Bab. 13 Ambisi Maysa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Maysa masih duduk di depan toko sembakonya, suasana pagi ini cerah dan terang. Belum banyak pembeli yang datang, dia masih bisa santai sambil menunggu suaminya.

Harusnya Jono sudah datang ke toko, Tika dan anak-anaknya pasti sengaja membuatnya terlambat datang. Dia mengambil HP dari dalam tasnya, kemudian menulis pesan singkat untuk suaminya.

{Mas, kamu dimana?}

{Mas, sudah siang lho, kamu belum sampai di toko!}

Maysa kesal karena chatnya hanya centang satu.

Segera dia masuk ke dalam toko. Pembeli mulai berdatangan untuk berbelanja. Hari ini dia membantu di bagian kasir. Waktu terus berlalu, Jono belum datang juga. Sejenak dilihatnya jam di dinding, sudah pukul sepuluh, Meskipun merasa kesal terhadap suaminya, Maysa tetap berusaha ramah terhadap para pembeli. Mereka harus senang belanja di sini karena sikap sopan dan ramah penjualnya.

Ketika terdengar suara azan, Maysa melihat suaminya datang. Dia segera menemuinya. Tak peduli panggilan beberapa pembeli yang sudah antre untuk membayar di kasir.

"Mba... mau kemana? Saya sudah antri dari tadi."

Beberapa pembeli nampak marah dan memaki maysa dengan kesal, akibatnya suasana menjadi gaduh.

"Gimana sih mba? Ko malah di tinggal."

Karyawan yang melayani di bagian lain, segera datang dan mengganti tempat Maysa yang kosong.

"Maaf, bapak ibu, itu mba nya ada perlu, mendesak,.. maaf ya."

"oh... begitu, lah main pergi saja nggak ngomong apa-apa, kita sudah capek ngantri."

Sebenarnya karyawan tadi juga kesal dengan sikap Maysa yang semaunya, tapi karena dia istri bos dia tidak berani memaki. Kalo karyawan biasa pasti dia juga akan marah-marah.

Maysa yang sudah keluar dari toko, segera menemui suaminya.

"Kenapa terlambat mas?" tanya Maysa kesal."Chatku juga ngga di balas."

"Mas bangun kesiangan, semalam kan di sini sampai larut. Tika juga tidak berani membangunkan."

Jono melangkah dengan santai ke dalam toko. " Mas, kok pergi. Aku belum selesai ngomong."

"Sambil jalan saja, saya juga mau bantu di dalam, toko sedang ramai pembeli."

Maysa terpaksa menyimpan kekesalannya, dia mengikuti Jono masuk ke dalam toko, dan kembali ke tempat semula di bagian kasir. Dia melayani pembeli hingga siang hari.

"Pak Jono, Bu Maysa, sebaiknya istirahat dulu, biar kami gantikan, dua orang karyawannya datang menawarkan bantuan."

"Ayo mas, kita makan dulu," ajak Maysa.

"Kamu sajalah, aku masih kenyang,"tolak jono.

"Kamu kenapa mas?dari tadi seperti menghindari aku."tanya Maysa. Di tatapnya jono yang sedang bekerja membantu karyawannya yang melayani pembelian beras.

"Sudah makan dulu, jangan marah-marah. Dilihat pembeli ngga enak."

Maysa pun keluar dari toko untuk membeli makan di warung makan sebelah rumahnya. Dia makan tanpa ditemani Jono. Wanita cantik itu semakin hari merasa tidak mengerti dengan sikap suaminya.

Biasanya dirinya selalu menjadi prioritas dan perhatian dari suaminya. Kini pernikahannya dengan Jono sudah memasuki bulan kelima, artinya sudah lima bulan juga dia meninggalkan ibunya. Dia belum pernah menengok ibunya, hatinya merasa bersalah dan juga rindu.

"Aku bisa main ke rumah mba Vita, dan menanyakan kabar ibu. Bagaimanapun perasaanku tidak akan tenang jika belum mengetahui kabarnya."

Maysa menatap sekitar warung makan tempatnya saat ini,sambil menunggu pesanan datang, dia makan beberapa camilan yang ada di meja.Samar-samar dia mendengar beberapa karyawan berbicara tentang dirinya.

"Jadi dia itu istri keduanya," bisik seseorang.

"Iya, istri pertamanya,tidak pernah datang ke toko," suara yang lain.

"Awalnya saya fikir,dia karyawan seperti kita, ternyata bapak mengenalkannya sebagai istri."

"Wah enak dong, pak Jono istrinya dua,"terdengar suara tawa bersama.

Kesal juga Maysa mendengar karyawan toko menggunjing tentang dia. "Sudahlah abaikan saja, kalo aku marah-marah pada mereka,yang ada mereka menjadi semakin benci padaku."

Ketika pesanan makan datang, Maysa segera menghabiskannya dalam diam. Siapapun pasti tidak ingin bernasib sepertinya, menjadi istri kedua. Karena dia tidak tahu jika Jono sudah menikah, ibunya dulu sudah mengingatkannya bahwa Jono itu bukan laki-laki yang dapat di percaya, meskipun itu hanya firasat ibunya. Sekarang Maysa tidak dapat mundur ke belakang. Dia sudah menjadi bagian dari keluarga Jono. Kehidupan yang jalaninya saat ini,sudah dirasakan cukup nyaman. Apalagi dia ikut mengelola toko. Dia bisa tahu pemasukan tokonya yang cukup besar. Tidak seperti jualannya yang sepi pembeli kadang tidak laku, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat sulit. Penghasilannya dulu hanya cukup untuk makan dan kebutuhan dasar saja. Dia belum pernah merasakan memiliki baju,tas atau sepatu yang bagus apalagi perhiasan. Itulah yang membuatnya bertahan saat ini, hidup berkecukupan. Maysa tersenyum sendiri, sekarang dia senang karena  bisa membeli tas dan sepatu yang bagus, juga perhiasan. Anggap saja saat ini dia sedang menabung untuk suatu saat nanti jika dibutuhkan.

Malam harinya setelah pembeli sepi, Toko sembako di tutup, Jono dan maysa pulang. Mereka langsung ke rumah, Hari ini giliran Jono di rumahnya. Maysa membersihkan diri dan menyiapkan makan malam untuk dia dan suaminya. Jono duduk di ruang tengah sambil menonton TV, menunggu maysa selesai memasak. Beberapa hari ini suasananya hatinya tidak baik, ada yang mengganggu fikirannya, Dia dan Maysa sudah menikah lima bulan, tapi belum ada tanda kalo istrinya itu hamil, Dulu dengan Tika juga setelah menikah tiga tahun baru memiliki anak. Tapi dulu dia masih muda dan belum siap punya anak, maka waktu tiga tahun tidak masalah baginya. Sekarang dia sudah cukup umur, kalo bisa sekarang saja Maysa hamil dan punya anak, kalau terlalu lama, dia sudah tua, sedangkan anaknya masih kecil. Inilah yang akan dibicarakannya dengannya.

Maysa sudah selesai memasak, dihidangkan makanan di meja makan, di tata dengan baik, kemudian dia memanggil suaminya."Makanan sudah siap mas, ayo makan dulu."

"Iya.." Jono menghampiri Maysa dan duduk di ruang makan.

Maysa melayani suaminya, mengambilkan nasi dan lauk. Mereka mulai makan malam, Jono menyuapkan makanan ke mulutnya.

 " Enak mas?" tanya Maysa.

"Iya enak," jawabnya.

"Syukurlah kalau kamu suka." Maysa merasa senang. Ini adalah resep baru yang dia dapat dari internet, ikan asam manis. Ikannya di goreng dengan tepung kemudian di sajikan dengan saos yang di masak terpisah.

"May, kita sudah lima bulan menikah, apa belum ada tanda kalau kamu sedang hamil?"

Maysa menatap Jono,"Belum mas."

"Apa kamu belum ingin hamil?"

"Sebenarnya pingin juga mas, tapi kalau saat ini belum hamil ya sudah, santai saja. Aku tidak mau terburu-buru. Sekarang aku masih ingin cari uang dan membeli banyak barang dan perhiasan, aku belum mau repot punya anak."

"Aku yang khawatir, semakin lama kita punya anak, aku semakin tua."

"Mas Jono kan sudah punya anak, jadi ngga masalah kalau aku belum punya anak."

Jono menggelengkan kepala, biasanya yang khawatir adalah  perempuan, jika mereka menikah dan belum punya anak. Tapi Maysa masih santai dan terkesan tidak peduli.

"Biasanya wanita itu kalau menikah,dia ingin segera punya anak," Jono berusaha menjelaskan.

"Iya mas, nanti kalo sudah waktunya hamil, aku juga akan hamil."

Jujur saja bagi Maysa, saat ini dia belum mau repot dengan mengurus anak,pasti melelahkan. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro