PROLOGUE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semalaman, Atha kecil menangis karena tidak bisa tidur.

Lemparan piring-piring itu, seolah menjadi isyarat kandasnya hubungan kedua orangtuanya. Hubungan dua insan manusia yang sangat ia sayangi lebih dari apapun.

Isak tangis Mama...

Semua sumpah serapah dari mulut Papi...

Figura, piring, foto, dan guci-guci kecil yang pecah.

Hanya kakaknya yang dapat ia peluk saat itu. Kakak laki-lakinya, satu-satunya yang sangat sayang dengan Atha. Yang juga ikut menangis sambil meringkuk diatas kasur kecil miliknya. Atha mulai lelah mendengar semuanya.

"Kak Gerald..." Atha masih berlindung dibalik jaket Sang Kakak. Tanpa terasa, seperti ada air, cairan, atau sesuatu yang hangat jatuh diatas kepala Atha. Ia meraba kepalanya itu, lalu menemukan darah di tangannya. Matanya membulat, lalu menoleh keatasnya, didapatkan wajah sang kakak sangat pucat, dengan darah terus mengalir dari hidungnya.

Gerald masih mencoba menghapus jejak-jejak darah disana dengan telapak tangannya, tapi percuma, darah mengalir tanpa henti. Membuat Atha kecil mulai khawatir. Hatinya yang sangat halus seperti sutra, dan gampang sekali memberikan empati kepada orang, mulai panik. Wajahnya sangat merah, ia mulai banyak bertanya kepada sang kakak. Tak membiarkan kakaknya tertidur.

"Jangan pernah kamu biarin Gerald tidur sambil berdarah ya, Tha. Kalo dia tidur, dia bisa gak bangun lagi...cuma kamu harapan Mama buat bantuin Gerald selalu terjaga..." Mama mengusap kepala anak bungsunya itu sebelum ia keluar dan bermain berdua bersama sang kakak.

Atha sebenarnya tidak terlalu mengerti apa yang kakaknya derita selama ini, hanya itu pesan Mama. Jangan pernah membiarkan si kakak kesayangan tertidur dengan kondisi mimisan seperti itu jika tidak mau Gerald hilang untuk selama-lamanya.

Tapi sepertinya Atha gagal membiarkan Gerald tetap terjaga. Gerald peralahan terkulai lemas, dengan kondisi tubuh yang sangat dingin. Atha yang sedari tadi menangis dalam diam, mulai mengeraskan suaranya. Memancing kedua orangtuanya yang sedang berkeruh untuk masuk ke kamarnya. Hawa takut langsung menyelimuti mereka, Gerald segera dibawa ke rumah sakit, mendapatkan penanganan terbaik, dan segala usaha dari banyak dokter. Hanya itu yang Atha lihat.

Dan terakhir kali yang Atha tahu, kain putih mulai menyelimuti tubuh Gerald. Mesin persegi panjang itu mengeluarkan bunyi yang sangatlah nyaring. Mama dan Papi mulai menangis, memeluk si kakak, sementara Atha hanya diam dan berdiri di sebelah tubuh Gerald yang sudah  kaku.

Atha mengerti, ia mulai kehilangan satu-satunya orang yang selalu melindungi dirinya dikala kedua malaikat baiknya tengah menjelma menjadi dua iblis yang  sedang bertengkar. Tak akan lagi yang dapat memeluknya, memberinya kehangatan, dan memberi nasihat-nasihat baik untuk selalu menjaga Mama saat Papi sedang menyakiti Mama atau saat Gerald sewaktu-waktu pergi jauh.

Atha mulai tumbuh dewasa tanpa Gerald. Berlaku sesuka hatinya setelah kedua orangtuanya resmi bercerai. Bukan menjaga Mama, tapi hak asuh jatuh kepada Papi. Ia tak tahu keberadaan Mama, ia hanya bisa menghubungi Mama lewat handphone peninggalan kakaknya. Sekalipun bertemu, itu hanya diluar rumah, dan baru terjadi sekali setelah perceraian itu. Papi menikah lagi, dengan seorang wanita berumur tiga puluh tahun. Terlihat sangat matre dan royal. Terlalu melankolis untuk hal tidak berguna. Hati seorang Atha yang dulu sangat sensitif, menjadi sekeras batu. Entah itu batu atau hanya es batu. Terkadang, walau ia masih menyembunyikan rasa kesepian yang baru melanda setelah perceraian orangtuanya, Atha yang mencoba terus tertawa, berlaku tidak sopan, berusaha lucu dan menyenangkan, sikap dan sifatnya masih ketara oleh Acha. Acha yang sangat peka akan perasaan orang lain. Acha yang peka akan kesedihan dan kesendirian Atha.

Kini yang Atha tunggu hanyalah seseorang yang dapat hadir ke hidupnya, menggantikan posisi Gerald, tidak peduli perempuan atau laki-laki, tapi Atha terlihat sangat menunggu orang itu. Hanya saja ia tak menyadari nya. Ia tak pernah tahu ternyata selama ini orang itu ada di dekatnya. Orang yang selalu ia ejek, ia jauhi, ia caci maki. Dan orang itu adalah orang yang sangat ia benci. Tapi orang itu, hanya dia satu-satunya yang dapat mencairkan dan melunakkan hati seorang Atha, orang yang penuh dengan kehangatan dan pengertian, satu-satunya orang yang sangat mengerti pribadi Atha dengan dalam secara tidak sengaja.

Dan satu-satunya orang yang sangat mendukung Atha dalam keadaan terpuruk nya sekalipun. Acha.

Hingga akhirnya takdir mampu membuatnya menyesal. Sangat menyesali hal itu. Karena takdir tak membiarkan Atha hidup selamanya dengan orang itu.

***

WEH, BARU LAGI.

Agak gaje gak apa ya? Nanti masih mau di edit-edit lagi kok, tenang.

Cuma isyarat aja kalo gue bakal bikin cerita baru, entah nanti barengan sama SISTERHOOD gue kerjain, atau setelah SISTERHOOD. Berita selanjutnya menyusul.

WELCOME ATHA-ACHA (ATHACHA!)

Masih dengan gaya yang sama,

Dank~~

JAKARTA, 4 JUNI 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro