E m p a t

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

4. Insiden

Kiara menatap ke arah tangan David yang dengan santainya merangkul Ayla.

Bukan, bukan Kiara suka pada cowok itu. Akan tetapi, perasaannya sedaritadi tidak enak.

Kiara, Kenzie, Ayla, Kenzo, dan juga David kini tengah duduk di salah satu warung di dekat pasar malam.

"Zi, Ayla pulang sama gue, ya?" kata David.

Kenzie memicingkan matanya. Tanpa rasa curiga sedikit pun, cowok itu mengangguk.

"Eh, nggak! Gak boleh, tampang lo tampang—"

Ayla membekap mulut Kenzo menggunakan telapak tangannya. Gadis itu tercengir lebar ka arah David, "Gak usah didengerin. Mau pulang sekarang?" tanya Ayla.

David mengangguk. Kiara sedaritadi diam, gadis itu hanya memperhatikan dalam diam.

David berdiri kemudian mengajak Ayla untuk pergi bersamanya.

"Gue pulang ya, Zi!" Ayla mencium pipi Kenzie seperti biasanya.

Setelahnya, gadis itu pergi bersama David.

Kiara masih diam memperhatikan punggung mereka yang mulai menjauh.

"Lo liatin David."

Kiara menoleh, gadis itu menggeleng. "Ng-nggak, Kak," jawab Kiara.

"Lo suka?"

"Hah?"

Kenzie berdecak kesal. Cowok itu beranjak dan merapikan bajunya. Melempar kunci mobil pada Kenzo. "Pulang sama Kiara. Gue ada urusan."

Setelahnya, Kenzie pergi begitu saja meninggalkan Kiara dan juga Kenzo. Moodnya benar-benar berantakan melihat Kiara begitu.

Kiara beranjak, "Kenzo, aku juga ada urusan. Kamu pulang duluan aja, ya?"

"Lah? Masa gue sendiri sih, Kak?"

"Ini bener-bener penting. Aku duluan ya, bye!" Kiara langsung berlari meninggalkan Kenzo sendirian.

Entah apa, yang jelas tujuannya saat ini adalah mengejar Ayla yang mungkin masih berada di sekitar sini.

Langkahnya terhenti di parkiran mobil yang nampak sepi. Mata Kiara membulat saat melihat Ayla disentuh secara paksa oleh cowok bernama David itu.

Benar dugaannya!

Kiara melepas sendalnya. Menggenggamnya erat, kemudian melangkah mendekat.

Sendal terlempar tepat mengenai kepala David.

"KAK AYLA, LARI!" teriak Kiara.

Ayla mendorong David, gadis itu segera berlari. Namun, saat Kiara akan menyusul, tangannya dicengkeram oleh David.

Cowok itu menatap Kiara tajam, "Pengganggu," desisnya.

"KIARA!" teriak Ayla dari kejauhan.

"KAKAK PERGI!"

Kiara diseret masuk ke dalam mobil oleh David. Sedangkan Ayla, gadis itu terdiam mematung ditempatinya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Menolong Kiara atau pergi? Ia masih benar-benar takut sekarang.

"Kiara maaf, gue gak bisa." Ayla langsung berlari pergi meninggalkan parkiran.

Di dalam mobil, David benar-benar seperti orang kesetanan. Kiara berontak, namun usahanya nihil.

Ia kotor sekarang, sesuatu yang ia jaga selama ini, direbut paksa oleh Kakak kelasnya sendiri. David, melakukan sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan pada Kiara.

Dan Kiara … tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya esok hari.

***

Di tempat lain, Kenzie mengacak rambutnya kesal. Cowok itu duduk di tongkrongannya bersama teman-teman sekolahnya.

"Lo kenapa sih?"

Kenzie berdecak kesal kala sebuah tangan menepuk bahunya. "Gak papa," jawab Kenzie.

"Masalah cewek?"

"Cewek gue di dunia ini cuman Mama sama Ayla. Gak ada yang lain, gak usah sok tahu," jawab Kenzie.

Nakula terkekeh pelan. Cowok itu adala sahabat Kenzie. Dia memilih menyesap rokoknya, "Munafik."

"Siapa?"

"Lo."

Kenzie mengedikan bahunya tidak acuh, "Terserah."

Kenzie meraih satu batang rokok milik Nakula. Menyalakannya, kemudian menghisapnya dengan pelan. "Gue nginep di rumah lo," kata Kenzie.

"Hm."

***

Pagi hari sekali, Kiara terbangun. Gadis itu buru-buru memakai bajunya dan turun dari mobil milik David yang masih terlelap.

Kiara berlari meninggalkan mobil itu.

Ia menangis, terus menerus menggosok lehernya sendiri. Ia merasa malu sekarang, apa yang harus ia katakan pada Ibunya jika ia sampai tahu?

Kiara menunduk.

Apa ia masih berani pulang di pagi hari begini? Apa yang akan dikatakan majikan dan juga Ibunya nanti?

Sebuah taksi berhenti di depannya. Pintu penumpang terbuka menampakan sosok Kenzie yang menatapnya tajam. "Ngapain masih di sini? Lo gak pulang?"

Kiara memeluk Kenzie. Gadis itu menangis, sedangkan Kenzie yang menerima perlakuan Kiara yang secara tiba-tiba tentu saja kaget.

"Aku takut, Kak," lirih Kiara bersahutan dengan isak tangisnya.

Kenzie hanya diam. Cowok itu memilih membawa Kiara agar masuk ke dalam taksi.

Di dalam sana, Kiara hanya menunduk. Tak berani menatap Kenzie sama sekali.

"Kenapa?" tanya Kenzie.

Kiara menggeleng takut. "Gue udah suruh lo pulang sama Kenzo, sialan!" Kenzie mengeratkan giginya.

Matanya menangkap beberapa kissmark di bagian leher Kiara. Pikirannya kacau, tangannya terulur menyibak rambut itu, "Siapa, Ra?" tanya Kenzie.

"K-Kak."

"Jawab."

Kiara menggeleng kuat. Tangan Kenzie terulur mencengkeram rahang gadis itu agar menatap ke arahnya. "Jawab gue, Kiara. Jangan bikin gue marah."

"B-Bukan siapa-siapa."

"Bodoh." Kenzie melepas cengkramannya dengan kasar.

Cowok itu mengusap wajahnya sendiri. Niatnya menginap di rumah Nakula ingin menenangkan dirinya.

Melihat Kiara begini malah membuat emosinya semakin memuncak.

"Dibayar berapa lo?" tanya Kenzie.

Kiara mendongak, gadis itu menatap Kenzie dengan tatapan terluka. Ia hanya butuh penguat.

"Kenapa gak bilang sama gue kalau lo pasang tarif, hm? Kenapa gak bilang? Biar sekalian gue aja yang siksa lo, brengsek!"

Taksi berhenti di depan rumah milik keluarga Kenzie. Cowok itu turun, membuka pintu taksi lainnya, "Turun!"

Kiara turun, gadis itu masih saja menunduk setelah Kenzie membayar taksi.

Setelah itu, Kenzie pergi begitu saja meninggalkan Kiara.

Ia marah, ia kesal pada dirinya sendiri. Jika tahu begini, seharusnya Kenzie tidak usah pergi ke tongkrongan tadi malam.

Kenzie masuk ke dalam rumahnya. Memasuki kamar mandi, cowok itu menatap pantulan dirinya di cermin.

"Gue cinta sama lo Kiara. Kenapa lo kaya gini?" lirih Kenzie.

Cowok itu memejamkan matanya kuat. Jauh dari dalam lubuk hatinya, ia kasihan melihat Kiara begitu, tapi … sisi egoisnya benar-benar muncul.

Ia tak rela gadisnya disentuh oleh orang lain yang entah siapa.

Kenzie tidak bodoh, mencium bau Kiara yang begitu menyengat tadi, itu sudah cukup membuatnya sakit hati.

Ia gagal, ia gagal menjaga Kiara.

Prang!

Kenzie memejamkan matanya merasakan perih dibagian tangannya yang terkena serpihan kaca yang ia pukul.

Di luar sana, Kiara masuk ke dalam rumah dengan sangat hati-hati. Saat matanya berpas-pasan dengan Ayla, gadis itu buru-buru membuang arah pandangnya dan menaiki anak tangga begitu saja.

Ayla terlihat tak peduli dengan Kiara sekarang.

"Bapak … Kiara pingin ikut Bapak," lirihnya.

TBC

Feelnya dapet gak oy?:v

Gimana kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin disampaikan untuk Kiara

Kenzie

Ayla

David

Penasaran gak sama part selanjutnya? Huhu semoga iya deh:')

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro