[seizième]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ sim speaking ]

Yogyakarta terasa begitu hangat. Aku menyukainya.

Pertanyaan Ava tadi masih menggema di kepalaku. Aku tidak bisa melupakannya.

Apa bakal selalu ada lo buat gue?

Sejujurnya, aku ingin menjawabnya dengan yakin bahwa aku akan selalu ada untuknya. Tapi aku sadar, begitu kuliah besok, akan ada banyak hal yang mencegahku dari menemaninya setiap saat.

Aku merangkulnya saat kami menunggu bagasi. Ava langsung menyingkirkan tanganku.

"Gue emang nggak bisa janji bakal selalu ada buat elo," kataku sambil mengambilkan koper Ava, "tapi gue bakal berusaha."

"Ya ampun, bercanda kali," Ava tertawa--tapi tawanya terdengar terpaksa. "Gue nggak minta lo ngelakuin itu. Kita di sini untuk kuliah, Sim. Bukan untuk jalan berdua terus."

Aku tidak menyahut sampai kami keluar dari bandara. Saudara Ava yang seharusnya menjemput kami belum tiba.

"Gue salah apa, Va?"

Ava menoleh. "Maksudnya?"

"Keliatan, Va. Lo jadi beda."

Untuk sesaat, dia diam saja. Aku merasa dia semakin jauh dariku.

"Bukan salah lo, Sim." Ava menghela napas. "Lo nggak salah."

"Terus kenapa lo jadi beda?"

"Itu, saudara gue udah sampai."

Ava menyeret kopernya menjauh dariku. Dan aku merasa dia menyeret dirinya menjauh juga.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro