L i m a b e l a s

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

15. Terbongkar

Hanin menatap putranya yang berjalan menarik tangan Kiara ke arah kamar mereka.

Ia melihatnya, ia menyaksikan semuanya di ambang pintu. Ia kaget, benar-benar kaget dengan apa yang ia lihat dan juga dengar.

"Ayla, bisa jelasin semuanya?"

Ayla menoleh, gadis itu terlihat kaget dengan kehadiran Hanin. "Mama, dari kapan di situ?"

"Gak penting. Apa yang sebenernya gak Mama tau, Ay?"

Ayla melirik ke arah David yang tengah meringis seraya mengusap sudut bibirnya sendiri.

"Kita bicarain ini sama Kiara, sama Kenzie juga Ma." Ayla pasrah, rahasia yang ia jaga malah terbongkar diwaktu yang begitu singkat.

Hanin langsung melangkah begitu saja menuju kamar Kenzie. Wanita itu membuka pintu kamar putranya.

Di depannya, ia melihat jelas Kenzie tengah memeluk Kiara yang menangis.

Ayla dan David mengikuti mereka di belakang.

"Bisa jelasin sekarang?"

"Mama?" Kenzie melepas pelukannya. Cowok itu menatap Ayla meminta penjelasan.

Ayla menarik napasnya pelan. "Semuanya salah Ayla, Ma," kata Ayla.

Hanin menatap empat remaja yang sama-sama diam. Wanita itu menghela napasnya pelan. Tangannya terulur mengusap rambut Kiara dengan lembut. "Apa yang sebenernya terjadi, Ra?"

"Ma-Maafin Kiara, Bu." Kiara menunduk.

"Mama inget waktu aku, Kenzie, Kiara, sama Kenzo pergi ke pasar malam bulan lalu? Itu awalnya, Ma," ucap Ayla.

Gadis itu menatap Kenzie takut. Ia takut salah bicara dan membuat Kiara semakin menderita. Ayla tak mau itu terjadi.

"Ayla hampir dilecehin sama David."

Hanin kaget, wanita itu langsung menatap David tajam. "Terus, Kiara datang nolong Ayla. Waktu Ayla berhasil lepas, Kiara yang masuk ke perangkap David. Ayla ninggalin Kiara karna syok dan semuanya terjadi gitu aja." Ayla mengigit bibir bawahnya.

"Ayla maksa Kenzie buat nikahin Kiara karna Ayla merasa bersalah banget sama Kiara, Ma. Ayla tau Ayla salah, Ayla—"

"Puas kamu, David?" Hanin menatap cowok remaja itu.

"Tante, aku—"

"Kenzie, kenapa kamu gak cerita sama Mama dari awal?" tanya Hanin.

Kenzie tak menjawab. Cowok itu menghela napasnya pelan. "Udahlah, Ma. Udah kejadian juga."

"PERGI KAMU!" Hanin mendorong David kuat.

Ia tak terima. Ayla, Kiara, Kenzie mereka adalah anak bagi Hanin. Ia tak terima anak-anaknya menderita hanya karna satu manusia.

David akhirnya memilih pergi. "Awas aja, gue bakal laporin dia ke polisi," gumam Hanin kesal.

"Kiara, sini sayang." Hanin menarik Kiara dan memeluk gadis itu dengan erat.

"Bu, Maafin Kiara. Maaf kalau Kiara bikin malu keluarga Ibu, maaf Kiara udah bikin masalah, Maaf Kiara udah bikin Kak Kenzie—"

"Saya makasih sama kamu, Kiara. Kalau kamu gak ada, mungkin Ayla yang kena dampaknya. Saya tau kamu gak salah, kamu korban."

Kiara semakin menangis. Ia kira Hanin tak akan terima ketika mengetahui semuanya.

Ternyata ia salah. Ia lupa Hanin adalah orang dewasa, dia pasti akan lebih paham dengan semua masalah yang ada.

Kenzie diam-diam tersenyum tipis. Semua tak seburuk yang ia pikir, Hanin malah berterimakasih pada Kiara karna telah menolong Ayla.

"Kenzie, sini." Hanin menarik Kenzie kemudian memeluk putranya.

Wanita itu mencium dahi Kenzie dengan lembut. "Maaf Mama udah salah sangka sama kamu."

"Mama marah wajar kok. Orang tua mana yang gak kecewa kalau tau anaknya hamilin anak orang?"

Hanin mengeratkan pelukannya. Kenzie mungkin memang nakal, tidak bisa diatur dan sebagainya.

Tapi di balik itu semua, Kenzie itu baik. Ia rela menikahi Kiara sebagai balasan terimakasih karna telah menolong adiknya—Ayla.

***

Malamnya, Hanin menceritakan semuanya pada Bi Dedeh dan juga Malik. Bi Dedeh tentunya lega, apa yang ia duga benar. Kiara anak baik-baik.

Malik amat sangat berterimakasih pada Kiara karna telah menolong Ayla dari David.

Kiara duduk di tepi kasur. Gadis itu menatap ke arah Kenzie yang sudah tertidur pulas di sofa kamar.

Cowok itu benar-benar tak mau tidur di kasur yang sama dengan Kiara.

Kiara beranjak, gadis itu mengambil selimut kemudian menyelimuti tubuh Kenzie. "Aku minta maaf, aku sering bikin Kakak marah. Aku bisa terima kalau Kakak emang masih belum bisa nerima aku sepenuhnya. Aku harusnya tahu diri dan bilang makasih karna Kakak udah mau repot-repot tanggung jawab sama aku."

Kiara tersenyum tipis menatap wajah Kenzie yang begitu damai ketika terlelap seperti sekarang.

Gadis itu berdiri kemudian memilih kembali ke kasur. Setelahnya, ia mematikan lampu dan tertidur.

Kenzie membuka matanya, ia tidak tidur. Ia mendengar Kiara berbicara padanya.

Separuh hatinya merasa sakit saat Kiara meminta maaf. Yang salah adalah dirinya. Selain labil, Kenzie juga emosian.

Cowok itu beranjak, ia sudah menyakiti Kiara terlalu jauh. Kiara itu isterinya sekarang.

Seharusnya ia bisa membuat gadis itu bahagia. Bukan sebaliknya. Ia merasa menjadi suami yang sangat buruk sekarang, setiap kali bersamanya Kiara tak pernah terlihat bahagia.

Cowok itu mengambil selimut kemudian ikut bergabung dengan Kiara di atas kasur.

Ia menyelimuti dirinya dan juga Kiara. Tangannya terulur memeluk gadis itu dari arah belakang. "Maaf, Kiara," bisik Kenzie.

***

Pagi hari di meja makan, Kenzie sibuk memasang dasi sekolahnya. Cowok itu melirik ke arah Nara yang sudah mengenakan seragam yang sama dengannya.

Jujur Kenzie merasa kesal pada Nara. Ia harap, keluarga Gadis itu segera mendapat rumah agar pergi dari sini secepatnya.

"Kiara mana, Zi?"

"Di dapur."

"Udah minum susu, belum?" tanya Malik.

Kenzie mengedikan bahunya tidak acuh. Cowok itu memilih memakan rotinya dengan tenang. "Kenzie udah dapet kontrakan, besok rencananya mau angkat barang ke sana."

"Kamu beneran mau pindah?" tanya Hanin.

"Iya, Ma."

"Zi, maafin gue ya … kalau aja—"

"Gak usah dibahas. Semuanya udah lewat. Mama sama Papa juga udah tau semuanya."

Ayla menghela napas pelan. Nara beranjak, gadis itu tersenyum, "Aku mau ke dapur ya, mau liatin yang masak," pamit Gadis itu.

Saat di dapur, Nara langsung berdiri di samping Kiara yang tengah memotong wortel.

"Oh … jadi lo bukan hamil anak Kak Kenzie?"

Kiara diam, ia tak berniat menjawab.

"Kasian banget Kak Kenzie—"

"Kasian banget lo gak ada kerjaan. Ngapain di sini?!"

Nara dan Kiara menatap ke arah Kenzo yang tengah mengambil minum. Cowok itu menatap Nara sinis. "Lo dipanggil," ujar Kenzo memberitahu.

"Sama siapa?"

"Malaikat maut."

Nara memicingkan matanya. Gadis itu langsung melangkah pergi meninggalkan dapur dengan perasaan kesal.

Kenzo duduk di samping Kiara. Cowok itu diam beberapa saat. "Kak," panggilnya.

"Iya?"

"Gue minta maaf."

TBC

Gimana perasaannya setelah baca part ini?

Semoga suka ya…

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro