22 || KESALAHAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BAD BOY CAFE: MILLY
22 || KESALAHAN
a novel by Andhyrama

IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama// Shopee: Andhyrama [an Online Bookshop]

Instagram Erza: @erza_milly

Kesalahan tidak membuat kita menjadi orang yang bodoh, mengulanginya yang iya.

(◍_◍)

Pre-Question

Mana yang malming sendirian aja?!

Biasanya malming ngapain nih?

Absen Tim Kalian!

#NaMilly

#MilLynda

Just random questions before you read the story!

Main jawab pake mode positif dan negatif lagi, yuk!

1. Kenapa teman kalian nggak mau pinjemin uang/barang ke kalian?

Positif

Negatif

2. Kenapa orang nggak mau follback kalian di sosmed?

Positif

Negatif

3. Kenapa tetangga kalian kasih kalian makanan sisa hajatan?

Positif

Negatif

4. Kenapa guru nggak hafal nama kalian?

Positif

Negatif

5. Kalian pernah nggak sih salah kostum di suatu acara, atau salah seragam pas ke sekolah? Ceritain dong!

7. Kenapa kalian harus baca Bad Boy Cafe: Milly?

Bantu isi nomor 7 ya, soalnya mau buat postingan di Instagram!

*Kalian di nomor 7 itu maksudnya yang belum cerita ini, ya.

Akhirnya, aku sudah menamatkan cerita ini di draft! Kasih selamat, gais!

Aku harap sampai ending bakal terus bisa dinikmati, menghibur, dan ada hal yang dapat dipetik buat pelajaran bersama ya, gais!

Setelah selesai nulis ini, aku jadi lebih kenal dengan Milly. Sosoknya, pelan-pelan kayak potongan puzzle yang sudah mulai lengkap. He is one of my favorite characters that I created.  Simply, love him. I hope you love him too!

Happy reading, don't forget to vote, comment, and share!

(◍_◍)

Cocok nggak?

Eh, salah server.

(◍_◍)

Di sekolah, aku tertawa lagi saat bertemu Naga di kantin. Aku tidak bisa menahan diri saat mengingat kucing melakukan koreografi lagu Twice dengan sangat lancar itu. Wajah Naga, Petro, dan Fariz sudah kebingungan sendiri, mungkin mereka menganggapku gila.

"Fariz, tolong rukiah Erza," pinta Petro.

"Kayaknya memang perlu," jawab Fariz.

"Ada yang lucu di muka gue?" tanya Naga yang paham kalau aku sedang menertawainya.

"Tuan Muda," kataku sambil menunjuk Naga, masih tertawa.

"Gue padahal mau bahas Gaza nih, kok lo malah ngetawain gue." Naga memasang wajah cemberut.

Aku mengatur napas, mencoba meredakan tawa, melupakan goyangan bokong kucing itu. Tidak bisa, susah. Aku menahan diri, jangan tertawa. Oke serius.

"Ada sesuatu sama Gaza?" tanyaku yang sudah kembali serius.

"Dia udah mau dibujuk. Malam ini, dia pulang. Tolong sambut dengan baik, ya."

Aku mengangguk. "Makasih Tuan Muda, eh maksud gue Naga."

(◍_◍)

Malam ini, aku menunggu Gaza. Aku harus segera ke Bad Boy Cafe, tetapi aku tidak akan ke sana sebelum Gaza pulang. Mama sedang memasak di dapur, dia sangat senang karena Gaza akan pulang, sedangkan Zara sedang membereskan kamar abangnya itu.

"Kamar Bang Gaza udah aku rapiin, Bang. Dia pasti betah," kata Zara yang melapor kepadaku dengan senyum lebar.

Aku mengelus kepalanya. "Makasih, ya."

"Aku mau bantu Mama dulu," pamitnya.

Aku mengangguk, dan dia pun pergi dari ruang tamu ini.

Tuan Muda Naga: Kami masih di jalan, tunggu ya Za.

Erza The Sexy Boy: Iya Ga, gue nunggu nih, hati-hati. Love you.

Tuan Muda Naga: Love you too.

Aku harus bersikap bagaimana saat dia datang? Apa aku harus menyambutnya dengan senang? Tunggu, itu tidak seperti biasanya. Aku pura-pura tidak peduli saja.

"Lo baru pulang?" tanyaku yang latihan untuk menyambut Gaza

Kalau seperti itu, kapan aku baikan dengan dia?

"Akhirnya, lo pulang. Gue khawatir banget," kataku yang kemudian melakukan gerakan seperti memeluk. "Jangan kabur-kabur lagi, ya."

Kalau kayak gitu, dia pasti risih. Bagaimana, ya?

Bel berbunyi. Aku langsung membuka pintu. "Gaza!"

Ternyata bukan Gaza, tapi Om Ari.

"Malam Erza."

"Ada apa Om?" tanyaku, tidak mau membuka pintu lebih lebar.

"Tadi kebetulan mampir ke toko kue dekat sini," kata dia yang kulihat membawa sebuah plastik. "Jadi, kubelikan ini untuk kalian."

Aku langsung merebut plastik itu. "Oh, makasih Om. Hati-hati, ya," ujarku yang kemudian menutup pintu.

Dia ingin menyogok menggunakan kue? Tidak akan kurestui hubungannya dengan Mama. Menengok ke jendela, Om Ari sudah pergi membawa mobilnya. Dengan bersikap cuek, dia pasti akan segera menyerah.

"Bang Gaza masih belum datang?" tanya Zara yang datang ke ruang tamu, lalu dia melihat plastik kue di tanganku. "Abang beliin Bang Gaza kue?"

"Nih lihat," kataku yang memberikan plastik itu pada Zara. "Ih Abang pengertian banget, ini kan kue kesukaan Bang Gaza Chocolate Mocha Cake."

Om Ari tahu kue kesukaan Gaza? Tidak, itu pasti hanya kebetulan.

"Aku bangga sama Abang," kata Zara seraya melihatku dengan pandangan kagum.

Aku hanya tersenyum, tidak mau mengiyakan bahwa itu aku yang beli juga tidak mau menyangkal dan mengatakan kalau itu dari Om Ari.

Bel berbunyi. Jantungku tiba-tiba berdenyut lebih keras. Kulihat Zara sangat girang. Aku pun segera membuka pintu dan kulihat ada Naga dan di belakangnya ada Gaza.

"Bang Gaza!" teriak Zara. "Lihat-lihat! Bang Erza beliin kue kesukaan Bang Gaza!"

Gaza tersenyum ke Zara, lalu dia melirikku dengan ekspresi yang sulit dimengerti.

"Nggak usah nginep-nginep di rumah orang lagi, nyusahin," kataku.

"Ih Abang!" Zara menyubitku.

Naga menarik pelan tangan Gaza. "Masuk," kata dia.

Tanpa bicara, tiba-tiba Gaza memelukku. Aku kaget, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Aku menahan diri karena mataku langsung memanas. Kulihat Naga tersenyum padaku, dia mengangguk. Lalu, kubalas pelukannya.

"Gue sayang sama lo." Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutku untuk Gaza.

(◍_◍)

Malam ini, setelah semua host selesai melaksanakan tugasnya. Kami disuruh untuk berkumpul di ruang meeting. Bang Henry bilang, dia ingin mengembangkan sebuah game RPG. Role Playing Game.

"Permainan ini bakal ada di aplikasi kita. Dari permainan ini, gue pengin ngenalin sifat kalian masing-masing buat attract pelanggan lebih penasaran sama kalian," kata Bang Henry sembari menjelaskan lewat powerpoint.

"Kelihatan menarik," kata Bang Nolan dengan santai.

"Kita bakal turut serta buat ngembangin game ini, maksudnya si pembuat game bakal wawancarain kita, kan?" Bang Ronal sangat excited.

Aku melihat Bang Martin yang duduk di sebelahku hanya diam. Aku masih memikirkan kejadian kami sebelumnya. Benar kata Bang Henry, di balik sifat dinginnya, dia menyimpan luka besar di punggungnya.

"Lo suka main game, Bang?" bisikku.

Dia tidak menoleh, tetapi menggeleng.

Aku memperhatikan toples di tengah meja. Ada permen cokelat di sana. Aku pun mengambil beberapa. "Nih, Bang." Aku memberikan beberapa ke Bang Martin.

Dia menoleh ke arahku, menerimanya. "Makasih."

Aku mengangguk sebelum melihat Benji masuk ke ruangan, masih memakai seragam sekolahnya, masker, dan berekspresi tanpa dosa. Dia jelas tidak merasa bersalah karena terlambat.

"Tukang telat," sindir Bang Ronald.

Tanpa membalas Bang Ronald, Benji duduk di sebelahku. Itu membuat Bang Martin menatap Benji dengan pandangan kesal. Namun, dia sepertinya tidak ingin berdebat dan memilih menggeser kursinya agar Benji bisa duduk di sebelahku.

"Kenapa cuma gue yang gak lo kasih permen?" gumamnya, meskipun dengan tidak memaksa, entah kenapa aku merasa itu sebuah keharusan untuk bertindak adil padanya.

"Ambil sendiri."

Benji menatapku dengan tatapan yang lagi-lagi membuatku merasa harus adil kepadanya, jadi dengan enggan aku melempar permen ke depannya. "Abisin."

(◍_◍)

Aku pulang dan seperti biasa, semua sudah tidur. Sejak bekerja di Bad Boy Cafe, aku sudah jarang mendongeng untuk Zara, dia pasti kangen. Lagi pula, aku mendongeng menggunakan bahasa Inggris agar dia juga sambil belajar. Untung saja, Mama tidak curiga dengan alasanku yang sedang mengerjakan kerja kelompok untuk tugas akhir semester.

Sekarang, aku menuju ke kamar Gaza. Dia tampak tidur dengan pulas. Aku masuk dan menyelimutinya, menaikkan suhu AC karena terlalu dingin.

"Gue juga kangen Papa kok, Gaz. Nggak ada salahnya lo pengin ketemu dia. Kalau itu yang lo pengin, gue bakal pertemukan lo sama dia."

Aku naik ke kamarku. Membuka pintu, aku langsung kaget saat menyalakan lampu.

"Jinjing!" kagetku saat melihat kucing di atas ranjang.

"Halo!" Dia melambai.

"Kenapa lo tiba-tiba masuk ke sini?" tanyaku yang mendekatinya.

"Saya sudah dapatkan informasi tentang Bayu."

"Benarkah?"

Kemudian dia menceritakan tentang apa yang dia dapatkan. Aku mengangguk senang. Ternyata, kucing ini bisa diandalkan.

"Ya udah sana pulang!" usirku.

"Di luar dingin, rumah tuan saya jauh. Bagaimana kalau tiba-tiba saya ditabrak?" Dia memasang wajah memelas. "Apakah di dunia ini ada pemuda tampan, keren, dan seksi yang dengan baik hati akan memberikan tumpangan pada kucing seperti saya ini?"

"Ya udah, lo boleh tidur di sini," kataku.

"Terima kasih atas kebaikan Anda," kata kucing itu yang kemudian menunduk seperti sedang menghormat.

Setelah cuci muka dan gosok gigi, aku terbaring di ranjang. Awalnya kusuruh kucing itu tidur di lantai, tetapi karena kasihan kusuruh dia tidur denganku. Lagi pula, ini kan robot bulu-bulunya tidak asli.

"Kenapa belum terlelap?" tanya dia.

"Banyak pikiran," jawabku.

"Curhat saja ke saya.'

"Lo bakal rekam semua apa yang lo lihat kan? Lalu, lo bakal tunjukin ke pemilik lo?" tanyaku curiga.

"Tidak. Bagaimana saya bisa memberikan informasi tentangmu pada Tuan saya? Dia pasti marah jika saya ketahuan oleh orang lain."

"Betul juga, bokapnya Naga kan galak. Lo bisa aja diremukin sama dia. Lebih ngeri kalau dibakar, atau dijadiin bakso. Eh, lo kan robot ya. Dileburin paling lah ya," ujarku.

"Jadi, curhat saja tidak apa-apa."

"Gue kangen Papa," jawabku.

Lalu kuceritakan soal Papa, betapa baiknya dia. Kami selalu menganggap Papa sebagai ayah yang luar biasa. Ayah idaman. Aku marah jika mengingat wanita itu dengan tidak tahu malu datang ke pengadilan perceraian kedua orang tuaku. Jika saja, wanita itu tidak ada. Hidup kami sekarang akan sangat indah.

"Ayahmu pasti sangat keren ya. Kau sama sekali tidak menyalahkannya."

"Bagaimana gue bisa menyalahkannya? Gue nggak bisa. Sekuat tenaga gue coba menyalahkan Papa, tetap saja gue terlalu sayang sama dia. Darahnya ada di dalam tubuh gue."

"Jadi, kau ingin kedua orang tuamu bersama lagi?"

"Itu terlalu naif. Sudah tidak mungkin."

"Jadi, apa yang kau inginkan?"

"Wanita itu merasakan penderitaan seperti apa yang Mama rasakan sekarang," jawabku yang menahan amarah di dada.

"Kau dendam?"

"Gue nggak dendam. Gue hanya berharap ada balasan setimpal dari setiap perbuatan. Ya, kan?"

"Tidurlah. Kau sepertinya kelelahan," kata kucing ini yang kemudian menarik selimut untukku.

Curhat ke robot? Setidaknya, dia bisa mengerti daripada bicara dengan manusia.

(◍_◍)

"Nami!" panggilku saat berjalan di lorong kelas.

Nami tidak menoleh, jadi aku berlari ke arahnya dan menarik pundaknya agar menghadapku. "Buka blokirnya."

"Lo lagi mohon?"

"Gue nggak salah apa-apa kenapa lo blokir?"

"Mantan-mantan lo juga kayaknya nggak pernah salah ke lo, tapi lo kalau nggak mau lihat chat mereka langsung aja diblokir. Sekali-kali, lo kudu rasain apa yang orang rasain karena lo," ungkap Nami. Kenapa dia?

"Ada yang pengin gue omongin, gue tunggu di taman depan pohon beringin pas pulang ya."

Dia tidak menjawab, malah pergi meninggalkanku.

Di kelas, aku masih tidak fokus belajar. Pikiranku sedang runyam. Gaza memang sudah kembali, tetapi masih banyak masalah yang harus kuhadapi.

"Lo masih berniat pengin pacaran sama Nami?" tanya Petro.

"Ya, kenapa?"

"Kayaknya anak-anak sekolah ini udah pada tahu soal perjanjian lo. Nggak tahu siapa yang bocorin," ungkap Petro dengan lesu.

"Biarin mereka tahu," kataku. "Gue nggak masalah keluar dari sekolah ini demi Nami."

Petro tampak geram. Dia tidak bicara lagi.

(◍_◍)

Pulang sekolah, aku menunggu Nami di taman. Sudah setengah jam menunggu, dia belum saja datang. Aku mulai lesu, memikirkan banyak hal yang sudah terjadi antara aku dan Nami.

"Za! Ayo pulang!" teriak Nami di pinggir lapangan lima tahun lalu.

Aku dan beberapa teman cowokku sedang bermain bola saat hujan deras. Nami berdiri di sana membawa payung.

"Ciye udah dijemput."

"Apaan sih!"

Saat itu, aku geram dan mendekati Nami. Aku merasa harus mengikuti perintah ibunya untuk berhenti berteman dengan Nami.

"Ngapain lo ke sini?"

"Ayo pulang. Ntar lo sakit," kata Nami dengan tatapan yang begitu khawatir.

Petir menyambar, dia tampak ketakutan.

"Gue bisa pulang sendiri."

"Lo kan nggak bawa payung."

"Nggak butuh!"

"Ya udah ayo sama gue aja."

"Dibilangin ngeyel. Sana pergi, nggak usah ganggu."

Nami tampak geram. "Gue tungguin lo sampai selesai."

Mataku panas melihatnya bersikeras seperti itu. Lalu, aku mendorongnya hingga jatuh. "Pergi!" Lalu, aku membalik dan berlari. Tidak mau melihatnya lagi. Karena hujan, yang lain tidak akan tahu kalau aku sedang menangis.

"Erza!" panggilan dari Nami tak kuhiraukan.

Aku tertawa miris di bangku taman ini. Aku hanya ingin dia berhenti dari geng Reon, aku tidak mau melihatnya dalam bahaya. Tidak mau disalahkan oleh ibunya jika sesuatu terjadi, dan tidak suka melihatnya bersama orang yang tidak kusukai.

Matahari hampir tenggelam, aku harus pulang. Nami sudah tidak peduli denganku. Saat aku bangkit berdiri dan membalik tubuhku. Dari kejauhan, aku melihat cewek memperhatikanku.

"Anggun?"

(◍_◍)

Tekan tombol kalau kamu suka part ini!

Jangan lupa jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, ya!

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?

2. Mana bagian yang paling kalian suka?

3. Pendapat kalian Gaza di bab ini?

4. Pendapat kalian tentang masa lalu #NaMilly di bab ini?

5. Apa yang membuat kalian penasaran di bab ini?

6. DI BAB 23, BAKAL ADA SESUATU YANG GREGET!!! SIAP?!!

Yang pengin baca bab 23 komen: Erza, cepatlah sadar!

Sampai jumpa, malam Minggu depan!

(◍_◍)

Jangan lupa untuk follow:

Wattpad:

andhyrama

gamaverse

Instagram:

@andhyrama

@andhyrama.shop

The Mascot of #Gamaverse: @jendraltherapper

Roleplayers:

@erza_milly || @petrovincenthardian || @gaza_kangkopi || @nami.robi || @lynda_fiara || @nolan.sparrow || @ferlan_erlangga || @martin_hades || @ronald_midas || @math_lemniscate || || @bayu_kangsopir || @lamar_kangparkir || @karlaolivianasution

@nagaputramahendra || @bimaangkasarajo || @gemaputramahendra || @gadisisme || @mayapurnamawarni || @gemiputrimahendra || @agumtenggara

Fan page:

@team_nagabima

(◍_◍)

GRUP CHAT!

Oh, ya kalau mau masuk grup chat #TeamNagaBima, langsung DM @team_nagabima aja, ya! Bilang mau join!

di Instagram!

(◍_◍)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro