Part 1: Hah? Menantu?!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apa yang paling kauinginkan dalam hidupmu? Harta? Cinta? Atau justru kebahagiaan? Semua orang bisa mendapatkannya, kah? Tentu saja tidak. Manusia diciptakan sudah sepaket dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika ada manusia yang memiliki banyak sekali kelebihan, maka dunia sungguh tak adil, bukan?

Seperti yang dialami oleh Choi Hyun Ae. Berasal dari keluarga terpandang, memiliki harta yang bisa dikatakan tak akan habis hingga tujuh turunan, paras yang dapat memikat hati lelaki manapun yang melihatnya, diberkahi kasih sayang yang melimpah dari kedua orangtua dan dua kakak laki-lakinya. Dianugerahi pula otak yang cerdas dan mampu menampung banyak informasi dan pengetahuan.

Ya, Choi Hyun Ae memang seberuntung itu.

Lahir dan besar di keluarga kaya raya membuat gadis dua puluh satu tahun itu dimanja habis-habisan. Anak bungsu dan seorang perempuan, perpaduan yang amat sangat diidam-idamkan gadis-gadis lain di luaran sana, ‘kan?

Lihatlah dia sekarang! Hingga di usianya saat ini, Hyun Ae sama sekali tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan rumah apa pun. Ya, karena semua sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga mereka.

“Boleh aku membantumu mencuci piring, Bibi Ahn?” tanya Hyun Ae sembari mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja makan.

Bibi Ahn menggeleng pelan. “Terakhir kali Nona Muda membantu saya, sepuluh piring dan gelas menjadi korban.”

Hyun Ae merengut. “Aish. Tapi, aku sangat bosan, Bi.” Ia menjulurkan kedua tangannya di atas meja, lalu menempelkan wajahnya dengan meja. “Padahal aku sangat ingin mengerjakan pekerjaan rumah. Kenapa Eomma dan Appa selalu melarangku?” Ia mendengkus pelan.

“Alasannya sangat sederhana, Nona. Tuan dan Nyonya sangat menyayangi Nona sehingga mereka tidak ingin melihat Nona kelelahan dan kesusahan.”

“Tapi, Bi—” Hyun Ae menegakkan posisi tubuhnya. “Bagaimana jika suatu hari nanti aku menikah dan suamiku bukan dari kalangan atas yang bahkan untuk biaya makan pun harus mencari susah payah?”

Hahaha.” Bibi Ahn tertawa kecil. “Mana mungkin hal seperti itu menimpa Nona. Tuan dan Nyonya sudah pasti tidak akan mengizinkan laki-laki itu untuk menikahi Nona. Orangtua Nona bekerja keras agar Nona hidup bahagia. Lalu, dengan mudahnya lelaki itu mengambil Nona untuk hidup susah?”

Haaaaah.” Hyun Ae mengembuskan napas panjang. “Takdir tidak ada yang tahu, Bi.” Setelahnya dia berjalan meninggalkan Bibi Ahn yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

Hyun As berjalan melewati kolam renang. Kedua ainnya sedikit menangkap sosok kakak tertuanya tengah duduk di pinggiran kolam. Kedua kakinya berubah arah mendekati sang kakak.

Oppa!” panggil Hyun Ae dan langsung duduk di samping kakaknya.

“Ada apa, adikku yang manis?” goda kakaknya, Choi Siwon.

Oppa ada niatan untuk menikah atau tidak?”

Siwon menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah Hyun Ae. “Kenapa kau bertanya seperti itu?” Ia menaikkan satu alisnya pertanda bingung. “Kau ingin cepat-cepat menikah?” tebaknya asal.

Bug!

Satu tinju kecil berhasil mendarat di lengan atas Siwon.

“Mulutmu, Choi Siwon!” desis Hyun Ae tak suka. “Apa bertanya seperti itu hanya diperuntukan untuk yang ingin menikah saja, huh?”

Siwon mengacak pelan pucuk kepala Hyun Ae. “Tidak, sih. Hanya saja ini pertama kalinya kau bertanya seperti itu, Sweety Ae.”

“Aku hanya penasaran.” Gadis itu menengadahkan kepalanya. “Gadis mana yang beruntung menjadi istrimu, Oppa. Aku yakin, dia tidak akan merasakan yang namanya kelaparan dan susah mencari uang.” Hyun Ae melirik Siwon sekilas. “Karena kau sudah kaya dari lahir. Hehehe.”

Aigoo, kau itu masih anak-anak. Sudah berpikir sejauh itu, eh?” Siwon menjawil pipi Hyun Ae.

Yak! Sakit!” Hyun Ae mengusap pipinya. “Tahun ini dua puluh satu kalau Oppa tidak lupa.”

Arraseo. Arraseo. Kenapa kau menanyakan hal itu?”

Mmm, bagaimana rasanya menikah muda? Apakah sebahagia yang dikatakan orang-orang? Atau justru semengerikan yang dikatakan orang-orang yang sudah mengalami nikah muda?”

“Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu, Sweety Ae. Karena aku sendiri pun masih betah sendiri daripada mengikat suatu komitmen untuk hidup bersama dengan orang lain.”

Hyun Ae terdiam. Entah setan mana yang merasukinya saat ini hingga dia memikirkan hal-hal aneh seputar pernikahan.

✿✿✿

Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi penghuni kamar bernuansa pink itu belum memasuki alam mimpi. Berapa kali pun ia berusaha memejamkan matanya dan memaksa masuk ke dalam mimpi, dirinya akan langsung membuka mata dengan cepat.

Berbagai posisi tidur pun sudah dicobanya. Tetap saja, hasilnya nihil. Pada akhirnya ia memilih untuk menyandarkan punggungnya ke headboard kasur. Terhitung enam kali Hyun Ae mengembuskan napasnya dengan berat. Seakan ada yang mengganjal hati dan pikirannya.

Hyun Ae mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidurnya. Membuka aplikasi chatting dan melihat ada beberapa pesan masuk untuknya. Hampir semua pesan berasal dari laki-laki. Entah siapa yang menyebarkan nomornya. Dengan cepat, ia memblokir semua nomor asing yang mengirim pesan padanya.

“Sudah jam segini kau belum mau menutup juga, wahai mata?!” Hyun Ae menggeram kesal. Ia sudah sangat mengantuk dan ingin tidur, tapi kedua matanya tidak bisa diajak bekerjasama.

Gadis itu menarik pelan laci kecil di sampingnya. Tangannya terulur mengambil sebuah botol putih dan menuangkan isinya ke atas tangan. Tablet kecil berwarna kuning sebanyak tiga butir itu pun langsung masuk ke perut Hyun Ae dengan didorong segelas air putih.

Tak butuh waktu lama, Hyun Ae pun bisa memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi.

✿✿✿

Kring! Kring! Kring!

Entah sudah berapa kali alarm itu berbunyi. Tetapi, gadis itu tak kunjung membukakan mata meskipun sekadar mematikan alarm agar tidak terus-menerus mengeluarkan bunyi bising.

Brak!

Byur!

YAAAAAAAK! APA-APAAN INI?!” Hyun Ae memekik nyaring. Napasnya terengah-engah karena kekurangan oksigen. Tentu saja, air yang menghantam wajahnya juga ikut masuk ke lubang hidungnya.

“Hei! Beraninya kau membentakku, eo?!”

Hyun Ae menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau siapa? Seenaknya saja menyiramku saat sedang tidur! Kau pikir ini rumahmu?!” Ia berteriak marah. Seumur hidupnya baru kali ini dirinya disiram air.

“Ini memang rumahku! Dasar menantu tidak tahu diri! Bukannya pergi bekerja, kau justru malas-malasan di atas kasur dan membuat basah kasur anakku!”

Cih! Yang menyiram air ‘kan dia. Kenapa aku yang disalahkan?! Hyun Ae mengerjapkan matanya dengan cepat. Tunggu! Tunggu! Dia bilang apa barusan?

Mwo?! Menantu?!”

“Iya! Kau menantuku! Tidak perlu pura-pura amnesia hanya karena kau pingsan saat bekerja kemarin sore!” ujar wanita paruh baya yang tadi menyiram Hyun Ae. Sembari berkacak pinggang, wanita itu melotot tajam ke arah Hyun Ae.

Hahaha! Yang benar saja! Kau pasti bercanda.”

Plak!

Hyun Ae terdiam saat wanita tua itu menampar pipinya dengan keras. “Berani sekali kau berbicara tidak sopan seperti itu padaku! Aku akan adukan kelakuan brutalmu pada anakku!”

Brak!

Wanita tua itu keluar dari kamar dan menutup pintu dengan sangat keras. Sementara itu, Hyun Ae masih berusaha menggabungkan tiap-tiap kejadian tak terduga yang baru saja dialaminya.

Disiram air. Menantu. Mertua. Anakku. Ditampar untuk pertama kalinya.

“WAH! APA YANG SEBENARNYA TERJADI?!” []

—05 Februari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro