Bab 8a

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk penyamaran kali ini Rich tidak membawa banyak pengawal. Cukup hanya berdua dengan Athena. Ia mengabaikan protes keberatan anggota tim yang lain dengan alasan tidak ingin penyamarannya terbongkar.

"Kalian lihat kami sekarang, persis seperti sepasang kekasih bukan. Saat ini, namaku adalah Romeo dan di sampingku adalah Athena. Kalau kalian semua ikut bersama kami, hancur nanti rencana yang sudah disusun."

"Tuan, bagaimana kalau terjadi sesuatu?" Samel tetap merasa cemas. "Setidaknya ijinkan kami berjaga dari kejauhan."

"Benar, Tuan. Kami ingin dilibatkan meskipun tidak secara langsung."

Percuma Rich menolak, anak buahnya bersikukuh. Akhirnya disepakati kalau mereka akan tetap berjaga di luar. Athena akan menghubungi kalau ada masalah. Rich menggunakan mobil baru, mengendarai dengan Athena berada di sampingnya. Mobil melaju kencang di antara ramainya pengguna jalan. Rich ternyata pengendara yang lihat. Mampu mengebut dengan stabil. Tidak heran saat Athena menbawanya mengebut, laki-laki itu tidak merasa ketakutan sama sekali.

Athena duduk dengan gugup, bukan karena takut penyamarannya terbongkar, tapi takut kalau terbawa suasana. Bagaimanapun ia perempuan, dan Rich memaksanya memakai gaun. Ia berusah payah menyembunyikan jati diri dan nyaris terkuak hanya karena gaun merah. Semoga di klub nanti tidak ada masalah yang membuatnya kesulitan. Ia meraba paha, ada pisau lipat kecil di dalam gaun. juga menyembunyikan pistol di paha kiri. Benda keras itudapmens menyentuh kulitnya yang dingin. Tidak ada yang tahu, di balik gaun merah ia memakai tank top dan celana elastis hitam. Ia akan memerlukannya nanti.

"Gugup?"

Rich memecah kebisuan. Athena mengangguk. "Iya."

"Karena berpakaian perempuan?"

"Benar. Semoga tidak ada kekacauan, takut kurang sigap bergerak."

Rich tersenyum. "Tenang saja, Drake. Malam ini kita akan bersenang-senang, minum, berdansa, dan berkeliling. Aku jamin semua keadaan akan terkendali."

Athena berharap hal yang sama. Tidak ingin Rich tertimpa masalah di saat dirinya menjadi perempuan. Ia banyak memikirkan cara-cara mencari informasi malam ini, dan siapa saja yang harus didekati. Akan melakukan apa saja. Neo sudah memberinya nama-nama yang berwenang di klub. Ia yakin salah satu dari mereka adalah informan. Paling penting menjaga agar identitas mereka tetap aman. Athena melirik Rich, menahan senyum di bibir. Meskipun dengan janggut palsu dan soft lens biru, tapi Rich tetap terlihat tampan.

Mereka masuk ke klub dengan identitas palsu. Tidak ada yang curiga saat seorang laki-laki berjanggut menggandeng perempuan cantik bergaun mereka. Mereka masuk ke klub yang penuh pengunjung. Rich mengajak Athena ke meja bartender, memesan minum, dan berdiri berdekatan dengan bahu menempel satu sama lain. Athena menghadap ke meja bartender, sedangkan Rich ke seluruh ruangan.

"Kita sepertinya perlu berpencar," bisik Rich, tangannya secara alami berada di punggung Athena. Meyakinkan diri kalau punggung ramping itu milik seorang laki-laki. "Kamu tahu siapa yang harus kita ajak bicara?"

"Manajer dan pimpinan keamanan. Manajer ada di arah jam tiga. Laki-laki berjas abu-abu, yang menyapa kita saat datang."

Rich mengarahkan pandangan ke orang yang ditunjuk Athena. Menyesap minuman perlahan. "Kita buka table dulu."

"Memesan minuman yang paling mahal. Pembayaran kontan."

Rich mengangguk samar, memesan meja dengan minuman paling mahal. Ada dua pendamping bersama mereka, satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka menawarkan berbagai macam paket minuman dan Rich memilih yang paling mahal.

"Apakah Tuan dan Nyonya suka dengan suasana di sini? Ingin ditemani berdansa?" Escort laki-laki tampan dengan rambut kecoklatan bertanya ramah pada Athena.

"Tidak, kami hanya ingin ditemani mengobrol." Rich menjawab cepat. "Kalian sudah lama bekerja di sini?"

"Dua tahun kurang lebih," jawab escort perempuan. "Tuan Romeo dan Nyonya Athena ingin minum, biar saya tuangkan."

"Aku baru setahun ini." Escort laki-laki memperkenalkan diri sebagai Dani dan yang perempuan adalah Diana. Athena yakin kalau itu adalah nama palsu.

"Sebenarnya kami agak ragu untuk datang kemari." Athena meneguk minuman yang diberikan Diana untuknya. "Bukankah beberapa saat lalu ada kejadian di sini? Penembakan yang melibatkan miliarder terkenal?"

Dani dan Diana bertukar pandang. Kepanikan terlihat di wajah keduanya. Athena melirik Rich yang mengisap vape.

"Beritanya beredar santer," sela Rich. "Kalau bukan karena temanku yang meyakinkan klub ini terjamin, kami tidak akan berani kemari."

"Tentu saja, klub ini terjamin, Tuan!" sahut Dani cepat. "Kami bisa memastikan itu. Lagipula, peristiwa itu hanya angin lalu, tidak benar-benar terjadi. Tuan bisa melihat kalau sama sekali tidak ada tanda-tanda penembakan. Itu hanya gosip dari saingan kami."

Athena mengernyit, menatap ruangan yang memang rapi. Tidak ada kerusakan apa pun. Dengan uang, mudah sekali untuk menutup jejak, apalagi hanya jejak penembakan. Mengganti lampu dan peralatan bukan hal sulit. Kecuali, ada yang berbeda dengan lampu. Athena ingat, lampu di di dekat pintu masuk bukan seperti itu bentuknya.

"Syukurlah kalau hanya angin lalu. Ayo, kalian juga minum. Jangan malu-malu. Kita akan bersenang-senang malam ini!" ujar Rich. Ia dengan sengaja memberikan minuman mahal dan enak untuk dua orang escort, menghujani mereka dengan bonus. Tidak sampai satu jam, keduanya menjadi teler. Rayuan dan kebaikan hati Rich membuat keduanya lengah.

Athena memberi tanda pada Rich, yang menangkap maksudnya dengan baik.

"Kalian pekerja yang baik, bisa menangkal gosip. Berarti malam itu kalian ada di sini juga?" Rich mengeluarkan uang pecahan besar untuk Dani dan Diana yang menerima dengan gembira.

Diana menggeleng, memasukkan uang ke dalam lipatan dadanya yang montok. "Sayangnya tidak, Tuan. Kami tidak boleh bekerja malam itu, iya'kan, Dani?"

Dani meneguk minuman dan mengangguk. "Benar, katanya ada tamu istimewa dan hanya escort pilihan yang boleh datang. Aku dan Diana dianggap tidak cukup baik, Pak Andre meminta kami libur."

"Siapa Pak Andre?" tanya Athena.

Diana menunjuk laki-laki berjas abu-abu yang sedang menyapa tamu. "Itu dia, kepala manajer di sini. Dia yang memilih mana yang harus bekerja dan mana yang tidak boleh."

"Atasan Pak Andre, siapa?" Rich mendesak pelan. Menyodorkan minuman pada keduanya.

"Tidak tahu, tidak pernah muncul."

"Ngomong-ngomong, bisa kalian terangkan tentang klub ini? Di mana letak toilet, dapur, dan ruang kemananan? Kami merasa lebih tenang kalau mengerti jelas tempat yang kami datangi ini."

Dani dengan setengah melantur, memberikan keterangan rinci yang diminta Athena, Tanpa menyadari kalau setiap perkataannya diingat dengan baik oleh Athena.

Rich menghela napas panjang, menatap Dani dan Diana yang duduk dalam kondisi teler. Athena mencondongkan tubuh ke arahnya dan berbisik.

"Sepertinya, kita perlu pengalih perhatian, Pak. Saya ingin menyelinap."

Rich mengangguk. "Mari, kita dansa."

Mereka bergandengan tangan, meninggalkan Dani dan Diana. Menuju lantai dansa dan mulai menari. Athena menggerakkan tubuh dengan gemulai, dengan Rich bergerak seirama dengannya. Tanpa sengaja Athena menyenggol pasangan yang sedang menari.

"Hei!" Si perempuan berteriak.

"Hei, apaa?" Athena berteriak balik.

Entah bagaimana suasana memanas, si perempuan yang tidak sengaja mereka senggol mengamuk. Mengambil minuman di atas meja dan menyiramkannya ke arah Athena. Rich mengamuk dan membuat keributan sampai akhirnya sang manajer datang.

"Tuan-Tuan semua, ini masalah sepele. Bisa kita selesaikan baik-baik."

"Kamu nggak lihat, gaun kekasihku kotor?" Rich membentak.

"Pacarmu yang berulah lebih dulu!" Lawan mereka tidak mau kalah.

Andre terjebak di antara pasangan yang sedang bertengkar, tubuhnya oleh saat tersenggol Athena yang sedang saling dorong dengan perempuan yang menumpahkan minuman padanya.

"Please, ladies. Kita bisa menyelesaikan ini sebagai orang beradap."

Rich menghela napas, mengangkat tangan dan berteriak. "Baiklah, kita selesaikan ini baik-baik. Tapi, kekasihku perlu ke kamar mandi."

Athena mengangguk. "Keringkan gaun."

Andre tersenyum lega. "Silakan, Nyonya. Lewat jalan sini, lurus. Anda akan menemukan letak kamar kecil."

Athena melangkah cepat dengan tas di tangan, menuju toilet. Alih-alih ke kamar mandi, ia menyusuri lorong ke pintu darurat. Ia meraba pistol, mencabut dan menembak lampu hingga pecah. Dalam keadaan gelap, ia berbelok ke sudut. Melepas gaun dengan cepat dan menyisakan tank top serta celana hitam. Merogoh balaclava tipis dari tas, melepas wig dan menutup rambut sert wajah. Hanya bagian mata dan mulut yang terlihat. Berlari menyusuri lorong gelap menuju ke ruang keamanan. Ia bersyukur tidak bertemu dengan orang lain. Dani memberikan keterangan yang tepat, tentang lorong yang hanya digunakan untuk evakuasi kalau ada masalah.
.
.
.

Di Karyakarsa, penyamaran Athena sudah terbongkar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro