Bab 1 { What a Day!! }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Arrgghh, badanku terasa pegal sekali," Gumam seorang wanita bersurai merah muda yang baru saja keluar dari pintu ruangan operasi, sembari meregangka kedua tangannya.

Saat ia akan melangkah pergi, sebuah tangan tiba-tiba melintang di hadapannya dan menggoyang-goyangkan tempat obat yang di pegangnya, "Jangan lupa vitaminmu Sakura," Ucap sosok pemilik tangan itu, membuat sunggingan senyumnya terukir.

"Pfft iya ... iya aku akan memakannya anata. Tapi ..."

"Tapi?"

Ekspresi ceria Sakura tiba-tiba berubah datar saat mendengar pertanyaannya di balikan lagi. Shisui yang memang tak mengerti dan tak peka dengan perubahan itu malah terlihat begitu santai membenarkan jam tangannya, hingga tiba-tiba wanita itu menjewer kupingnya dengan keras, "Itteee, Sakura kau ini kenapa?"

"Kau ini bukannya menjawab pertanyaanku malah membalikannya. Bagaimana aku tidak kesal hah?"

"Itttch, aku tidak tahu kalau itu kode pertanyaan,"

"Ckk bisa-bisanya kapten shinobi tidak peka seperti ini," Omelnya membuat Shisui terkekeh karena melihat ada ekspresi cemburu yang tertutupi oleh amarahnya.

Ia yang tidak puas melihat ekspresi kesalnya yang monoton itupun tiba-tiba mencolek dagunya hingga Sakura menoleh dengan sorot melototnya, "Anata apa yang kau lakukan shannaro!" Teriaknya sembari mengusap-usap dagunya.

"Haha kau benar-benar imut jika seperti itu,"

Semburat kemerahannya kini benar-benar tak bisa lagi tertutupi mendengar godaanya itu. Ia yang sudah begitu kesal dengan tingkah menyebalkannya itu pun seketika bersedekap dengan raut cemberutnya. Sementara Shisui yang sangat suka melihat ekspresi itu terus saja menggodanya hingga akhirnya sebuah tinjuan yang tidak terlalu keras mendarat di bahunya.

"Kau benar-benar menyebalkan shannaro! Kenapa kau bisa ada di sini sih? Bukannya ini masih jam kerjamu?"

"Uhmm ... Ettoo ..." Gumam pria itu sembari menggaruk pelipisnya dengan telunjuk, membuat Sakura mulai curiga ada sesuatu yang di sembunyikannya.

"Etto? Apa?" Tanyanya dengan berkacak pinggang membuat Shisui langsung tersenyum canggung.

"Pekerjaanku selesai lebih awal jadi ayo kita pulang,"

"Shisui-taichou!" Teriak sebuah suara menghentikan langkah pria itu yang sudah menggandeng tangan istrinya dan bersiap untuk pergi dari sana.

Kernyitan kebingungan pun seketika terukir pada kening sang wanita bersurai merah muda saat melihat seorang perawat berlari ke arah mereka sembari terus melambaikan tangannya dan memanggil nama suaminya.

"Sa ... Sakura, baru saja aku ingat kalau ada misi dadakan yang belum ku selesaikan. Jadi aku pergi dulu, jaane,"

Baru saja ia akan lari, Sakura dengan cepat mencengkram kerah rompinya dan menariknya kembali ke sisinya. Sang perawat yang baru tiba nampak tersenyum simpul melihat sang kapten utama konoha kini terlihat seperti anak kucing yang di cincing oleh majikannya.

"Dokter Sakura, terimakasih anda sudah menahannya. Seluruh perawat saat ini sedang kebingungan mencari keberadaan taichou," Ucap perawat itu sembari menunduk hormat.

"Mencarinya?" Ulang Sakura sembari melirik tajam pada Shisui yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, "Kali ini suamiku berulah apa lagi?"

"Hari ini jadwal pemberian suntik vaksin booster dokter Sakura. Tapi seperti biasa taichou ..."

Perawat itu nampak tak mampu melanjutkan ucapannya karena Shisui terus mempelototinya. Sakura yang mengerti dengan situasi itu pun seketika menghela pelan lalu melepaskan cengkramannya, "Kau benar-benar ..." Gumamnya sembari menjewer telinganya dan menarik tangan pria itu, mengikuti sang perawat menuju ruangan pemeriksaan dan pemberian vaksin.

Melihat ada banyak anbu yang duduk mengantri di sepanjang koridor, Sakura pun segera melepas jewerannya dan menggenggam tangan pria itu seperti biasa untuk menjaga imagenya. Saat mereka akan menuju meja antrian, para anbu itu nampak segera berdiri dan membungkuk hormat pada keduanya, "Ohayou, taichou dan dokter Sakura,"

Senyuman bahagia nampak terlukis jelas pada wajah Sakura saat para anbu itu menyapa. Sementara Shisui malah berekspresi datar, bahkan aura gelapnya menguar kuat karena ia tengah begitu tegang. Hingga membuat para anbu itu merinding dan tak sanggup menatapnya lama-lama.

"Permisi, apakah bagian suamiku masih lama?" Tanyanya pada sang perawat di meja pendaftaran.

"Ada 3 antrian lagi dokter Sakura,"

"Kalau begitu, apa suamiku boleh menyela? Katanya dia punya misi penting yang harus segera di kerjakan,"

Mendengar itu, raut wajah Shisui semakin memucat. Dengan sepelan mungkin ia menggeleng pada anak buahnya, namun karena tatapan Sakura lebih tajam, para anbu itu hanya bisa mengangguk dan mempersilahkannya untuk duluan. Shisui yang sudah berada di ujung tanduk pun hanya bisa menghela pelan dan berpasrah, daripada di amuk oleh istrinya karena tidak menurut.

"Antrian selanjutnya," Teriak perawat itu membuat Sakura langsung menariknya ke dalam ruangan.

Shizune yang sudah menunggu di ruangan itu nampak tersenyum simpul melihat kedatangan mereka, "Seperti biasa nee, Sakura,"

"Haa seperti biasa," Jawabnya sembari mendudukan pria itu yang terlihat mulai kaku.

Perlahan Shizune bangkit dari tempatnya dan menepuk-nepuk bahunya, "Santai saja, jangan terlalu tegang nanti tekanan darahmu naik. ini tidak akan sesakit tusukan senjatamu,"

Shisui yang sudah benar-benar pasrah dan tidak punya tenaga untuk menjawabpun hanya bisa tertunduk menatap meja di sisinya, saat Shizune melakukan pemeriksaan dasar padanya. Sakura yang juga merasa tidak enak sudah memaksanya pun hanya bisa menatapnya sembari mengelus-elus punggung tangannya.

Ketika Shizune mengeluarkan jarum suntiknya, Sakura buru-buru menahan bahu Shisui yang akan bangkit berdiri, "Diamlah ini tidak akan lama,"

"Matte ... Matte ... Aku harus melepaskan jam tanganku dulu," Selanya saat Shizune akan mengangkat lengan pakaiannya.

"Jam tanganmu takan mempengaruhi apapun jadi tenanglah,"

"Tapi katanya itu bisa menghentikan lajur obatnya,"

"Tidak akan," Sergah Sakura sembari menahan tangannya yang tidak mau diam.

"Chotto ... Aku harus ke toilet dulu. Aku sudah tidak tahan,"

"Ini tidak akan lama, diamlah sebentar," Tahan Shizune yang mulai kesal dengan tingkahnya, sembari menahan bahunya dengan keras.

"Tapi aku ..."

Belum saja ia menyelesaikan ucapannya, Sakura tiba-tiba memegang wajahnya dan menyerangnya dengan sebuah ciuman yang langsung membuatnya mematung. Shizune yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu pun langsung mengambil sample darahnya dan menyuntikan vaksinnya dengan cepat.

Saat Shizune memberikan kode OK padanya, Sakura pun segera melepaskan bibirnya dari pria itu yang langsung mengedip-ngedipkan matanya, seperti baru tersadar dari sebuah hipnotis.

"Pemeriksaanmu sudah selesai, silahkan beristirahat taichou," Ucap Shizune yang langsung membuat pria itu melirik bingung pada kedua wanita itu.

"Selesai?" Ulangnya sembari memperhatikan tangannya yang sudah di pasang plester bulat putih kecil, "Ah ini sakit Sakura,"

Plak!

Sebuah pukulan ringan yang mendarat pada bekas suntikan itu membuat Shisui langsung meringis dan menatap istrinya yang malah bersedekap dengan raut kesal, "Aku benar-benar tak habis fikir, dengan senjata besar kau sangat berani tapi dengan jarum sekecil itu saja kau sangat takut shannaro,"

"Ckk sudah ku bilang aku punya masa lalu yang buruk dengan setan kecil itu," Gerutunya yang langsung berdiri dan berjalan pergi dari sana sembari mendengus.

"Haa terus saja ngambek, shannaro! Sekalian tidak usah pulang!" Teriaknya membuat Shizune langsung meliriknya dengan sorot terkejut.

"Sakura," Panggilnya dengan begitu berhati-hati karena takut emosinya semakin tersulut, "Kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau sedang ada masalah dengannya?"

Helaan napas kasar seketika terdengar saat wanita itu mendudukan dirinya dengan keras di brankar, "Tidak ada, aku hanya kesal saja dengan tingkahnya yang semakin hari semakin seperti anak kecil,"

"Uhmm, mungkin taichou sedang lelah jadi dia bersikap sedikit manja,"

Braak!

"Jika dia lelah, dia tidak mungkin memancing emosiku setiap hari Shizune-san!" Teriaknya membuat wanita itu hampir tersedak ludahnya sendiri karena kaget.

Shizune yang tak berpengalaman dalam hal ini pun hanya bisa bergumam, sembari kembali ke mejanya, "Benar, taichou tidak sedang lelah, tapi kau lah yang sedang lelah,"

Sakura yang bisa mendengar gumamannya itu pun seketika tertunduk, menatap kain putih di sisinya dengan sorot bingung. Tubuhnya memang terasa sedikit lelah karena bekerja terlalu keras beberapa hari ini dan mungkin itu sebabnya ia menjadi sangat sensitif.

"Sakura, maaf mengganggu lamunanmu. Tapi jika kau sudah tidak ada urusan lagi di sini, apa kau bisa keluar karena aku harus memeriksa anbu lain," Ucap Shizune dengan begitu berhati-hati agar tak menyulutnya lagi.

Ia yang sadar emosinya sedang tak stabil pun segera turun dari brankar itu tanpa mengucapkan sepatah kata apapun karena takut kelepasan bicara lagi. Saat ia baru saja memijak lantai, perutnya tiba-tiba terasa ngilu seperti tersetrum ratusan volt listrik.

Ia yang tak sanggup menahan kejutan rasa sakit itu seketika jatuh berlutut sembari meringis, memegangi perutnya dengan keras. Shizune yang mendengar suara jatuhnya seketika mendongak dengan sorot yang begitu kaget, lalu berjalan cepat ke arahnya.

"Sakura!"

Dua anbu yang tengah berjaga di luar sontak melompat masuk ketika mendengar teriakan itu. Mereka pun segera menghampiri Shizune yang tengah melihat keadaan Sakura yang sedang terengah-engah, mengatur napas juga kesadarannya agar tidak hilang.

"Nyonya, anda kenapa?" Tanya serentak para anbu itu sembari berjongkok di sisinya.

"Shi ... Shizune-san, apa ... apa ada darah di bawahku?" Tanya baliknya membuat wanita itu langsung memeriksa.

"Tidak ada, Sakura. Kalian, cepat bantu aku mengangkatnya ke brankar," Titahnya, namun, baru saja para anbu itu akan mengangkatnya, Sakura kembali meringis kesakitan dengan napas yang tak beraturan.

"Jangan angkat aku," Ucapnya dengan gemetar sembari meremas perutnya yang semakin terasa sakit.

"Saya akan memanggil Shisui-taichou saja,"

Mendengar itu, Sakura tiba-tiba mencengkram betis sang anbu dengan erat hingga ia tidak bisa melangkah, "Jangan ganggu Shisui. Dia sedang sibuk,"

"Tapi nyonya ..."

Braakk ...

"Sudah ku bilang jangan ganggu dia!" Teriaknya sembari memegangi sisi brankar lalu perlahan mencoba berdiri sembari meringis, menahan rasa sakit yang luar biasa pada perutnya, "Noa, Zein salah satu dari kalian pasti membawa obat pereda nyeri kan? Tolong berikan padaku 1,"

Kedua anbu itu nampak saling melempar tatap satu sama lain karena ragu. Mereka seharusnya tidak memberikan obat dengan dosis tinggi itu padanya, namun kondisinya sekarang sangat mendesak, karena Shizune tak melakukan apapun yang membuat majikannya berhenti meringis. Dengan sikutan dari rekannya, Noa akhirnya mengeluarkan obat yang di mintanya lalu melirik Shizune yang langsung mempelototinya sembari berkacak pinggang, karena merasa begitu kesal dengannya yang begitu penurut.

Kraak ...

"Woouufff ... Woufff ..."

Gonggongan Bomber yang tiba-tiba memasuki ruangan, membuat mereka terkejut. Husky kemerahan itu nampak langsung berlari mengusapkan kepalanya pada kaki Sakura, "Wouuff!"

"Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu cemas," Ucapnga sembari mengelus kepala husky itu, "Ayo kita pergi,"

"Sakura kau mau kemana? Istirahat saja dulu di sini,"

"Tidak, kau kan sedang sibuk jadi lebih baik aku pergi sekarang," Ketusnya membuat wanita itu merasa tidak enak.

Saat ia akan bangkit, kedua anbu itu nampak langsung bersiaga di kedua sisinya, takut-takut ia jatuh lagi. Sakura yang masih merasa sedikit lemas pun segera memegang tangan sang anbu lalu berjalan tertatih, keluar dari sana.

Para anbu lain yang sedang menunggu di koridor luar ruangan itu, seketika menundukan hormat saat pintu terbuka. Raut bingung hingga cemas mereka seketika terlukis, saat melihat paras Sakura yang begitu pucat seperti secarik kertas.

Ketika salah satu dari mereka akan bertanya, Zein buru-buru mengangkat telunjuknya, mengisyaratkan agar mereka diam dan bersikap seperti tidak melihat apapun.

"Apa Shisui sedang berjaga di perbatasan?" Tanyanya, setelah cukup lama mereka berjalan dengan hening hingga di depan halaman rumah sakit.

"Tidak nyonya,"

Mendengar itu, Sakura tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya, lalu mengelus kepala bomber yang setia berjalan menemaninya di belakang sedari tadi, "Tunjukan aku dimana Shisui,"

"Wooufff ... Woufff ..." Gonggongnya dengan begitu kencang lalu berjalan lebih dulu.

"Nyonya, sepertinya taichou sekarang berada di tempat yang jauh. Apa nyonya akan tetap pergi?"

"Hemm, ada sesuatu yang harus ku selesaikan. Kalian kembalilah, aku bisa berjalan sendiri,"

"Tapi ..."

"Shisui tidak akan marah, kembalilah," Titahnya sembari perlahan berjalan mengikuti Bomber yang terlihat melompat-lompat di ujung jalan, karena tidak sabar menunggunya.

Riuh ramainya jalanan desa di sore itu membuat Bomber tak berani berjalan terlalu jauh dari Sakura. Beberapakali husky itu terus menoleh, memastikan majikannya yang tengah memperhatikan sekitar tidak tiba-tiba hilang seperti hari itu. Hingga di depan sebuah toko pakaian Sakura memanggil husky itu agar berhenti.

Manik emeraldnya seketika berbinar saat melihat sebuah pakaian hangat yang terpajang di depan etalase kaca toko itu. Seorang pelayan yang baru saja mengantar keluar pelanggan, seketika mematung dengan sorot bingung saat melihat Sakura dan sang husky berjalan ke arahnya.

"Ohayo, apa toko masih buka?" Tanyanya, membuat pelayan itu langsung tersadar dari lamunannya lalu tersenyum ramah padanya.

"Ahh sumimasen, saya tadi sedang tidak fokus. Toko masih buka nyonya, apa anda mau berbelanja lagi?"

"Lagi?" Ulangnya sembari mengernyit bingung, membuat pelayan itu mengekspresikan hal yang sama, "Perasaan aku baru keluar dari rumah sakit. Siapa yang berbelanja di sini atas namaku?"

Melihat ekspresi sinisnya, sang pelayan langsung menundukan pandangannya lalu menggenggam erat kedua tangannya sendiri, "Ta ... Tadi Shisui taichou berbelanja di sini, jadi saya fikir itu untuk anda nyonya,"

Jelasnya membuat wanita itu terdiam beberapa saat sembari menopang dagunya dengan jemari, sama seperti yang di lakukan Shisui saat tengah berfikir. Ia yang mulai mengerti, mungkin Shisui melakukan itu karena menyesal dan ingin meminta maaf telah bersikap menyebalkan akhir-akhir ini pun seketika tersenyum, lalu kembali menatap pelayan itu.

"Tunjukan pakaian terbaik kalian, aku juga ingin memberinya kejutan,"

Pintanya membuat pelayan itu kembali terkejut lalu tersenyum lega saat melihat ekspresinya yang sudah berubah lebih lembut. Dengan begitu bersemangat ia membawanya menelusuri toko itu dan memilihkan pakaian-pakaian terbaik untuknya.

Trriinngg ....

Saat ia tengah memilih-milih pakaian di sana, perhatiannya seketika teralihkan saat melihat seseorang yang baru saja memasuki toko dengan langkah gagahnya. Sosok itu juga langsung melirikan manik sehitam arangnya saat mencium aroma parfum Sakura.

Saat wanita itu tersenyum padanya, entah kenapa rasa sakit di dalam hatinya kembali terasa menusuknya lebih dalam. Ia sangat ingin pergi, melarikan diri darinya seperti biasa sekarang, namun melihat parasnya yang terlihat pucat ia mengurungkan niatnya itu.

Perlahan ia memaksakan kakinya untuk melangkah mendekati wanita itu lalu tersenyum tipis, "Ohayo,"

"Ohayo Kankuro, bagaimana kabarmu? Kau kemana saja selama ini hmm? Aku sudah sangat lama tidak melihatmu,"

Celotehan dan senyumannya yang masih terasa hangat seperti dulu membuat hatinya semakin nyeri. Jika saja ia punya keberanian lebih, mungkin ia akan membawa Sakura pergi jauh sekarang, tak perduli ia sedang mengandung atau tidak, ia hanya ingin membawanya ke tempat dimana ia bisa merangkai semua mimpinya selama ini.

"Kankurooo?" Panggil wanita itu sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya.

Ia yang cukup terkejut dengan aksinya itu pun perlahan menyunggingkan senyumannya lalu tertunduk, menatap tumpukan majalah di meja, "Aku sangat sibuk jadi tidak sempat ke Konoha, bagaimana kabarmu hmm? Kau terlihat sedikit pucat,"

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah karena bekerja. Lalu apa kau ingin membeli sesuatu di sini?"

Seperti teringat akan sesuatu, Kankuro tiba-tiba terlihat panik dan melirik ke arah seorang pelayan yang tengah menata barang, "Hey kau!" Teriaknya membuat pelayan itu terkejut dan segera menghampirinya, "Hai' Kankuro-dono,"

"Mana pesanan pakaian adikku? Cepat kemarikan, aku sudah terlambat!"

Teriakannya itu seketika membuat Sakura tercengang, ia benar-benar tak menyangka Kankuro akan begitu marah karena ulahnya sendiri yang terus melamun sedari tadi. Saat pelayan itu kembali, pria kugutsu itu nampak langsung merebut tas belanja yang di pegangnya.

"Sakura, maaf aku harus segera mengantarkan pakaian ini. Nanti kita mengobrol lagi," Pamitnya yang langsung berlari pergi dari sana.

"Dia benar-benar aneh," Gumamnya sembari kembali memilah-milah pakaian di sana, tanpa merasa curiga sedikitpun, "Pelayan tolong bungkuskan ini juga pakaian hangat yang ada di etalase depan,"

Pelayan itu nampak segera mengangguk setelah menerima sejumlah uang darinya, lalu pergi dengan cepat karena takut kena marah lagi. Setelah beberapa saat menunggu, Sakura terlihat keluar dari toko itu, menenteng beberapa tas belanjanya sembari bersenandung senang.

"Sepertinya kau begitu bahagia setelah menggunakan uang anggaran yang bukan hakmu," Ucap suara seorang wanita yang membuat langkahnya seketika terhenti.

Manik emeraldnya seketika menatap tajam pada sang wanita bersurai ungu yang tengah berdiri di sisi lampu jalanan sembari bersedekap dengan raut angkuhnya. Ia yang tak merasa wanita itu tengah menyindirnya pun kembali berjalan hingga sebuah kalimat yang menyebalkan dari mulutnya terucap, "Hoy, beraninya kau mengabaikan orang yang kedudukannya di atasmu!"

"Bomber, ayo kita pergi. Jangan hiraukan wanita tidak waras itu,"

Gemeretak kekesalan seketika terdengar dari sang wanita yang langsung berjalan cepat menghampirinya dan menarik bahunya, "Hey, aku adalah istri dari Uchiha Sasuke, beraninya kau menghinaku seperti itu. Apa kau tidak tahu posisi suamiku lebih tinggi di sini hah? Aku bisa saja memintanya untuk menghukum sifat kurang ajarmu sekarang juga!"

Dengan sekali tepis, Sakura menghempaskan tangan wanita itu hingga hampir jatuh lalu menatapnya dengan tajam, "Istri dari Sasuke?" Tanyanya sembari menaikan sebelah alisnya, menghina secara halus, "Hah aku tidak percaya pria secerdas dia mau menikah denganmu,"

"Apa maksudmu berkata seperti itu hah? Jelas-jelas dia ..."

"Shhh!" Tahannya sembari mengangkat telunjuknya, "Aku tidak punya waktu untuk omong kosong ini. Jaane,"

"Mattee ..."

"Ada ribut-ribut apa ini?" Tanya sebuah suara yang membuat Sakura kembali berbalik dan langsung melayangkan tatapan sebalnya saat melihat wanita itu tiba-tiba berlari ke arah sang bungsu Uchiha lalu memeluk tangannya, dengan raut sedih yang di buat-buat.

"Sayang, kau bilang dia akan menerimaku seperti adik iparnya, tapi kenapa dia malah menghinaku dan mengatakan yang tidak-tidak. Aku jadi sedih hiks ..."

Raut kesal Sakura semakin tak bisa di tutupi saat mendengar kebohongan yang di lontarkan wanita itu. Saat Sasuke menatapnya, ia langsung membuang muka, karena tak ingin berdebat dengannya, "Ayo bomber,"

"Sakura tunggu, aku belum mendengar penjelasanmu,"

"Aku tidak punya waktu untuk sandiwara yang penuh omong kosong ini. Jaane,"

"Sakura!" Tahan bungsu Uchiha itu sembari memegang pergelangan tangannya, membuat sang wanita di sisinya semakin melotot tidak suka.

"Wouunggg! Wounggg!"

"Lepaskan!" Teriaknya namun pria itu tak menurutinya, hingga kedua anbunya turun sembari mengacungkan katananya, "Sasuke-sama, tolong lepaskan nyonya jika anda masih ingin tangan anda utuh,"

"Woungg .... Woungg ..."

Graapp ...

Sasuke seketika mengernyit nyeri saat Bomber menggigit tangannya hingga menteskan darah segar. Saat wanita di sisinya akan memukul husky itu dengan kipas yang di pegangnya, agar melepaskan gigitannya. Sasuke segera merentangkan tangannya yang lain, menghentikannya, "Jangan berani-berani menyakiti Bomber," Ucapnya dengan sorot yang begitu tajam, membuat wanita itu langsung bergidik ngeri.

"Sayang, tapi dia melukaimu,"

Melihat beberapa orang mulai berkumpul, menyaksikan keributan itu, Sasuke pun segera melepaskan tangannya lalu menatapnya dengan dalam, "Sakura aku tidak ingin menjadi orang yang berat sebelah. Jadi tolong katakan apa yang terjadi barusan," Pintanya saat sang Husky mencabut tancapan taringnya pada tangannya.

Tatapan sinis yang di layangkan wanita itu membuatnya tiba-tiba merasa semakin mendidih, ia sangat ingin melawannya sekarang. Namun, karena mengingat nama baik juga reputasi suaminya, ia memilih untuk mengalah dan berbalik pergi dari sana, tanpa menghiraukan teriakan panggilan dari sang bungsu Uchiha.

Sepanjang jalan, Sakura nampak terus diam, termenung, memikirkan segala kemungkinan mengapa Sasuke mau menikahi wanita yang berperangai seperti rubah itu.

Cemburu? Tentu saja bukan, perasaannya kini lebih menjurus pada kekhawatiran. Dari caranya bertanya tadi, ia sudah menebak kalau wanita itu sangat iri dengan hak yang ia miliki sepenuhnya sebagai istri dari seorang Uchiha.

Ia tidak masalah jika haknya itu di ambil, karena ia punya kedudukan sendiri di Konoha sebagai medic-nin juga dokter utama. Suaminya, Shisui juga sudah memiliki kedudukan sebagai kapten terbaik dan salah satu pilar penyokong wilayah negara api. Namun, yang jadi bahan fikirannya saat ini, bagaimana jika wanita itu menyalahgunakan haknya dan merugikan masyarakat?

Gemeretak kepalan tangannya seketika terdengar saat bayangan hasil kerja keras suaminya menjaga keutuhan dan keselarasan klan juga desa hancur gara-gara wanita itu. Ia benar-benar takkan mengampuninya jika sampai hal itu nyata terjadi. Tak perduli setinggi apapun posisinya dan sekuat apapun orang-orang di belakangnya, ia pasti akan menghajar wanita itu tanpa ampun jika sampai merusak hasil kerja keras Shisui.

********

Desisan suara teko uap di dapur itu, mulai menghangatkan suasana rumah yang terasa sepi karena baru satu penghuninya saja yang pulang. Seekor husky dengan bulu kemerahan yang tengah tertidur di depan perapian nampak beberapakali mengernyit karena terganggu dengan suara berisik majikannya yang tengah memotong sayuran di dapur dengan raut masam.

Sakura benar-benar malas dan tidak ingin melakukan apapun saat ini karena masih kesal dengan kejadian tadi. Namun, karena Shisui tidak pernah mau makan di luar, ia jadi terpaksa harus memasak untuknya sekarang. Jika saja pria itu berani tak pulang, ia bersumpah akan mendatangi markasnya atau tempat misinya dan menjejalinya dengan makanan yang ia buat.

Tuk ... Tuk ...

"Sakura ... Tolong bawakan air memakai selang,"

Lamunannya seketika buyar saat mendengar suara Shisui juga ketukan pintu kaca tak jauh di sampingnya. Dengan segera ia berjalan ke sana dan begitu terkejut melihat suaminya tengah menepuk-nepuk pakaiannya yang begitu kotor seperti habis tercebur lumpur. Hatinya juga semakin tergelitik saat husky lain miliknya kini telah berubah warna menjadi kehitaman.

"Pfftt ahahaha, kalian habis tercebur dimana shannaro? Hahhaha" Tawanya dengan keras membuat pria itu melirik lalu menyunggingkan senyum senangnya.

"Kami terperosok di lumpur hisap dan Alpha menarikku ke rawa-rawa, jadi cepat bawakan selang air juga ember dan detergennya untuk pakaianku. Aku benar-benar merasa gatal sekarang,"

"Kau akan mandi di luar? Apa kau tidak malu?"

Brrr ....

Baru saja ia akan menjawab, husky di sisinya tiba-tiba mengibaskan tubuhnya hingga membuat tubuhnya semakin kotor, "Alphaaaa!" Teriaknya membuat husky itu langsung berlari menjauh, "Haa ... Untuk apa aku malu? Toh aku mandi di halaman belakang rumahku bukan halaman orang atau kau memang mau bekerja ekstra membersihkan kamar mandi hmm?"

"Pffftt hahha, baiklah. Aku sudah sangat lelah sekarang dan tidak ingin mendapat pekerjaan ekstra, jadi tunggu sebentar,"

Sembari terus tertawa cekikikan, Sakura pun segera kembali memasuki rumah dan membawakan apa yang ia pinta. Bomber yang mendengar suara seretan selang yang di bawanya, pun seketika terbangun dan berlari ke arahnya, "Woung ... Woungg ..."

"Bomber kau baru saja mandi, jadi diam dan perhatikan mereka saja nee,"

"Hnggg ..."

"Shisui, aku sudah menyalakan kerannya. Aku lanjut masak nee, handuknya ku taruh di railing,"

"Sakura, bagaimana aku bisa mandi dengan satu tangan? Kemarilah, bantu aku, masaknya nanti saja,"

Seolah tahu apa yang di fikirkan pria itu, Sakura pun seketika berkacak pinggang dengan raut kesalnya, "Aku sedang tidak mood bercanda jadi mandilah sendiri,"

"Sakura ku mohon ..."

"Tidak,"

Saat ia baru saja berbalik, Shisui tiba-tiba berteleportasi ke hadapannya dan meletakan selang itu di tangannya, "Ayo, sebentar saja," Paksanya sembari menarik tangan wanita itu yang mau tidak mau mengikutinya, "Pegang saja seperti ini nee. Kalau kau pegal, kau bisa duduk di bangku,"

Sakura yang kembali merasa tidak mood karena terngiang lagi dengan pemikirannya tentang kejadian tadi pun hanya bisa berdehem pelan dan memperhatikan suaminya yang mulai menggosok tubuh Alpha dahulu sembari mengomel karena tidak mau diam.

Brrr ...

"Alphaaa!" Teriak Sakura saat husky itu mengibas-ngibaskan bulunya, hingga membuatnya ikut basah.

Seperti mendapat sebuah kesempatan, Shisui tiba-tiba merebut selang air yang di pegangnya dan mengarahkannya pada Sakura yang langsung reflek menyilangkan tangannya, menghalangi cipratan air itu agar tak mengenai wajahnya, "Anataaaa! Apa yang kau lakukan shannaro? Hentikaaann!" Teriaknya sembari berjalan cepat mengejar Shisui yang terus menjauh, sembari tertawa.

"Wajahmu terlihat sedikit layu sayang, jadi harus sedikit di siram,"

"Kau fikir aku tanaman hah? Cepat kemarikan itu!"

Alpha dan Bomber yang menyangka mereka sedang bermain pun langsung berlari menghampiri mereka dengan gonggongan senangnya yang membuat rasa dongkol di hati Sakura memudar. Sunggingan senyumnya yang manis kembali terukir saat ia melihat, kedua husky itu mengeroyok Shisui, memperebutkan selang yang di pegangnya.

Omelan dan teriakan kekesalan pria itu semakin menghibur hatinya, hingga ia tak mampu lagi menahan tawanya. Shisui yang mendengarnya seketika merasa lega, akhirnya mood istri tercintanya itu kembali naik. Dengan perasaan bahagia yang menggebu-gebu, ia melempar selangnya lalu berlari ke arah wanita itu.

Sakura yang sudah sangat tahu apa yang akan di lakukan pria itu, jika tiba-tiba berlari dengan senyum lebarnya, nampak segera berlari menjauhinya. Saat ia baru saja akan menaiki tangga, Shisui tiba-tiba berteleportasi ke hadapannya sembari merentangkan tangannya.

"Kena kau!" Ucapnya setelah berhasil mengamankan Sakura ke dalam pelukannya.

"Shisui, aku jadi ikutan kotor tahu!" Gerutunya sembari terus mendorong bahunya, mencoba melepaskan diri darinya.

"Pfft kau terlihat lebih manis saat mengomel," Godanya sembari menggesek-gesekan wajahnya pada setiap sisi wajah Sakura.

"Shissuiiiii!"

Kekehan tawa pria itu semakin renyah saat melihat wajah Sakura yang kini sama kotornya dengannya, "Pfft, haha kami-sama ..."

"Kenapa kau tiba-tiba memanggil kami-sama hah? Apa kau juga mau mengajaknya untuk mengerjaiku?"

Dengan senyum manisnya, Shisui menyatukan keningnya dengan Sakura lalu terpejam, "Aku memanggilnya untuk berterimakasih, karena telah memberikankanku pendamping hidup seunik ini,"

"Haa tadi kau menyamakanku dengan tanaman  sekarang kau menyamakanku dengan barang antik. Kau benar-benar menyebalkan shannaro," Gerutunya sembari mendorong mundur pria itu.

Saat ia berbalik untuk pergi, Shisui tiba-tiba memeluknya dengan erat lalu mengecup pipinya, "Kau mau kemana? Tugasmu kan belum selesai,"

"Shisui aku benar-benar tidak mood melakukan apapun sekarang," Helanya membuat pria itu mengernyit, karena biasanya jika Sakura memanggilnya dengan nama, itu berarti hatinya memang benar-benar tengah tidak nyaman dan tidak karuan.

"Sebenarnya aku juga sedang ingin menghajar seseorang saat ini, tapi aku tidak ingin melanggar prinsipku,"

"Ingin menghajar tapi tidak ingin melanggar prinsip? Apa kau ingin memukul wanita atau anak-anak anata?" Sentaknya sembari melirik tajam pada pria itu yang langsung menyembunyika wajahnya yang lesu pada bahunya lalu mengangguk pelan.

"Memangnya dia siapa dan kenapa kau ingin menghajarnya anata?"

"Kita bicarakan ini sembari membersihkan diri, ayo. Kepalaku benar-benar panas sekarang," Keluhnya sembari menggenggam tangan Sakura lalu menuntunnya ke tempat awal.

Melihat Shisui mulai membuka pakaiannya, Sakura pun segera menuangkan detergen pada ember di sisinya. Saat ia akan berjongkok untuk mencucinya, pria itu tiba-tiba menahan tangannya, lalu duduk bersila di depan ember itu, "Kau bersihkan aku saja. Bomber bawakan bangku untuk Sakura dan Alpha sudah bermain-mainnya, kemarikan selang itu nanti kau sakit,"

Dengan tergesa kedua husky itu berlari mengikuti perintah majikannya. Begitu Bomber tiba menarik sebuah bangku dari dalam rumah, Sakura pun segera menghampirinya yang terlihat cukup kesulitan dan membawanya sendiri, "Arigatou-nee," Ucapnya sembari mengelus kepala husky itu yang langsung menggonggong senang.

Setelah mengecilkan tekanan air yang keluar dari selang itu, Sakura mulai membasahi tubuh Shisui dari atas hingga bawah. Bekas luka baru hingga lebam di punggungnya yang mulai terlihat membuat hatinya merasa terenyuh, saat air matanya keluar, ia pun buru-buru menyekanya. Ia benar-benar yakin sekarang, akan menguliti siapapun yang berani merusak kerja keras Shisui selama ini.

"Sakura kenapa kau diam? Apa kau kesulitan mengamil shamponya? Nih, ambil," Sodor pria itu mengagetkan lamunannya.

"Anata, kau tadi bilang akan mengatakan sesuatu," Ucapnya sembari mulai menggosok rambutnya.

"Ah ia, aku sedang sangat kesal dengan seseorang bernama Anzu,"

"Anzu? Siapa dia?"

"Istri Sasuke, namanya Kianzu, tapi aku lebih mengenalnya dengan nama Anzu," Jelasnya membuat manik emerald itu terbeliak kaget, mendengar suaminya juga di buat kesal karena wanita itu, "Dia tiba-tiba mendobrak pintu ruang kerjaku dan berteriak akan mulai menghandle semua pekerjaanku sebagai tangan kanan Sasuke juga Itachi sembari mengarahkan telunjuknya di depan wajahku. Gadis itu juga terus melontarkan kata-kata yang tidak pantas, seperti bukan dari kalangan bangsawan, benar-benar kurang ajarkan?"

"Lalu?"

"Aku tidak sempat bicara karena ada Ibiki-sama yang terus menyalipku, membalas setiap perkataannya,"

"Aku juga bertemu dengannya tadi, itulah yang membuat moodku langsung buruk," Ucapnya membuat pria itu berhenti mengucek pakaiannya, lalu menoleh ke arahnya, "Dia bertanya apakah aku berbelanja dari anggaran keuangan klan?"

"Lalu kau jawab apa?"

"Aku mengabaikannya, Sasuke juga ada di sana. Ia bertindak seolah-olah membelaku, namun aku tidak memperdulikannya lalu pergi,"

"Tumben kau tidak mengamuk menghadapi hal semenyebalkan itu,"

"Ugghhh aku benar-benar ingin membalasnya anataaaa, tapi aku tidak mau merusak citra kitaaa. Aku bisa saja menjambak rambutnya tadi, tapi nanti masyarakat akan takut berobat padaku," Rengeknya membuat pria itu terkekeh.

"Hemm itu berati kita harus memberinya pelajaran secara diam-diam,"

Sraaakkk!!

"Aku setuju itu," Ucap Yamato yang tiba-tiba melompat turun bersama Kakashi dari genting rumah.

Melihat pakaian kedua kapten terbaik Konoha yang sangat berbeda dari biasanya, membuat Sakura melongo bingung. Apalagi saat menyadari warna pakaian mereka benar-benar bertabrakan antara merah maroon dan kuning terang, Sakura juga Shisui benar-benar tak bisa menahan tawanya lagi.

"Pffftt ahahaha kalian mau tampil di sirkus manaa?" Ledek Shisui membuat semburat kemerahan terlukis pada pipi kedua pria itu.

"Kau juga apa-apaan hanya memakai handuk di sini? Apa kamar mandimu rusak hingga Sakura harus memandikanmu di ruang terbuka seperti ini?" Tanya Yamato dengan raut yang begitu kesal, sembari mencipratkan air di ember cucian itu.

"Ini halaman rumahku, jadi suka-suka aku dong. Kalian yang apa-apaan datang kemari dengan pakaian sirkus?"

"Haa yare-yare, ini ulah Sasuke. Dia bilang istrinya ingin melihat para pengawalnya memakai pakaian nyentrik,"

"Ahahahaha kalian benar-benar bersedia menjadi pengawalnya? Ya ampun, kami-samaaaa,"

"Berhentilah meledek kami dan jelaskan ide yang bagus untuk memberikan gadis itu pelajaran,"

"Tunggu sebentar, aku belum selesai dan perutku juga kosong jadi tak bisa berfikir sekarang,"

"Yare-yare, mahluk ini benar-benar ... Sakura minggir biar kami yang memandikannya agar cepat selesai. Yamato pegangi dia," Gerutu Kakashi sembari mencoba mengambil selang yang di pegangnya, namun Shisui tiba-tiba sudah terlebih dahulu menyiramkan air pada ember di dekat kakinya pada kedua kapten itu.

"Tidak ada yang bisa menyentuhku selain Sakura, wlee!" Teriaknya sembari menjulurkan lidahnya dan menarik bagian bawah matanya seperti anak kecil, lalu berlari menghindari kedua pria itu yang mulai mengejarnya sembari membawa ember air juga selang.

Sakura yang sudah sangat sering melihat tingkah konyol mereka pun hanya bisa tertawa sembari bertepuk tangan ketika melihat bagaimana lihainya Shisui menghindari mereka. Bomber dan Alpha juga yang masih ingin bermain mulai menghampiri mereka lalu bermain bersama.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro