Bab 3b

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Minggu pagi yang damai, Rich belum keluar dari kamar. Athena yang terbangun sangat awal, setengah berbaring di ranjang dan membuka ponsel untuk melakukan panggilan. Diangkat saat dering kedua.

"Aku sudah tahu kamu akan meneleponku. Untung aku bangun pagi ini."

"Jam berapa di sana?"

"Jam sembillan, Darling. Masih terlalu pagi untukku bangun."

Athena mendengkus. "Aku heran kenapa gajimu lebih besar dariku, padahal yang kamu lakukan hanya bersantai di rumah dan di depan komputer."

"Please, jangan cemburu padaku Athena. Siapa suruh kamu tidak punya pinggul dan dada besar. Apa kamu tahu itu adalah modal utamaku mencari uang?"

"Yeah, setidaknya kamu jujur, Neo. Ngomong-ngomong, ada kabar dari kakakku?"

"Ada," jawab Neo cepat. "Satu pesan cukup panjang dari Dante. Menjelaskan tentang perjalanan yang akan diikutinya bersama Perdana Menteri. Dia berharap bertemu denganmu di suatu tempat, karena kemungkinan besara Perdana Menteri akan mengundang keluarga Martin Moreno."

"Wah, akan menyenangkan kalau bisa bertemu kakakku. Ada lagi?"

"Dari kakak pertama Drex, mengucapkan selama padamu karena mempunya keponakan perempuan. Ia mengirim foto bayi yang mungil dan cantik."

"Benarkah?" Athena berteriak lalu menutup mulutnya. Terlonjak dari atas kasur dan melayangkan pukulan ke udara. "Akhirnya, keponakanku yang menggemaskan hadir juga ke dunia. Bisakah kamu mengirimkan foto bayi itu padaku?"

"Tentu, dan juga menghapusnya."

"Baiklah, terima kasih."

"Tunggu, satu pesan lagi yang harus kamu tahu."

"Dari siapa?"

"Boss tentu saja."

"Ya? Apa katanya?"

"Hati-hati, jangan sampai perasaanmu terlibat."

Sebuah pesan yang aneh untuknya, Athena merasa tidak biasanya sang boss bermain kata-kata. Apa yang membuatnya harus berhati-hati? Dan kenapa pula dengan hatinya? Misi penyamaran kali ini bukan yang pertama dilakukannya. Ia sudah sering menyamar dari mulai menjadi puteri kerajaan, koki di restoran, sampai gadis pembuk. Menjadi model pun pernah dilakukannya saat harus menyelidiki kematian designer terkenal. Menyamar menjadi laki-laki dan mengawal Rich harusnya bukan pekerjaan sulit yang membuat perasaan ikut terlibat.

Athena menerima tawaran pekerjaan ini, selain untuk mencari tahu bisnis tersembunyi dari Martin, juga ingin mempelajari sejauh mana keterlibatan sang miliarder dengan sang tuan. Karena itulah, Athena rela menyamar menjadi laki-laki agar leluasa bergerak. Dalam jadwalnya, harusnya bekerja di sini tidak sampai setengah tahun. Makin cepat makin baik.

Bosan berada di kamar, Athena menggunakan waktunya untuk berlatih bela diri. Ia bertemu Samel di lorong dan mengajaknya di tempat olah raga yang berada persis di dekat taman samping. Ada Gordon dan Ego sedang berebut untuk mendapatkan perhatian para pelayan. Keduanya tanpa malu-malu melancarkan rayuan yang sering kali terdengar aneh.

"Kalau nanti aku naik pangkat, orang pertama yang aku inginkan untuk kuberikan hadiah adalah kamu, Manis." Suara Gordon menembus pagi yang sunyi.

"Kenapa aku?" tanya si pelayan perempuan dengan rambut dikuncir ekor kuda.

"Karena ku ingin menua bersamamu," rayu Gordon.

Si perempuan alih-alih senang mendengar rayuan Gordon justru merasa sangat sebal. "Oh, menurutmu aku sudah tua gitu? Maaf, ya, tahun ini aku baru 23 tahun."

"Bukan begitu maksudku."

"Sorry, aku nggak tertarik sama kamu."

"Hei, apa-apaan ini?"

Athena tidak dapat menahan senyum mendengar percakapan mereka. Memiringkan kepala, merunduk cepat di lantai saat beberapa piasu kecil terbang ke arahnya. Ia berteriak keras.

"Samel, kamu berniat membunuhku?"

Samel meringis. "Itu hanya permulaan Drake. Jangan cengeng!"

Athena memaki keras saat Samel lagi-lagi menyerangnya dengan pisau. Ia tidak membawa senjata untuk menangkal, mengangkat kursi dan menghantamkannya ke arah Samel yang berkelit cepat. Athena membuang kursi ke samping, dalam jarak dekat memberikan tendangan yang membuat Samel terjatuh di matras.

"Wow, hebat sekali, Drake!"

Rich muncul sambil bertepuk tangan dengan keras. Athena membantu Samel bangun. Rich menghampiri keduanya dan mengamati suasana matras yang berantakan. Pisau kecil di mana-mana dan kaki salah satu kursi ada yang patah. Rupanya, saat berlatih pun mereka melakukan dengan sungguh-sungguh.

"Samel, aku memintamu ke ruang samping. Ada penjaga gerbang yang baru. Bisakah kamu bersama tim yang lain melatih mereka. Minimal, cara membela diri kalau ada orang jahat yang ingin menerobos masuk."

Samel membungkuk. "Baik, Tuan."

Athena juga ingin beranjak pergi tapi Rich menahan langkahnya. "Drake, kamu tetap di sini. Ada sesuatu yang harus kita lakukan."

"Tuan ingin saya melakukan apa?" tanya Athena.

Rich membuka jubahnya. Tubuhnya yang kokoh berbalut celana pendek dan kaos oblong berlengan tipis. "Mengajariku bela diri."

Athena melongo. "Tuan ingin belajar beladiri dari saya?"

"Iya, Drake. Dari siapa lagi kalau bukan kamu? Ayo, cepaat!"

Mau tidak mau Athena mengikuti langkah Rich menuju matras. Mereka berdiri berhadapan dan saat melihat Rich memasang kuda-kuda, tanpa sadar ia tersenyum. Rupanya, Rich menguasai bela diri juga.

"Karate?" tanyanya.

Rich mengangguk. "Iya, aku akan menjajal kemampuanku padamu."

Athena berkelit saat Rich menyerang. Mengakui kalau gerakan laki-laki itu cukup cepat deangan pukulan yang mantap. Sepuluh menit pertama, ia membiarkan Rich mengejarnya. Tidak membalas pukulan laki-laki itu dan hanya menghindar. Hingga satu tendangan nyaris mengenai kepala, dan Athena menyudahi rasa sungkan. Membalas semua pukulan yang diarah Rich padanya. Menekel tendangan, dan berhasil menghentikan serangan untuknya.

Rich duduk dengan napas tersengal, mengacungkan jempol pada Athena. "Kamu hebat. Aku akui itu."

Athena mengambil air mineral di lemari pendingin dan mengulurkannya pada Rich. "Tuan juga cukup lumayan. Tidak buruk untuk seseorang yang menghabiskan waktunya di balik meja."

Rich tergelak, menerima air dan membuka tutup lalu meneguknya dengan rakus. Air membasahsi tenggorokan dengan jakunnya yang naik turun. Tetesan air bergerak dari bibir ke dagu lalu ke leher dan Athena memalingkan wajah dengan susah payah. Tidak ingin dipecat karena memperhatikan boss sedang minum.

"Sudah lama aku tidak berlatih Drake dan ternyata kamu adalah guru yang hebat. Mulai sekarang, setiap kali ada waktu luang, kamu harus mengajariku berlatih tanding."

"Gordon juga hebat, Tuan. Anda bisa berlatih menggunakan senjata tajam dengannya."

Usul Athena membuat Rich tertarik. "Bagus, kalian bisa bergantian." Rich merebahkan diri di matras menatap langit-langit ruang olah raga. Keringat bercucuran di tubuh dengan napas mulai berangsur normal. "Aku tidak tahu, kapan terakhir kali bersantai di hari Minggu. Biasanya selalu bekerja tidak peduli hari apa."

"Tubuh dan pikiran Tuan perlu istirahat."

"Memang, tapi masalahnya dengan banyaknya pekerjaan sulit untuk bisa melakukan itu. Terutama kalau kita punya orang tua egois yang lebih suka berbulan madu dan berjalan-jalan keliling dunia. Meniggalkan anaknya berkutat dalam pekerjaan yang menumpuk tiada habisnya."

Rich bangkit mencopot kaos dan kini bertelanjang dada. Menunjuk Athea yang terdiam di sisi matras. "Kaosmu basah, kenapa tidak mencopotnya dan mengganti yang baru?"

Athena tertawa kikuk. "Saya tidak bawa baju ganti, Tuan."

"Ganti di kamar, tapi kamu bisa copot kaosmu lebih dulu."

"Tidak, Tuan. Lebih baik saya lakukan di kamar."

"Hei, kenapa kamu malu-malu? Aneh kamu ini. Kita sesama laki-laki. Ayo, buka kaosmu?"

Athena berpamitan keluar dari ruang olah dan tidak memberikan kesempatan pada Rich untuk memaksanya membuka kaos. Ia ingin mengganti pakaian basah tentu saja, tapi tidak mungkin dilakukan di depan Rich. Athena mempunyai kesan kalau Rich adalah laki-laki dengan pikiran kotor dan mesum.

**

Extra

Gordon berlari ke kamar Athena dan berteriak keras.

"Drake, kamu mengusulkan aku menjadi pelatih tanding untuk Tuan Rich?"

Athena mengangguk. "Iya, kamu hebat dengan senjata."

Gordon melemparkan tinju ke udara. "Yess, aku memang yang terbaik dan aku pastikan,. kamu serta Tuan Rich tidak salah memilihku."

Athena mengangkat sebelah alis. "Hati-hati, bisa-bisa kamu nggak gajian karena itu."

"Kenapa?" tanya Gordon was-was.

"Karena satu goresan saja di kulit Tuan Rich, bisa dipastikan gajimu dipotong."

Gordon menggeleng panik. Matanya molotot. "Kalau gitu nggak mau. Cabut lagi rekomendasimu."

"Tidak akan!"

"Drakeee!"

"Sudah terlanjur."

"Gimana ini? Aku nggak mau miskin. Kalau gaji dipotong, gimana caranya mentraktir gadis-gadis pelayan itu. Drakeee! Kamu kejaam!"

**

Di Karyakarsa update bab 11-12.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro