[trente-neuvième]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ ava speaking ]

Jantungku berdebar begitu kencang dan aku bahkan nggak bisa berpikir dengan jernih. Benarkah Sim baru saja menyatakan perasaannya padaku?

Astaga, aku benar-benar merasa malu. Sungguh. Siapa yang menyangka kalau Sim menyukaiku? Demi apa pun, aku dulu hanya bisa memimpikannya saja. Tidak pernah kusangka ini benar-benar terjadi.

"Ava?" tanya Sim. "Maaf, gue cuma—"

"Lo kurang ajar karena udah bikin gue ngerasa bersalah udah suka sama elo."

Begitu kalimat itu meluncur dari mulutku, aku merasa tambah malu. Ah, apakah akan jadi begini awal dari kisah cintaku? Aku sama sekali tidak berani menatapnya.

"Jadi, maksudnya?" Sim merasa perlu bertanya.

"Gue suka sama elo sejak SMA, Sim. Dan sejak saat itu, gue nggak pernah bisa berhenti suka sama lo, bahkan setelah lo pacaran sama Diana. Bahkan setelah kita menjauh."

Sim mengangkat wajahku hingga tatapan kami bertemu. Dia mengeluarkan senyumnya yang begitu khas. Wajahnya nyaris terlihat memerah.

"Lo tau nggak sih," ujar Sim, "betapa penginnya gue nanya satu hal sama elo?"

"Nanya apa?"

"Mau nggak, kalau lo jadi pacar gue?"

Wajahku pasti sangat memerah, karena Sim malah tertawa. Aku bisa mendengar kegugupan dalam suaranya.

"Lo tau nggak sih," aku membalasnya, "betapa penginnya gue bilang satu hal sama lo?"

"Bilang apa?"

"Gue mau."

Sim terlihat benar-benar terkejut. Aku gantian tertawa gugup. Astaga, jadi beginilah awal dari cinta pertamaku.

Aku mendorongnya main-main. "Lo–atau kamu aja kali ya?–yang traktir. Aku laper."

Aku berjalan ke dalam duluan, dan aku bisa merasakan tangan Sim meraih tanganku.

"Siap, Nona Ava. Bilang aja mau makan di mana dan aku akan traktir kamu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro