Bertemu Lagi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab 5 Bertemu Lagi

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (QS. Muhammad : 31)

Suara adzan dhuhur berkumandang. Seorang perempuan paruh baya yang sedang menyetrika pakaian pun segera menyudahi aktifitasnya. Ia melangkahkan kaki cepat untuk mengambil wudhu dan mengenakan mukena untuk kemudian menuju masjid yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia segera mengisi shaf dan menunaikan sholat sunah sebelum iqomat berkumandang.

Dialah Siti Maimunah, perempuan paruh baya dengan wajah yang selalu berseri. Ibu dari Adam Al Akbar ini adalah seorang muslimah yang taat beribadah dan juga baik hati. Tak heran jika banyak warga yang baik terhadapnya.

"Pulang dari masjid Bu?" sapa salah seorang tetangga yang berpapasan dengan Siti.

"Iya Pak Imron, mari."

"Tunggu sebentar Bu, ada yang mau saya bicarakan," ucap pak Imron menghentikan langkah Siti.

"Iya pak ada apa ya?" tanya Siti penasaran.

"Itu Bu mau tanya, putra Bu Siti apa sudah mempunyai calon pendamping?"

"Oh Adam? belum pak masih single. Ada apa ya Pak?" tanya Siti kemudian.

"Jika ibu mengijinkan saya ingin mengenalkan nak Adam dengan keponakan saya Asya. Barangkali nanti mereka berjodoh," ucap Imron hati-hati.

"Boleh saja Pak, tapi saya harus bicara ini dengan Adam dulu Pak. Kalau saya terserah Adam saja Pak," jelas Siti.

"Iya bu tidak apa-apa, jika nak Adam bersedia tolong kabari saya ya Bu."

"Baik Pak, kalau begitu saya permisi dulu ya Pak. Mari," ucap Siti berlalu pergi.

Langit biru yang beberapa jam lalu berubah menjadi orange kini kian menggelap. Seorang pemuda bergegas untuk segera pulang sebelum adzan magrib berkumandang.

"Suf aku duluan ya," pamit Adam kepada Yusuf yang sedang menutup bengkel.

"Iya Bang, hati-hati di jalan."

Adam mengendari motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia sedikit terburu-buru karena tak ingin melewatkan berbuka puasa bersama keluarganya. Lima menit lebih cepat dari perkiraan Adam sudah sampai di rumah tepat sepuluh menit sebelum adzan berkumandang.

"Bu, Adam mandi dulu ya," ucap Adam sembari mencium punggung tangan Siti dengan tergesa.

"Iya nak," ucap Siti sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sang putra.

Semua sudah duduk di kursi meja makan, kecuali Adam yang masih mandi untuk itu Ilham belum memulai memimpin do'a untuk berbuka puasa.

"Siti, Adam mana sih kok lama banget? Buruan panggil!" ucap Mila yang tak sabaran.

"Iya mbak." Baru saja Siti hendak membalikkan badan namun Adam lebih dulu datang. Siti pun meminta Adam segera duduk.

"Maaf lama menunggu," ucap Adam tak enak hati.

"Tak apa nak," jawab Ilham.

"Tak apa bagaimana bapak ini, ayo buruan mulai!" desis Mila kesal.

Ilham memulai memimpin do'a dan mempersilahkan seluruh keluarga untuk mulai makan setelah ia berdo'a. Seperti biasa usai berbuka puasa bersama mereka langsung sholat magrib berjamaah.

Usai sholat Adam kembali ke kamarnya, Siti membuntuti Adam dari belakang dan ikut masuk ke dalam kamar sang putra.

"Adam," panggil Siti.

"Iya Bu, ada apa?" tanya Adam yang saat itu sedang duduk di pinggiran ranjang.

"Tadi Pak Imron bertanya kepada ibu, apakah kamu sudah memiliki calon pendamping," ucap Siti hati-hati.

"Lalu Ibu jawab apa?"

"Ibu jawab belum nak, kemudian Pak Imron meminta ijin  kepada Ibu untuk mengenalkan keponakannya yang bernama Asya sama kamu Dam," jelas Siti.

Adam terdiam sejenak, dan tidak menanggapi ucapan sang ibu.

"Bagaimana menurutmu nak?" tanya Siti.

"Maaf Bu, tolong sampaika permintaan maaf Adam kepada Pak Imron dan keluarga ya. Adam saat ini sedang fokus dengan skripsi Adam bu. Adam ingin segera lulus." ucap Adam lembut.

Siti tersenyum, ia mengerti apa yang putranya pikirkan saat ini. "Iya nak tak apa, besok ibu akan menemui Pak Imron dan meminta maaf kepadanya. Semoga kamu segera lulus dan mendapatkan kerja ya nak."

"Amin, terimakasih Bu atas do'a dan pengertiannya."

"Ya sudah beristirahatlah kalau begitu nak. Ibu tahu kamu lelah."

***

Ditempat lain seorang perempuan paruh baya sedang menemani putrinya memasak kue. Ya, membuat kue adalah salah satu cara Alisha untuk mengalihkan rasa sedih dan setresnya. Maria dengan sabar menjawab  sang putri yang terkadang masih sering bertanya tentang step-step yang harus dilakukan.

"Ma, ini berarti tinggal dioven seperti biasa kan ma?" tanya Alisha memastikan.

"Benar Sayang."

Setelah hampir dua jam bergelut di dapur Alisha dan Maria pun menyudahi aktifitas mereka dengan hasil kue yang memuaskan.

"Perfecto!" seru Maria.

"Ini enak Sayang, duh kamu makin pinter bikin kue ya," puji Maria yang membuat Alisha terkekeh.

"Mama bisa aja."

"Ini yang satu Alisha simpan ya ma, Alisha mau kasih kuenya ke temen Alisha." ucap Alisha sembari menyimpan kue di depannya.

"Hemm ... boleh Sayang." Maria mengangguk-anggukkan kepala setuju.

Keesokan harinya Alisha memberikan kue bikinannya kepada Fira. Fira pun senang mendapat kue dari Alisha.

"Pagi," sapa Alisha sembari tersenyum.

"Pagi, hai Sha sini duduk," ucap Fira sembari tersenyum mebalas senyuman Fira.

"Ini buat kamu." Alisha mengangsurkan sebuah kotak berisi kue buatannya kepada Fira.

"Wah, apa ini?" tanya Fira penasaran.

"Buka dong," pinta Alisha.

Fira membuka kotak kuenya lalu mencicipi kue tersebut. "Enak Sha, ini siapa yang bikin?" tanya Fira penasaran.

"Aku yang bikin," jawab Alisha yang membuat Fira tak percaya.

"Hah! Seriusan kamu yang bikin?"

Alisha menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Aku bagi ke temen-temen lain ya Sha? biar mereka pada cobain kue buatan kamu ini."

"Silakan." Fira membagi-bagikan kuenya kepada beberapa teman sekelas mereka.

"Oh ya, abis kelas temenin aku yuk Sha?" ucap Fira memohon.

"Kemana?" tanya Alisha penasaran.

"Nanti juga kamu tahu," ucap Fira sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Ckk, kebiasaan!"

***

Begitu dosen keluar dari kelas Fira langsung menarik lengan Alisha menuju ke sebuah ruangan yang bertuliskan "Ruang Pertemuan", Alisha mengerutkan dahinya lalu mulai menyadarinya kemana Fura mengajaknya.

"Fir, aku malu kamu aja deh yang masuk. Aku tunggu di luar saja." ucap Alisha.

"Ayolah Sha, plis temenin gue," ucap Fira dengan wajah memelas.

"Mau ya Sha, plis." Kali ini Fira mengekuarka  jurus andalannya menangkupkan kedua tangan di depan wajah sembari memohon dengan wajah memelas.

Alisha pun menghembuskan nafas kasar, ia dengan terpaksa menganggukkan kepala dan mengikuti langkah kaki Fira masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia benar-benar tak menyangka jika Fira mengajaknya menghadiri pertemuan panitia kegiatan sosial kampus yang sama sekali tak ia sukai.

"Siang, Bang Adam," sapa Fira.

Alisha terkejut melihat sosok Adam di hadapannya, pun dengan Adam yang sama terkejutnya. Keduanya saling berpandangan membuat Fira yang berada di antara keduanya heran.

"Kalian saling kenal?" tanya Fira yang membuat keduanya memutuskan pandangan dan salah tingkah.

Bersambung....

Wohaaaa...
Gimana menurut kalian?
Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya ya?
Hemm Alisha dan Adam bakal ngomong apa ya ke Fira?
Penasaran kan?

Yukkk komen!!!

Jangan lupa Follow dan juga klik gambar bintangnya dan masukin novel ini ke dalam reading list kalian yak...

Terimakasi...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro