after his death, date overthinks

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Date masih ingat betapa terpukulnya mereka semua atas kepergian Hagiwara dan keterkejutan yang dirasakan ketika di malam bulan biru mereka terbangun di suatu kamar mewah yang sangat luas ala Victoria, lengkap dengan jas yang terlihat tak mungkin dapat dibeli walaupun mereka menabung seumur hidup.

Lalu, pintu putih yang megah dan bersinar, seolah memantulkan cahaya dari bulan itu sendiri. Pintu dibuka, pemandangan di ruangan tersebut sangat cocok disebut kemegahan yang mewah. Terasa tidak nyata, Date tahu itu semua tidak nyata.

Logika Date serasa dipermainkan, lalu hancur lebur ketika mendapati Hagiwara di tengah-tengah ruangan, dengan cahaya dari chandelier menyinari eksistensinya penuh. Ini tidak nyata, Date berpikir walaupun kedua tangannya dapat memeluk erat laki-laki itu. Ini tidak nyata, walaupun Date dapat mendengar tangis dan tawa yang hanya bisa dikeluarkan Hagiwara.

Date belajar bahwa semua hal yang terjadi dan disaksikannya malam itu sangatlah nyata ketika enam tahun kemudian ia terbangun di suatu ruangan yang terlihat persis dengan kamarnya, setelah Date merasakan kesadarannya menghilang karena kecelakaan mobil.

Dari Hagiwara, Matsuda, dan Hiro yang sudah lebih dulu menjadi tamu tetap Perjamuan Bulan Biru, Date tahu kalau Furuya Rei sudah menghadiri perjamuan itu selama enam tahun lamanya, sejak pertama kali ia dan yang lain memeluk erat Hagiwara semalaman penuh.

"Maaf," hanya itu yang bisa diucapkan Date saat itu. Maaf karena tidak tahu kalau Rei sangat menghargai dan menyayangi mereka semua hingga tidak rela melepas satu pun dari mereka pergi. Maaf karena tidak seperti Rei, ia tidak bertemu Matsuda dan Hiro di tahun mereka meninggal. Maaf karena ia bisa menerima kematian dua temannya yang menyusul Hagiwara, dan hanya merasa penyesalan serta kesedihan tetapi bisa merelakan.

Matsuda memukulnya saat itu juga dan memeluknya di detik selanjutnya. "Aku senang kau hidup dengan baik, Ketua. Maaf kami tidak sempat berpamitan sebelum pergi."

Date ingat dirinya menangis. Ia kembali menangis ketika bertemu dengan Natalie di Perjamuan Bulan Biru, dalam keadaan yang sama dengan dirinya, mati. Date tak melepaskan Natalie dari peluknya dalam waktu yang lama ketika tahu Natalie bunuh diri dalam kesedihannya mendengar kabar kematian Date.

Date tak lagi menyangkal, tak lagi peduli mana yang nyata atau tidak. Kala tatapan Date beradu dengan Rei di perjamuan kedua yang dihadiri dirinya dengan Natalie di sampingnya dan yang lain menunggu di dekatnya, Date hanya bisa merasa bersyukur ia disayang banyak orang semasa hidupnya.

"Jadi ini sudah ketiga kalinya kau menghadiri perjamuan?" Date menyerahkan sepiring kecil kue-kue mini ke tangan Rei.

Rei berterima kasih. "Empat. Tiga tahun setelah Hagiwara, aku kembali ke sini saat bulan biru bersama Matsuda. Yang ketiga itu setahun setelah kematian Matsuda dan Hiro."

Tangan Date diam-diam mengepal. "Satu tahun sebelum kematianku."

"Benar." Seolah tahu apa yang dipikirkan Date, Rei tak melanjutkan pembicaraan. Dihabiskannya satu-satu kue di piringnya, pandangannya lurus ke arah Hiro, Hagiwara, dan Matsuda yang sedang menghabiskan sebotol bourbon.

Date menenangkan diri lalu memandang Rei, kenapa kau melakukan ini sudah ada di ujung lidah tetapi Date menggantinya tepat waktu. "Aku tidak tahu kau begitu penyayang."

Tawa kecil keluar dari mulut Rei. "Iya ya, aku juga baru tahu." Ia menyeringai jahil pada Date. "Memang kau tidak pernah merasa disayang olehku, Ketua?"

Date mendengus. "Selain ketika kau menghabisiku saat kendo? Tidak pernah." Teringat dengan sesuatu, Date menambahkan, "juga selain ketika aku karena suatu alasan mendapat porsi ekstra tonkotsu di kantin."

Mendengarnya, Rei tersenyum simpul. Date sendiri sadar kalau ia selalu mendapat porsi ekstra itu setelah menghardik (dan sekali dua kali, adu jotos) siswa-siswa yang suka menganggap atau mengejek Rei sebagai orang luar.

Date tahu kalau Rei menganggap mereka teman walaupun sempat putus kontak beberapa saat setelah kelulusan. Tetapi ia baru tahu Rei sampai rela menyiksa dirinya selama tujuh tahun demi mereka semua. Apa Rei tidak capek terus-terusan kembali ke sini?

"Kalau Morofushi aku paham kenapa kau tidak mudah merelakannya. Aku tidak tahu kau berpikiran yang sama terhadapku, Hagiwara, dan senpai. Kita baru bertemu di akademi dan bahkan baru akrab banget di tahun-tahun terakhir."

Jadi kenapa? Pertanyaan terakhir dibiarkan tak diucap Date, ia tahu Rei paham maksudnya. Date membiarkan Rei mengatur kata-kata sembari melahap kue terakhir di piring Rei. Ia tersenyum sedih melihat Natalie bercengkrama dengan kedua orangtua dan mantan guru bahasa Inggris Natalie. Date bisa tahu kalau seperti dirinya dulu, ketiga orang yang masih hidup itu tidak sepenuhnya percaya bahwa itu semua nyata. Mereka akan menganggap semuanya mimpi ketika terbangun nanti.

Dengan pemikiran itu, Date kembali tersadar. Rei bahkan menghadiri perjamuan yang kedua kali untuk Hagiwara bersama Matsuda. Berarti dua orang itu sudah tahu dan langsung percaya ketika mereka bertemu Hagiwara setelah kematiannya. Dan tidak bisa merelakannya.

"Aku sering kehilangan banyak hal." Date memusatkan perhatiannya pada Rei ketika laki-laki itu selesai berpikir. "Alasanku masuk ke kepolisian juga berhubungan dengan itu. Aku mau mencari seseorang yang tiba-tiba menghilang."

Date baru tahu soal ini. "Untuk seorang cewek? Sembrono juga kau."

Rei tertawa lepas kali ini. "Hahahah! Matsuda juga mengatakan hal yang sama sepertimu. Memang tidak terduga, ya?"

Jadi Rei sudah pernah cerita ke Matsuda sebelumnya. Apa itu saat masih di akademi atau setelahnya? Walaupun Rei dan Hiro putus kontak dengan mereka, Date tahu Rei beberapa kali ketemuan dengan Matsuda saat itu. Ditambah mereka berdua yang tidak merelakan kepergian Hagiwara lalu kembali ke perjamuan kedua kalinya, sepertinya Rei dan Matsuda lumayan dekat. Dengan tak diduga, mereka berdua juga lebih mirip dibanding yang lain.

Seketika, Date merasa asing. Berapa banyak hal yang dia lewatkan sebelumnya? Rei dan Matsuda kembali untuk Hagiwara, kedekatan Rei dan Matsuda, pekerjaan dan rahasia Rei serta Hiro. Merelakan kepergian Matsuda dan Hiro padahal ia tahu kalau Rei sangat akrab dengan keduanya dan hanya dua dari lima orang yang tersisa saat itu.

Kini hanya tersisa Rei seorang. Date merasa mereka dikutuk, Rei tidak pantas memikul semuanya sendirian. Kenapa Rei tidak menemuinya setelah kematian Matsuda dan Hiro seperti yang dilakukannya dengan Matsuda setelah meninggalnya Hagiwara?

"Kau terlihat baik, Ketua," adalah kata-kata pertama Rei saat menemuinya di perjamuan, satu tahun setelah kematian Date. Dipikir lagi Date belum meminta maaf kepada Rei karena membiarkannya memikul beban-bebannya sendirian, juga karena tidak ada di sana ketika Rei membutuhkannya lebih dari orang lain. Seharusnya ia berusaha lebih keras mengajak Rei bertemu sesekali, bukan hanya dengan mengirim pesan teks.

"Sayang sekali aku tidak bisa menyaksikan pernikahanmu dengan Natalie, tetapi kuharap kau bahagia, Ketua."

Date tersentak dari pikirannya dan menatap Rei yang tersenyum simpul ke arahnya, membawanya kembali ke masa-masa akademi. Saat ini, Date tersadar; Rei tidak mau ikut membebani Date seperti yang dilakukannya dengan Matsuda maupun Hiro, walau Date sendiri yakin hanya Rei yang menganggapnya beban.

Rei mirip dengan Matsuda, maka ia bisa paham perasaan Matsuda. Hiro sendiri adalah alasan Rei bisa terus maju sampai saat ini. Karenanya di tahun kematian mereka berdua, Rei sudah menulis namanya sebagai tamu seumur hidup Perjamuan Bulan Biru.

Baik Rei, Hiro, Matsuda, maupun Hagiwara, mereka semua turut senang dengan keadaan Date terlepas dari semua masalah yang menghampiri mereka terus-terusan. Mereka tahu Ketua sangat kuat, sosok yang pernah memimpin dan dihormati semua siswa. Makanya mereka semua sepakat kalau Date sepatutnya tidak terlibat dengan semua ini—perjamuan, perasaan tidak bisa merelakan, dan menyimpan rahasia yang bisa membuatnya berjalan dalam hidup dan mati tiap harinya.

Lagi, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Date, Rei tersenyum kendati terlihat sedih dibanding sebelumnya. Seolah ia sedang meminta maaf kepada Date. Date melihat senyuman sedih itu sepintas sebelum Rei kembali terlihat geli. "Ayo, Ketua. Seseorang harus menghentikan Hiro, Matsuda, dan Hagi sebelum mereka mabuk dan mengacaukan semuanya."

Mau tidak mau, Date membalas senyuman itu. "Kau benar. Jangan sampai mereka membuatku malu di depan Natalie dan orangtuanya."

Mereka berdua berjalan cepat-cepat menuju Hiro, Matsuda, dan Hagiwara yang hendak membuka botol ketiga, Date merebut botolnya terlebih dahulu menimbulkan perlawanan dari tiga orang itu. Ia dan Rei bergulat melawan tiga jiwa mabuk (siapa sangka jiwa bisa merasa mabuk?) yang agresif.

Ketika situasi semakin serius, menyebabkan Natalie menatapnya khawatir juga menahan tawa melihat Date di-headlock Hiro dan kedua orangtua gadis itu seperti ingin menghentikan mereka, Date merasa sangat bahagia setelah tujuh tahun lamanya.

Rei, Date melirik laki-laki pirang yang hendak baku hantam dengan Matsuda, kuharap kau juga bahagia



===

nggak, date nggak dikucilkan walaupun dia out of touch dari yang lain bertahun-tahun. date bukan tipe yang hung up on something for too long atau ngejudge orang lain karena sesuatu, he learned his lesson after the incident with his dad (di wps) and he deserved his happy ever after with natalie menurutku

honestly, mereka semua di wps deserved to be happy (TAPI MALAH MATI ANJGGGG)

anyway, thank you for reading this!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro