Bad Bey 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bey menopang dagu dengan mata menatap lurus gadis berhijab yang duduk membelakanginya. Meja yang menyekat di antara mereka tak membuat Bey kehilangan cara untuk menarik perhatian Sang Pujaan Hati, Atqi. Meski sudah berulang kali ia menekan ujung pensil ke bahu Atqi, gadis itu tetap tak berkutik, menoleh pun tidak. Seperti tak terusik sama sekali oleh ulahnya.

Dengan sengaja Bey menendang kursi yang diduduki Atqi dari arah belakang yang ternyata berhasil membuat gadis itu bereaksi. Delikan mata tajamnya disenyumi Bey dengan cengiran lebar.

"Malem langsung tidur?" tanya Bey tanpa rasa bersalah. "Kalau orang nelepon itu, jangan dimatiin tiba-tiba. Gak sopan! Tahu?"

"Kamu tuh yang gak sopan! Ngapain SMS sama telepon orang tengah malem? Ganggu tahu!" balas Atqi tak mau kalah.

"Kalau emang ganggu, kenapa SMS-nya dibales? Kenapa teleponnya diangkat segala?"

Atqi kali ini memilih memalingkan wajahnya dari Bey. Belum mendapatkan tanggapan dari pertanyaannya, Bey tentu tak tinggal diam. Ia kembali mengusik Atqi dengan menekan ujung pensilnya ke bahu gadis itu, menarik ujung kerudungnya secara perlahan, sampai memanggil nama Atqi berulang kali.

"Atqi! Hey! Jawab dulu dong pertanyaannya. Kenapa SMS sama teleponnya dibales kalau emang ganggu? Beneran ganggu atau emang suka digangguin?" godanya yang diakhiri dengan kekehan.

Atqi yang mendengarkan suara Bey langsung menutup telinga. Aksi itu membuat Bey semakin santer menggoda Atqi. Ia sampai mencondongkan tubuhnya dengan bertumpu di meja hanya demi memangkas jarak dengan Atqi yang berusaha menghindar darinya.

"Kamu tuh yang ganggu!" bentak Hanan, teman sebangku Atqi yang langsung mendorong tubuh Bey menjauh dari Atqi. "Gak peka banget sih jadi cowok! Gak lihat apa si Atqi ngerasa keganggu dideketin sama situ? Jauh-jauh sana!"

"Yeeehhh ... apa sih, Mak Lampir!" Bey balas membentak.

"An! Anan!" panggil Atqi cepat-cepat. "Gurunya udah masuk tuh!"

Mendengar peringatan itu, bukan hanya Hanan yang memilih segera memalingkan perhatian ke arah depan kelas, tapi juga Bey. Ia kembali menopang dagu. Arah matanya lurus ke depan ketika sang Guru mulai berbicara di depan kelas. Namun, baru beberapa detik berlalu, ia sudah menguap. Bey melirik ke arah Atqi lagi pada akhirnya.

Bey tersenyum miring. Ia tiba-tiba membuka buku tulisnya penuh semangat. Tangannya dengan cekatan menuliskan sesuatu di salah satu halaman kosong. Yuta yang duduk di sampingnya mengintip sekilas akan apa yang sedang dilakukan teman sebangkunya itu.

Yuta tersenyum tipis ketika Bey menyerahkan buku catatannya pada Atqi dengan cara memukulkannya di bahu gadis itu. Mau tak mau Atqi menarik paksa buku catatan Bey ketimbang terus diusik oleh cowok itu. Atqi tampak serius melihat tulisan di buku tadi.

Mau jadi pacarku gak? Wajib dijawab! Kalau enggak, berarti kamu setuju jadi pacarku.

Hanan ikut mengintip tulisan yang dikirimkan Bey. Ia sejenak menoleh pada Bey yang mengangkat dua bahunya bersamaan, sengaja melemparkan wajah kusut pada Hanan yang ditanggapi teman sebangku Atqi itu dengan wajah kusut serupa.

Namun, wajah kusut Bey meredup ketika ia memerhatikan tubuh Atqi sedikit condong ke meja. Ia juga melihat balpoin di tangan gadis itu tampak bergerak. Dengan semangat menggebu Bey menerima buku catatannya lagi dari Atqi. Sayangnya, wajah semringahnya harus lenyap setelah ia membaca tulisan lain selain tulisannya tertera di buku catatan itu.

Enggak mau.

Bey mendesah berat. Sementara Yuta tertawa puas. Untung saja ini bukan kali pertama Bey kena tolak Atqi. Sudah berulang kali cintanya ditolak oleh gadis berhijab itu dan Yuta bukan satu-satunya saksi dari penolakan ini.

Seantero SMAN 1 X sudah tahu betul perjalanan cinta Bey pada Atqi yang belum juga menemukan titik temu. Bagaimana tidak?

Bey pernah menyatakan cintanya pada Atqi hampir di setiap penjuru Sekolah. Mulai dari kantin, lapangan Sekolah, ruang UKS, perpustakaan, aula, bahkan sampai tempat pembuangan sampah! Iya! Tepatnya waktu ada kerja bakti di sekolah. Atqi sampai malu bukan kepalang karena ulah si anak geng motor itu. Ia jadi makin dikenal sebagai 'ceweknya Bey'.

Pernah juga Bey dengan sengaja mengajak Yuta dan Akmal untuk ke rumah Atqi di pagi buta sebelum mereka berangkat ke Sekolah. Hal tersebut tentu saja bertolak belakang dengan kebiasaan Bey yang suka terlambat masuk kelas yang kebanyakan memang disengaja, selebihnya anggap saja memang KETIDAKSENGAJAAN. Usut punya usut, ternyata Bey sengaja datang ke rumah Atqi hanya demi menemui gadis itu saat berangkat Sekolah.

Ketika melihat Atqi keluar dari rumahnya seorang diri dengan mengendarai motor supra hitamnya, Bey dan dua temannya langsung mencegat. Tanpa banyak basa-basi, Bey langsung menyodorkan ponsel Nokia 1110 ke hadapan gadis itu.

Atqi terpaku. Keningnya saling bertaut menatap ponsel milik Bey yang ada di depannya.

"Apaan?" tanya Atqi dengan wajah ketus.

Sengaja ia memasang wajah itu demi menutupi rasa takutnya karena tiba-tiba dihadang oleh Bey yang tak sendirian di sana, tapi dengan dua temannya yang juga dikenal sebagai anak geng motor. Selama didekati oleh Bey, ia memang tak pernah mendapatkan perlakuan buruk dari teman geng motor cowok itu. Tapi, tetap saja Atqi patut waspada karena tiba-tiba disatroni seperti ini.

"Minta nomor kamu." Meski wajah Bey tampak dingin, namun nada suara yang keluar dari lelaki itu membuat raut wajah ketus Atqi lesap.

"Buat apaan?"

"Ya, minta aja. Buruan!"

Atqi menggelengkan kepala. Beberapa hari yang lalu lelaki itu tiba-tiba menyatakan cinta padanya. Berulang kali dan semuanya ia tolak.

Bukan tanpa alasan. Atqi hanya ingin memegang teguh prinsipnya untuk tak pacaran sebelum menikah sesuai dengan ajaran agamanya. Kalau tujuan Bey berada di sini masih sama seperti beberapa hari ke belakang, Atqi sama sekali tak akan mengubah jawabannya.

Apa pun yang terjadi!

"Mau ngasih nomornya sendiri atau aku minta ke orang lain yang punya nomor kontak kamu?" tawar Bey kemudian yang membuat kening Atqi mengerut keras.

Bukan hal sulit bagi Bey untuk mendapatkan nomor kontak Atqi, tapi ia urung meminta pada teman sekelas maupun teman dekat Atqi. Ia ingin mendapatkan nomor kontak gadis yang telah menolak cintanya berulang kali itu secara langsung. Bey ingin menunjukkan pada Atqi bahwa ia serius ingin mendekatinya tapi bukan dengan cara 'paksaan'.

"Minta ke yang lain aja," jawab Atqi sekenanya.

"Boleh nih? Gak masalah aku dapet nomor kamu dari yang lain?"

"Emang masalahnya apa?"

"Takutnya kamu gak suka aja kalau aku punya nomor kamu, atau kamu gak suka pas tiba-tiba ada SMS atau telepon dariku," terka Bey.

Raut wajah ketus Atqi perlahan meredup, berganti senyuman tipis yang hanya terbit beberapa detik saja. "Oh. Gak masalah tuh! Aku orangnya gak seribet itu kok."

"Jadi, aku boleh SMS atau telepon kamu dong?"

"Silakan aja! Jangan lupa aja pake nama yang jelas. Karena aku gak suka ladenin orang yang gak dikenal apalagi gak punya nama sama sekali."

Bey mengangguk penuh semangat. "Tenang aja. Aku juga punya sopan santun kok kalau SMS atau mau telepon seseorang. Pasti ngenalin diri dulu kok!"

"Oh." Atqi memutar gagang setir motornya, suara derunya mengagetkan Bey dan juga teman-temannya. "Boleh minggir gak? Aku ada jadwal piket dan harus berangkat sekarang."

Bey dan dua temannya segera menyeret motor mereka yang dengan sengaja menghadang motor Atqi. Gadis itu dengan cepat melajukan motornya, menjauh dari Bey yang masih bertahan di depan rumahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro