab Changkyun.

Siwan mengangguk paham, sedikit banyak dia mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Hyungwon.

"Kata uncle Yasuo, appa akan tinggal di Jepang bersama uncle?" Tanya Changkyun.

"Begitulah kira-kira, apa kau akan ikut dengan appa nak?" Siwan balas bertanya, setelah lebih dulu menjawab pertanyaan sang putra.

Changkyun menggeleng pelan "Tidak appa, aku akan ikut dengan Hyunwoo hyung. Dia alphaku, jadi aku tak mungkin meninggalkannya.

Balasan dari Changkyun membuat Siwan merasa sedih sekaligus bangga dalam satu waktu. Dia sedih karena tak bisa berkumpul dengan putra semata wayangnya, namun Siwan bangga karena Changkyun memilih setia pada Hyunwoo yang merupakan alpha remaja srigala tersebut.

"Kau harus menjaga dirimu baik-baik ya nak, jangan lupa tetap memberi kabar untuk appa nanti" Pesan Siwan sambil kembali mengusap surai milik Changkyun.

"Pasti appa, aku takkan lupa memberi kabar pada appa" Janji Changkyun

Siwan tersenyum senang mendengar itu, hingga tiba-tiba sosok Minwoo masuk ke dalam kamar Siwan dan memanggil nama Changkyun dari ambang pintu.

"Sudah waktunya bagi tuan Im istirahat" Tukas Minwoo saat kedua netra teman sekelasnya mengarah padanya.

"Oh, iya" Changkyun bangkit dari duduknya "Appa aku pulang dulu, besok aku akan kemari lagi" Tambah Changkyun kemudian.

Siwan hanya mengangguk membalas ucapan Changkyun, kemudian membiarkan sang putra berlalu bersama dengan Minwoo di sisinya. Dua remaja dengan usia sama itu berjalan dalam diam menyusuri koridor, hingga Changkyun yang tak tahan dengan senyap yang tercipta melempar frasa tanya pada Minwoo.

"Bagaimana keadaan Sungjae?"

Minwoo menoleh pada Changkyun sebentar, kemudian kembali menatap lurus ke depan. Sebuah senyum sinis terukir di wajah manis remaja dengan marga No itu, yang sama sekali tak tertangkap pandangan Changkyun.

"Hyun Seong hyung membunuhnya, terus mayatnya dicabik-cabik dan dibuang di hutan" Jawab Minwoo.

"Wuaah, itu terdengar brutal" Changkyun bergidik ngeri, membayangkan bagaimana tubuh Sungjae dicabik-cabik oleh Hyun seong.

Keduanya kembali berjalan dalam diam, baik Minwoo dan Changkyun seolah tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

"Jujur aku tak menyangka orang sepertimu bisa terlibat dengan kelompok aneh seperti ini" Changkyun kembali buka suara memecah hening diantara mereka.

"Orang sepertiku?" Minwoo membeo

"Ne" Changkyun mengangguk sambil menoleh pada Minwoo yang rupanya juga tengah memandangnya.

"Memangnya aku orang seperti apa menurutmu?" Tanya Minwoo kemudian.

"Kau terlihat begitu polos Minwoo-ya, bahkan kupikir kau orang yang takkan tega membunuh semut. Tapi ternyata..."

Minwoo tertawa pelan "Bungkusan memang bisa menipu kan?"

Anggukan Changkyun membalas ucapan Minwoo, si remaja srigala setuju dengan apa yang Minwoo ucapkan. Seperti sikap simpatik Wonho yang bisa menipu dirinya dan yang lain, Minwo juga berhasil menipu Changkyun dengan menggunakan topeng wajah anak remaja baik-baik.

"Maafkan aku karena menipumu, aku...melakukannya karena pekerjaanku menuntut hal itu" Kalimat bernada menyesal itu Minwoo lontarkan pada Changkyun.

Sesungguhnya kalau diberikan pilihan, Minwoo juga tak mau menutupi apapun dari Changkyun. Tapi bagaimana mungkin remaja itu bisa melakukannya? Disaat dirinya memiliki banyak hutang budi pada Donghyun.

"Tidak masalah" Changkyun tak keberatan "Setidaknya kau berada di tempat yang tepat" Tambahnya kemudian.

"Sebenarnya tidak ada tempat yang tepat disini Changkyun-a, semua tempat adalah kesalahan. Kau mengerti maksudku kan?"

"Ne, aku mengerti. Ini seperti kita sedang bermain dalam arena politik kan? Takkan ada yang menjamin kalau orang yang berdiri di sisi kita akan menjadi teman selamanya, begitu maksudmu?"

"Benar"

Tak terasa keduanya sudah sampai diujung lorong, dimana sosok Jooheon menunggu Changkyun sambil menyandarkan tubuhnya di dinding. Pria berdimple itu tadi di larang masuk ke dalam, karena memang area yang mereka masuki hanya boleh dimasuki oleh orang-orang tertentu saja.

"Sudah selesai?" Tanya Jooheon seraya menegakkan tubuhnya

"Sudah" Jawab Changkyun.

Jooheon mengangguk, kemudian mengarahkan pandangannya pada Minwoo begitu juga dengan Changkyun.

"Kami permisi pulang" Pamit Changkyun.

"Ne, hati-hati di jalan"Pesan Minwoo

Kali ini Changkyun hanya mengangguk kemudian membiarkan Jooheon merangkul pundaknya lantas berlalu meninggalkan Minwoo.

*

"Apa maksudmu mengatakan kalau Wonho tidak mengkhianatiku?" Pertanyaan itu dilontarkan Hyungwon kepada Donghyun yang saat ini tengah duduk di hadapannya.

Keduanya tak lagi berada di kamar Hyungwon, melainkan di ruang tengah kediaman vampire Chae tersebut. Hyunwoo, Minhyuk dan Kihyun juga berada disana memandangi dua vampire beda klan yang tengah duduk saling berhadapan.

"Aku mengatakan itu, karena memang itu kebenarannya" Jawab Donghyun.

"Kebenarannya?" Sinis Hyungwon dengan senyum sinis yang terukir di wajah tampannya.

"Wonho memang tak pernah mengkhianatimu Hyungwon-a, karena sesungguhnya tak ada pengkhianat yang rela mengorbankan nyawanya untuk orang yang ia khianati"

Satu kalimat panjang dari Donghyun pun berhasil membungkam Hyungwon. Bibir tebal lelaki Chae itu bahkan tak lagi mampu berujar, meski itu hanya satu kata.

"Kau bisa menyebut Gunhee pengkhianat untukmu, karena dia mencoba membunuhmu karena perintahku. Tapi kalau Wonho, dia tak cocok dengan sebutan itu. Sebab...dia mati-matian melindungi nyawamu bahkan sampai detik terarkhir kehidupannya"

Sesak itu kembali menghinggapi hati Hyungwon, membuat lelaki itu seperti tak mampu bernafas meski sesungguhnya ia memang tak perlu bernafas.

"Dia hanya seseorang yang terlalu takut kehilangan sosok yang begitu ia sayang, karena itu dia berbohong padamu" Lagi Donghyun menjelaskan membuat Hyungwon memandang pria Kim itu dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Kenapa kau menjelaskan semua ini padaku?" Tanya Hyungwon.

"Karena aku kasihan pada Wonho" Jawab Donghyun sembari menatap lurus kedua manik milik Hyungwon.

"Dia hanya salah satu korban Minhyuk, ia dimanfaatkan lelaki itu untuk memuluskan jalannya. Wonho sendiri takkan mampu menolak semua keinginan Minhyuk, yang sudah berjasa besar padanya" Donghyun sengaja menjeda omongannya sesaat guna memperhatikan raut wajah Hyungwon.

"Wonho hanya orang baik yang berada di tempat yang salah, jadi...bukalah hatimu untuk memaafkannya"

"Bagaimana jika aku tak mau melakukannya?"

Donghyun mengendikan bahu sembari melayangkan tatapan acuh "Itu hak mu, aku juga tak bisa memaksa kau harus memaafkannya"

Mendengar ucapan itu jelas saja Hyungwon mengernyit. Jujur beberapa waktu lalu ia sempat berpikir kalau Donghyun akan memaksanya memaafkan Wonho, tapi kalimat yang dilayangkan pria Kim itu justru berbeda dengan apa yang Hyungwon pikirkan.

"Semua orang berhak memilih apa yang akan dia jalani Hyungwon-ssi, begitu juga denganmu. Kau bisa memaafkan Wonho jika memang kau ingin memaafkannya, tapi jika kau mau terus membencinya...kau juga memilki hak untuk itu"

Donghyun memberi jeda sesaat ucapannya, sebelum akhirnya mengeluarkan sesuatu dari balik saku jaket yang ia kenakan. Sebuah benda yang Hyungwon, Kihyun, Hyunwoo dan Minhyuk sangat tahu apa itu. Benda yang sudah merenggut nyawa Wonho juga Minhyuk di pertempuran beberapa waktu lalu.

"Ini, ku kembalikan milikmu" Donghyun menyerahkan 2 buah vaksin yang tersisa kepada Hyungwon.

Hal itu jelas menambah rasa heran di hati Hyungwon, karenanya lelaki dengan tubuh tinggi bak model itu belum mengambil alih vaksin yang dilelakkan Donghyun di atas meja.

"Kelompok kalian adalah penemu benda ini, jadi...aku mengembalikan benda ini pada kalian" Lagi Donghyun berujar karena tak mendapati jawaban apapun dari Hyungwon dan rekan-rekannya.

"Kenapa kau mengembalikannya? Tidakkah kau mau menggunakan benda itu untuk menaklukkan musuhmu?" Tukas Hyungwon setelah diam beberapa waktu.

Donghyun menarik sebelah bibirnya, menciptakan smirk yang anehnya membuat visual lelaki bermarga Kim itu menjadi lebih tampan beberapa kali lipat.

"Aku tak pernah ingin mengambil milik orang lain untuk kepentingan pribadiku Hyungwon-ssi" Dengan santainya Donghyun berujar sambil menyandarkan tubuh kurusnya disandaran sofa ruang tamu Hyungwon.

"Bagiku, merebut hak orang lain hanya untuk mempertahankan apa yang kita miliki hanyalah sikap seorang pecundang. Karena itu aku tak pernah mengambil apa yang bukan milikku" Lagi Donghyun menambahkan.

"Lalu bagaimana dengan fakta kau membunuh orang tuaku demi merebut vaksin yang sedang diteliti ayahku?" Setelah menyimak cukup lama, Kihyun akhirnya ikut bertanya guna menuntaskan keingin tahuannya pada sosok Donghyun.

Lagi-lagi Donghyun melempar smirknya pada kawanan Hyungwon "Aku membunuh ayahmu bukan untuk mengambil vaksin yang ia ciptakan. Tapi aku membunuh tuan Yoo, untuk menghentikan laki-laki itu menciptakan vaksin yang berusaha ia ciptakan" Jelas Donghyun.

"Minhyuk memanfaatkan keserakahan tuan Yoo untuk menjatuhkanku, dia menjanjikan kedudukan tinggi untuk tuan Yoo agar ayahmu itu mau membantunya menciptakan vaksin untuk membunuhku. Kau pikir aku akan diam saja setelah mengetahui konspirasi itu? Tentu saja tidak bukan?"

Kihyun tidak membalas, sebab jawaban yang dilontarkan Donghyun cukup masuk akal untuknya. Sejak mendengar tentang pengkhianatan ayah Hyungwon dari sosok Minhyuk dan sebagian besar cerita mengenai pemberontakan yang dipimpin oleh sang Janus untuk menjatuhkan Donghyun. Kihyun sudah menebak kalau ayahnya tidak di dalam posisi yang tepat. Meski dia belum dewasa saat kehilangan kedua orang tuanya, Kihyun tetap yakin kalau cerita yang diurai Minhyuk dan tuan Im saat mereka ada di kediaman Yeojoo adalah sebuah kebenaran.

Tapi meski begitu, tetap saja ada sebagian hati Kihyun yang berharap kalau ayahnya bukanlah sosok jahat di cerita ini. Kihyun...ingin sekali ada yang mengatakan kalau tuan Yoo adalah orang yang dipaksa berkhianat untuk melindungi keluarganya. Dengan begitu Kihyun masih bisa menyimpan kenangan manis bersama sang ayah dan menjadikan hal itu cerita yang akan ia bagi kepada anak cucunya kelak.

"Di dunia ini, tidak semua harapan yang kau inginkan akan terwujud nak. Bahkan meski kau berjuang mati-matian atau berusaha keras mengubahnya. Akan ada satu atau dua harapan yang kau yakini takkan pernah terwujud dan kau harus siap menghadapi hal itu" Seolah mengerti pergulatan batin Kihyun, Donghyun berujar sembari menatap lurus pria mungil bermarga Yoo tersebut.

Kihyun yang mendengar perkataan Donghyun hanya bisa menunduk dalam tanpa bisa bereaksi apapun.

"Baiklah...kurasa hanya itu yang akan kusampaikan pada kalian hari ini. Sekarang semuanya terserah pada kalian. Kalian mau menyimpan vaksin itu, memperbanyak atau bahkan membuangnya, aku takkan melarangnya" Donghyun kembali berujar.

"Lalu bagaimana kalau aku mau menggunakan vaksin ini untuk membunuhmu?" Hyungwon bertanya sambil meraih vaksin di atas meja.

Sepasang netra kembarnya menatap lekat Donghyun, seolah mempertegas kalimat yang baru saja ia lontarkan dari bibir tebalnya

"Kau mau melakukan itu?"

"Ya, aku mau melakukan itu"

"Baiklah...kalau begitu kau bisa melakukannya sekarang"

Tanpa rasa ragu bahkan rasa takut, Donghyun berujar membalas ucapan yang Hyungwon lontarkan. Dia bahkan dengan baik hati memberikan alat suntik miliknya pada Hyungwon dan membiarkan pria yang lebih muda darinya tersebut mengisi benda tersebut dengan Vaksin di tangannya.

"Dengan begini semua akan impas kan tuan Kim? Kau...dan Janus, kalian harus sama-sama menghilang"

Usai mengatakan kalimat tersebut, Hyungwon mengarahkan tubuhnya memutari meja guna mendekat kepada Donghyun. Lalu bagaimana dengan Donghyun? Lelaki itu hanya diam sambil menatap semua gerak gerik Hyungwon. Ia bahkan tidak bergeming saat Hyungwon berdiri tepat di hadapannya sambil mengacungkan suntikan berisi Vaksin tepat di depan wajahnya.

"Apa kata-kata terakhirmu tuan Kim?" Tanya Hyungwon pada Donghyun.

Donghyun hanya menggeleng dengan manik mata yang masih menatap lekat kearah kelereng hitam milik Hyungwon.

"Baiklah, kalau begitu selamat bergabung bersama Janus dan Wonho di neraka sana. Jangan lupa sampaikan salamku pada dua pria aneh itu, katakan juga aku akan segera menyusul mereka nanti" Tukas Hyungwon membuat mata Hyunwoo, Kihyun dan Minhyuk membulat mendengarnya.

"Baiklah...semoga aku ingat dengan pesanmu" Donghyun terkekeh pelan, sebelum memejamkan matanya.

"Chae...." Minhyuk dan Kihyun berujar bersamaan pada Hyungwon yang sudah melayangkan suntikan kearah Donghyun.

Namun waktu seperti terlalu cepat bergerak, membuat kedua pria dari klan manusia itu hanya bisa mengaga lebar melihat bagaimana Hyungwon tetap melayangkan suntikan tersebut kearah Donghyun.

Hyunwoo yang juga menjadi saksi peristiwa tersebut bahkan tak bisa berbuat apa-apa. Meski sebagai teman sebenarnya Hyunwoo bisa mencegah apa yang Hyungwon ingin lakukan. Akan tetapi werewolf alpha tersebut memilih membiarkan Hyungwon melakukan apa yang vampire Chae itu kehendaki. Karena menurut Hyunwoo, segala hal yang mereka mulai harus diakhiri. Dan mungkin sepertinya cerita ini memang harus diakhiri dengan cara seperti ini. Suka tidak suka dan mau tidak mau, buku perjalanan Hyungwon dan teman-teman harus menyentuh lembar terakhirnya.

"Selamat tinggal semua"

The End....

Keut, Are You There berakhir

Makasih buat semua reader yang udah singgah...😚
Juga buat semua dukungan readernim semua, gamsahamnidaaaaaa...🥰
Okeh kak Porumtal pamit, see you other story
Bye....bye

Langsa, 24 Maret 2021
4636 word
🌕 Porumtal 🌕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro