Bab. 18 Kerjasama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tika membuka pintu kamar Maysa, di lihatnya wanita itu duduk di bawah dengan tangis terisak. Dengan ragu-ragu dia mendekatinya.

"Maysa..." panggilnya pelan.

Maysa menoleh mendengar namanya di panggil. Tak menyangka kalau Tika akan mengunjungi dalam kondisi seperti ini. Lidahnya kelu tak bisa menjawab panggilannya. Teringat kesombongan dan perlakuan buruknya pada wanita ini. Maysa bersalah.

"Mas Jono memang keterlaluan May, dia memintaku untuk membujukmu supaya kamu tidak minta cerai. Alasan yang sama Maysa, ketahuan selingkuh." Tika menjelaskan maksud kedatangannya, ternyata mas Jono yang memintanya datang. Tega sekali laki-laki itu, sudah bersalah masih minta tolong kepada istrinya. 

Aku menatap wanita di sampingku, tidak tahu lagi menebak perasaannya, suaminya selingkuh itu artinya dia mengkhianatinya,tapi masih bisa begitu tegar. Masih mau juga diminta untuk datang dan membujukku. Aku menggelengkan kepala.

"Kamu benar, May. Dia salah karena sudah mengkhianati kita. Kalau kamu sudah tidak tahan dengannya lebih baik memilih berpisah."

Tika duduk mendekati Maysa, dan menggenggam tangannya. Dapat dirasakan kepedihan hati perempuan yang menjadi madunya. Dia sudah sangat hafal dengan sifat suaminya, dan masih berusaha bertahan menghadapinya. Ada doa dan harapan yang selalu di panjatkan agar Tuhan memberi kesadaran kepada suaminya.

Dua orang perempuan itu saling diam, untuk beberapa saat mereka tenggelam dalam fikiran masing-masing. Tika bahkan tida ingin membujuk Maysa untuk tetap bertahan bersamanya, cukup dirinya saja yang terluka, karean dia sudah memiliki anak yang harus di jaga perasaannya.

"Kamu mau minum May?" tanya Tika, dia merasa haus setelah lama menempuh perjalanan dari rumah bahkan dia belum meminum apa-apa semenjak datang. Di tinggalkannya Maysa sendiri di dalam kamar.

Tika menyadari Maysa butuh waktu yang cukup untuk membuat keputusan. Dia pergi ke dapur dan mengambil minum, di teguknya air putih yang di ambil dari dispenser.Di minumnya pelahan. Nyaris air itu tidak dapat masuk ke dalam kerongkongan karena merasa sesak dan kesal dengan sikap dan perilaku suaminya.

Glek.... Akhirnya air minum itu berhasil ditelannya, bersama dengan air mata yang menetes dari matanya yang sudah berkaca-kaca. Tika segera menemui Maysa lagi. Meskipun belum mau bercerita, setidaknya dia bisa menemaninya.

Kembali ke kamar Maysa dan duduk di sampingnya.

"Kenapa kamu bisa bertahan dengan sikap dan perilaku mas Jono yang buruk?" Maysa menatap perempuan di sampingnya dengan penuh keheranan. Tika mengusap air matanya yang sudah terlanjur menetes. Dia ingin nampak tegar di depan Maysa, tapi tidak bisa juga.

"Kamu masih muda, perjalanan hidupmu masih panjang, apalagi kamu juga belum punya anak, maka kamu bisa meninggalkan mas Jono kapanpun kamu mau. Berbeda denganku, kalau aku memilih berpisah dengan mas Jono, siapa yang akan memberikan nafkah anak-anakku?"

"Mungkin saja di luar sana masih ada laki-laki yang baik, yang bisa menerimamu dan anak-anak." Geram Maysa. Kamu bisa juga meninggalkan laki-laki yang tidak bisa di percaya."

Tika hanya tersenyum menanggapi perkataannya," Aku sudah berumur, dan punya tiga anak, tidak mudah bagi orang lain untuk menerima statusku sebagai janda."

Maysa diam mendengarkan. "Kalau aku bekerja dan meninggalkan anak-anak aku merasa khawatir, karena mereka masih kecil.aku memilih bertahan."

"Tapi Mas Jono tidak pernah berubah kan?" Maysa memegang pundak Tika dan menggoyangnya.

"Kita perlu memberi pelajaran kepadanya, supaya dia bisa menghargai istrinya."

"Kau benar May, selama ini aku sudah memaafkan perbuatannya dan dia mengulangi lagi. Terlintas juga dalam fikiranku untuk memberinya pelajaran, agar dia tidak mengulanginya lagi. Karena itu, apapun keputusanmu aku akan mendukung."

Maysa berdiri dan berjalan bolak-balik, dia memikirkan langkah apa yang tepat untuk memberikan pelajaran kepada suaminya."Heh... aku ngga punya ide sama sekali."

Melihat Maysa yang hanya mondar-mandir, Tika pun tak bisa berfikir dengan jernih. " Duduklah May, aku jadi nggak focus berfikir melihatmu seperti ini."

Kedua wanita itu duduk bersebelahan dan saling diam. Lama mereka berfikir, hingga Maysa memulai percakapan."Aku minta maaf ya, selama ini aku bersikap buruk padamu. Aku juga terlalu bodoh hingga mempercayai mas Jono seratus persen, walaupun sudah banyak yang mengingatkanku."

Maysa tak dapat menyembunyikan penyesalannya, karena memilih pergi dengan laki-laki pilihannya dan meninggalkan ibu yang selama ini dengan tulus menyayanginya.

"Niatku menikah dengan mas Jono dari awal sudah salah, aku ingin hidup senang, berkecukupan, tanpa memikirkan untuk mencari informasi seperti apa sebenarnya dia."

Tika tersenyum,"Aku bisa mengerti May, mas Jono itu sangat pandai merayu, dia kan menjanjikan bahwa dia bisa membahagiakanmu, dia akan memanjakanmu dengan uang. Siapapun dia pasti akan dengan mudah tertipu."

"Menyesalpun sudah tidak berguna,"kata Maysa.

"Baiklah apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" tanya Tika.

"Aku akan coba memberinya satu kesempatan lagi, tapi kita akan bekerja sama untuk mengawasinya. Baik di toko ataupun di rumah masing-masing."

"Kamu yakin dengan kepeutusan itu Maysa?" tanya Tika.

"Ya aku yakin."

"Baik aku akan mendukungmu."

Maysa merasa senang dengan kebaikan Tika, mereka sama-sama menjadi korban suaminya, maka mereka memutuskan untuk saling bekerja sama.

**

Maysa sudah kelihatan lebih santai, dia mulai keluar kamar dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Kali ini dia akan menyiapkan makanan untuk dirinya, Tika dan anak-anaknya.

"Aku lebih pantas memanggilnya mba Tika, karena usianya lebih tua dariku," gumam Maysa.

Dari luar terdengar suara ramai anak-anak, ternyata Jono dan anak- anak sudah datang. Tika segera menyambut kedatangan mereka. Jono menghampirinya dan menanyakan keadaan Maysa.

"Bagaimana Tika, apa kamu sudah berhasil membujuk Maysa?"

Tika hanya mengangkat bahunya, rasa kesal terhadap suaminya membuat dia enggan menjawab.

Jono masuk ke dalam rumah, dan mencari istri mudanya. Dilihatnya Maysa sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan.

"Syukurlah Maysa tidak jadi pergi, ternyata Tika berhasil membujuknya." Jono merasa senang. Hilang sudah kekhawatiran yang sedari tadi mengganggu fikirannya. Dia akan lebih berhati-hati untuk berhubungan dengan wanita incarannya.

Tika mengajak anak-anaknya masuk ke dalam rumah, dia bermaksud untuk pamit pulang kepada Maysa, Tapi Maysa tidak mengijinkan. Malam ini dia ingin ditemani Tika dan anak-anak di rumahnya. Paling tidak dia merasa ada keluarga yang bisa di ajaknya bicara.

"Kita awasi mas Jono bersama-sama, mala mini menginaplah di rumahku. Ada kamar tamu yang bisa digunakan untukmu dan anak-anak, aku juga sedang menyiapkan makan malam untuk kita."

Tika mengikuti saja kata-kata Maysa, dia minta tolong kepada Jono untuk mengambilkan baju ganti, karena mala mini dia dan anak-anak akan menginap di sini.

"Mas, malam ini aku menginap di sini, minta tolong di ambilkan baju ganti ya?... aku kan sudah membujuk Maysa untuk tetap tinggal dan tidak minta pisah."

Jono hanya tersenyum, dia merasa kebingungan dengan sikap kedua istrinya.

"Gawat nih, kalau Tika dan Maysa bekerjasama mengawasiku, aku tidak akan bisa pergi seenaknya."

Fikir Jono. Bagaimanapun dia masih ingin bersenang-senang. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro