Chapter 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah latihan rutin, Shizuka-senpai menyuruh kami untuk tidak pulang terlebih dulu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan. Maka sekarang, kami duduk di tengah ruang musik, mengelilingi meja.

"Baiklah, aku dapat informasi ini dari Teraoka-kun. Informasi ini sangat penting, terutama untuk kalian yang baru bergabung di band ini" ujar Shizuka-senpai dengan serius.

Menyinggung tentang anggota baru dan perkataan senpai yang serius membuatku makin penasaran. Karena senpai tidak pernah seserius ini, Kenichi dan Natsume-kun pun juga merasakannya, terlihat dari raut wajah mereka.

"Kita...."

Kita...

"Akan..."

Akan...

"...."

sunyi senyap, akan apa senpai?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"MENGIKUTI KOMPETISI BAND ANTAR SEKOLAH!!!" tiba-tiba Shizuka-senpai berteriak sambil menggebrak keras sesuatu di atas meja, membuat kami terlonjak kaget dan hampir terjungkal ke belakang.

"SENPAI!!!" seru kami serempak, dan dia hanya cengar-cengir.

Selagi para lelaki protes atas salah satu tindakan senpai yang absurd, aku memerhatikan sesuatu yang tadi digebraknya, ternyata sebuah kertas. Senpai yang menyadari kalau aku meperhatikan kertas yang masih ada ditangannya, menyodorkannya padaku. Aku mengambilnya, dan seketika para lelaki mengelilingiku, memperhatikan kertas itu dengan seksama.

"Hee~ Kompetisi band antar sekolah ya~" ujar Natsume-kun sambil manggut-mangut setelah membaca brosur lomba tersebut.

"Waahhh... sepertinya menarik" kata Masatoshi-kun dengan berbinar-binar.

Kenichi malah terlihat biasa saja.

"Kita akan bersaing dengan sekolah-sekolah terkenal, mengingat lomba ini cukup besar dan hanya diadakan setahun sekali" Kata Shizuka-senpai

Kami semua manggut-manggut mendengarnya ,sampai aku menyadari sesuatu.

"Tunggu, berarti kita akan bersaing ketat disini?" tanyaku.

"Yap, kau benar. Dan ini akan menjadi pengalaman kalian yang mengesankan" jawab senpai bersemangat.

"Mengesankan apanya? Kita ini belum terlatih" bantahku.

"Kalau begitu, berlatihlah dengan giat" ujar senpai santai. Dan semua mengangguk setuju. Sepertinya aku kalah suara dalam hal ini.

"Jadi, kapan lombanya di mulai?" Tanya Kenichi, sepertinya dia mulai tertarik.

"Sebulan lagi. Maka dari itu, gunakan waktu sebaik mungkin, kalian harus berlatih dengan rajin, terutama untuk anggota baru, mengerti?" Kata senpai.

"HAI!" Jawab kami serempak, kecuali aku.

.

.

.

.

Sepanjang jalan pulang, aku hanya tertunduk lesu. Maksudku, kita akan melawan sekolah terkenal, dan aku masih amatiran. Ini namanya bertaruh dengan harga diri!

Kenichi yang dari tadi memperhatikanku, cuma diam saja sampai akhirnya dia bertanya.

"Kau kenapa? Takut dikalahkan oleh band sekolah terkenal?" tebaknya

Ya, kau benar sekali Kenichi.

"Begitulah" jawabku lesu.

Dia cuma diam, sampai tiba-tiba dia merangkulku erat, dan mendekatkan wajahnya ditelingaku. Aku sedikit kaget karena tiba-tiba dia merangkulku.

"Hei, semangatlah Yuuki. Kau tidak akan melawan mereka semua sendirian." Bisiknya.

Mendengar itu, akhirnya menyadarkanku. Benar juga, aku tidak melawan mereka semua sendirian. Perlahan, kegugupanku menghilang. Terkadang, kata-kata Kenichi bisa menjadi penyemangat, itu pun kalau tidak dengan nada dingin.

"Kau benar juga, terima kasih Kenichi" Aku pun tersenyum kepadanya, menandakan bahwa aku sudah baikan.

Dia kaget melihatku tersenyum, namun hanya sebentar. Lalu dia tersenyum lembut padaku.

"Baru kali ini aku melihatmu tersenyum semanis ini, Yuuki"

Aku yang mendengar itu, langsung tersipu berat.

"B-benarkah? Ahahaha" aku memalingkan wajahku, demi apapun, aku merasa wajahku panas sekali!Atau apa ini efek musim panas yang akan datang?

Dia hanya terkekeh melihatku, dan melepaskan rangkulannya.

Dia berjalan lagi, tepat disampingku. Aku diam-diam meliriknya. Kenichi ini sebenarnya orang yang baik, hanya saja kalau niat isengnya muncul, dia akan berubah menjadi orang menyebalkan. Dia memang banyak membantuku, tapi aku juga sering dijadikan objek kejahilannya. Aku benci mengatakannya, tapi entah kenapa aku harus berterima kasih padanya.

"Ano, Kenichi..."

"Hm?"

"Te-terima kasih..." bisikku pelan.

"Hah? Apa yang kau bilang tadi?" dia mendekatkan telinganya ke arahku.

"A-aku bilang terima kasih" aku mengeraskan suara agar bisa terdengar.

"Hah? Aku tidak mendengarmu~" ujarnya dengan nada jahil.

Dan saat itu aku baru sadar bahwa dia sedang menjahiliku.

Sialan, bisa-bisanya dia menjahili niat baikku! Aku langsung menyikut perutnya. Dan alhasil dia langsung jatuh berlutut sambil memegang perutnya.

"Kenapa kau menyikut perutku?!" Serunya.

"Pelajaran untukmu, karena sudah menjahiliku" kataku sambil menyeringai puas.

"Kau!" Tiba-tiba dia bangkit dan mencubit pipiku.

"Itte! Itte! Itte! Kenapa kau mencubitku?" Aku berusaha melepaskan cubitannya, tapi percuma, dia itu kuat sekali.

"Pelajaran untukmu, karena selalu menyikut perutku. Itu menyakitkan, kau tahu?" Katanya, mengulangi kalimatku tadi.

"Hehehe, aku menemukan kelemahanmu, Yuuki" katanya sambil menyeringai.

"Mou, lepaskan Kenichi! Sakit tahu!"

"Tidak akan"

Sepanjang perjalanan, dia masih mencubitku. Dia baru melepaskannya setelah aku sampai di rumah dan hasilnya, pipiku bengkak karena dia mencubitku terlalu keras. Sialan kau, Kenichi!

.

.

.

Beberapa hari menjelang perlombaan, aku hanya menatap miris bangku dan mejaku. Demi apapun, siapa yang melakukan ini?!

Meja dan bangkuku sudah penuh dengan coretan yang isinya kata-kata kasar yang mengejekku. Mungkin semua kata kasar sudah ditulis disitu, dan mungkin meja dan bangkuku akan menjadi kamus kata-kata kasar.

Oke, bukan saatnya untuk bercanda. Aku harus mengganti ini secepatnya!

Aku langsung melesat menuju ruang guru. Namun baru saja aku berbelok di lorong, aku bertabrakan dengan seseorang. Aku jatuh ke belakang, sedangkan dia hanya oleng sedikit. Terkutuklah dengan orang-orang tinggi di dunia ini!

"Kau kenapa?" Mendengar suara itu, aku langsung menengok ke atas. Ternyata Kenichi yang menabrakku.

"Hei, ada apa denganmu? Jalan pakai mata dong!"seruku kesal.

"Justru kau yang ada apa, pagi-pagi sudah berlarian seperti ini" balasnya tidak kalah kesal.

Ahh, aku tidak punya banyak waktu lagi. Aku langsung bangkit, merapikan rokku dan lanjut ke ruang guru. Namun kali ini, dengan jalan cepat. Aku merasakan ada yang mengikutiku, aku menoleh ke belakang, dan kulihat Kenichi mengikutiku.

"Kau mau kemana?" Tanyanya

"Ke ruang guru"

"Mau apa kau kesana?"

"Lihat saja nanti"

Begitu sampai di ruang guru,aku langsung menghadap ke Yamada-sensei dan menceritakan apa yang terjadi. Kenichi dan Yamada-sensei hanya memperhatikan dengan seksama.

"Serius?" Tanya Kenichi kaget setelah aku selesai bercerita.

Aku hanya mendecak lidah sambil meliriknya kesal. Aku sedang malas menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah pasti dia tahu.

"Baiklah, mejamu akan diganti secepatnya. Tapi untuk sementara, pakai dulu meja lamamu" kata Yamada-sensei.

"Hai, arigatou sensei" aku membungkukkan badan, dan keluar ruang guru. Begitu sampai di kelas, Kenichi melihat mejaku tercengang.

"Wahh... pasti meja dan bangkumu sudah jadi kamus kata-kata kasar" katanya. Sepertinya dia sepemikiran denganku tadi. Dia menelusuri setiap kata dengan jarinya.

"Are? Kata yang ini pas sekali untukmu" kulihat jarinya menunjuk kata'jelek!' Yang cukup besar. Jadi maksudmu aku sangat jelek begitu?!

Aku yang kesal, berniat menyikut perutnya lagi, namun dengan cepat dia menghindar. Aku kaget, karena ini pertama kalinya dia menghindar dari seranganku.

"Maaf, seranganmu tidak akan mempan padaku" katanya sambil menyeringai puas.

Sudahlah! Aku tidak peduli lagi, batinku sudah lelah. Aku langsung duduk dengan bangku penuh coretan dan berusaha mengabaikan Kenichi.

"Hei, ada yang marah nih~" godanya setelah dia duduk di bangkunya. Masa bodoh dengan Kenichi!

.

.

.

Begitu bel pulang sekolah, aku dan Kenichi langsung merapikan tas dan melesat keluar kelas. Ini semua gara-gara pesan e-mail yang dikirim Shizuka-senpai tadi. Kira-kira isinya begini....

Jika kalian tidak datang ke ruang musik dalam 2 menit, jangan harap kalian bisa berjalan dengan dua kaki utuh lagi.

Kukira dia hanya bercanda, namun ternyata tidak begitu e-mail setelahnya datang.

Aku serius.

Aku bisa merasakan aura membunuh yang kuat dari ponselku. Aku melirik Kenichi. Dia memegang ponselnya dan wajahnya pucat begitu dia membaca pesannya. Ternyata dia merasakannya dan aku yakin, Natsume-kun dan Masatoshi-kun pun merasakannya juga.

Dan sekarang, kami berlari menuju ruang musik. Masalahnya, ruang musik ada dilantai atas, sedangkan posisi kelas kami ada dilantai bawah. Jadi mau tidak mau (tapi harus mau), kami berlarian menaiki tangga. Kenichi punya kaki yang panjang, sehingga dia bisa menaiki 2 anak tangga sekaligus, sedangkan aku harus menaiki satu persatu. Jadi aku mulai kelelahan, padahal kami baru naik satu lantai. Ini tidak adil!

Saat di lantai 2, kami bertemu Natsume-kun yang berlari juga dan ikut bergabung dengan kami.

"Entah kenapa aku bisa merasakan aura membunuh yang kuat dari pesan senpai" celetuk Natsume-kun. Kami hanya mengangguk, setuju dengan pernyataannya.

Karena banyak siswa yang turun dari lantai atas untuk pulang, alhasil kami sering bertabrakan dengan siswa lain. Kami menggumam 'maaf' sepanjang perjalanan, karena saking seringnya menabrak orang.

Saat akan menaiki lantai terakhir, kami bertemu Masatoshi-kun yang sedang duduk di anak tangga sambil mengatur napasnya, sepertinya dia berlari juga kesini dan kelasnya letaknya paling jauh diantara kami. Begitu melihat kami datang berlari, dia spontan bangkit dan ikut berlari dengan kami.

"Senpai.... juga?" TanyaMasatoshi-kun sambil terengah-engah.

"Begitulah" jawabku.

Tinggal 10 detik lagi sejak e-mail terakhir dikirim. Begitu sampai di depan ruang musik, Kenichi langsung membuka pintu dan kami berebutan masuk. Sialnya, kaki Kenichi tersandung, dan alhasil kami semua jatuh bertimpa, dengan Kenichi yang paling bawah, disusul Natsume-kun, Masatoshi-kun dan yang paling atas adalah aku.

"Itte!" Kenichi mengaduh kesakitan karena ditiban 3 orang sekaligus.

"3... 2 ...1. Yosh, kalian tidak terlambat. Omedetou, minna~"

Kami semua menengok dan melihat Shizuka-senpai berdiri di depan kami sambil bertepuk tangan kecil. Di sampingnya, ada Teraoka-senpai, dari wajahnya terlihat dia sedang menahan tawa karena melihat kami bertumpuk dengan separuh badan di dalam, dan separuhnya lagi diluar.

"Siapapun yang ada di paling atas, bisa tolong berdiri?! Aku tidak bisa bernapas!" seru Kenichi, yang menyadarkanku bahwa aku yang paling atas dan menjadikan 3 orang di bawahku menjadi alasku. Cepat-cepat aku bangun dan membantu Masatoshi-kun berdiri. Begitu Masatoshi-kun bangun, Natsume-kun merayap mundur, karena tidak bisa berdiri untuk beberapa saat. Begitu semuanya sudah bangun, Kenichi langsung menghirup udara sebanyak yang dia bisa.

"Hah... kukira.... aku... hah.... akan mati" ujar Kenichi di sela-sela napasnya.

"Shizuka, seharusnya kau tidak usah mengancam mereka datang seperti ini" ujar Teraoka-senpai sambil menatap kami iba.

"Eh? Aku tidak mengancam mereka kok. Aku hanya bilang jika mereka telat, mereka tidak akan bisa berjalan dengan dua kaki utuh" kata Shizuka-senpai dengan polosnya.

Jelas-jelas kau mengancamnya, Shizuka. Batin Teraoka-senpai.

.

.

.

Namanya Shizuka Reiko, kelas 3-B, jabatan di band adalah keyboardis. Dia adalah gadis dengan kepribadian supel dan aktif. Dia memiliki penampilan yang cukup manis, dengan rambut coklat tua panjang yang diikat pony tail, matanya coklat tua, wajah yang manis, bibir yang selalu menyunggingkan senyum, dengan tinggi kurang lebih sama denganku.

Ahh... lelaki manapun akan mau berpasangan dengannya. Sayangnya, dia sudah ada yang punya. Katanya sih dia berpacaran dengan Teraoka Yuiichi.

Teraoka Yuiichi adalah mantan anggota band sekolah. Dulu dia menjabat sebagai vokalis. Sekilas, penampilannya sama dengan Kenichi. Bedanya terletak pada warna rambutnya dan kepribadiannya. Teraoka-senpai lebih pendiam. Jika ada yang berdebat dengannya, dia  bisa membuat lawan bicaranya tidak bisa berdebat panjang dengannya.

Sikap Shizuka-senpai seperti ibu yang menyayangi anaknya jika berada di dalam band, namun sikap itu bisa berubah jika diubah dalam mode iblis. Sikapnya akan menjadi iblis kalau tidak ada yang menurutinya, bahkan Teraoka-senpai tidak bisa melakukan apa-apa terhadapnya jika sudah berubah ke mode ini.

Dan sekarang, hari ini adalah hari terakhir latihan, karena besok adalah hari perlombaannya. Kami semua, termasuk Teraoka-senpai, berkumpul di rumah Shizuka-senpai. Kemampuan kami sudah berkembang pesat dari yang sebelumnya, berterima kasihlah pada Shizuka-senpai dan jadwal latihan yang ekstrem itu.

"Baiklah, besok adalah hari besar kalian. Kerahkan kemampuan terbaik kalian." Kata Teraoka-senpai menyemangati kami.

"Hai!"

"Bagaimana dengan kostum, Shizuka?Tanya Teraoka-senpai.

"Tenang saja, aku sudah mempersiapkannya. Maka dari itu, besok kalian akan kesini pagi-pagi. Jangan ada yang sampai terlambat, mengingat tempatnya yang cukup jauh dari sini,  mengerti?" Perlahan keluar sisi iblis Shizuka-senpai. Kami hanya mengangguk cepat, takut dengan auranya.

"Ehh, tunggu... Tapi kita belum punya nama band, ya kan?" tanya Masatoshi-kun, membuat kami semua terdiam.

Kami melupakan hal yang begitu penting.

Kami semua tenggelam dengan pikiran masing-masing, memikirkan nama yang cocok untuk band kami

"Ahh, aku dapat satu!" Seruku, sontak semua mata tertuju padaku.

"Bagaimana kalau namanya Fantastic Five?" Aku tahu ini seperti plesetan nama film, tapi ini hasil pemikiran terkerasku.

Yang lain hanya diam melihatku begitu mendengar usulanku. Aku langsung kikuk, apa nama yang kuberikan terlalu aneh?

"A-apa namanya aneh?" Tanyaku.

"Kenapa Fantastic Five?" Akhirnya ada yang bicara juga, meski kedengarannya dingin, siapa lagi kalau bukan Kenichi?

"Karena kita ini hebat, Mizuo-kun. Masa kau tidak tahu?" Aku sungguh lega Shizuka-senpai menjawab pertanyaannya, karena jujur aku tidak tahu alasannya, ini hasil pemikiran spontanitas.

"Ada yang merasa keberatan dengan usul ini?"

"...."

"Baiklah, sudah diputuskan"

.

.

.

Kami mendiskusikan persiapan band sampai malam. Begitu sadar hari sudah malam, Shizuka-senpai langsung menyuruh kami pulang, atau lebih tepatnya mengusir kami.

Dan sekarang aku berjalan pulang dengan Kenichi.

Sepanjang perjalanan, dia diam saja. Dia terlihat seperti gelisah. Di rumah Shizuka-senpai juga begitu. Wajahnya begitu tegang. Apa yang sedang dia pikirkan?

Aku memikirkan untuk mengalihkan perhatiannya, sampai kulihat mesin minuman otomatis. Yaa~ mungkin sedikit minum akan membuatnya rileks.

"Hei Kenichi..." aku mencoba memanggilnya.

"...."tapi tidak ada respon.

"Hei Kenichi!" Aku memanggilnya lebih keras.

"....."masih tidak ada respon.

"KENICHI!" Akhirnya aku berteriak memanggilnya. Dan dia baru menoleh kepadaku.

"Apaan sih, tidak perlu teriak-teriak begitu" katanya gusar.

"Hah? Aku justru teriak supaya kau mendengarku. Aku daritadi memanggilmu tahu" karena kesal, aku menarik lengannya ke taman yang kebetulan kami lewati.

"Hei, kau mau apa?!" serunya, tapi aku tidak memedulikannya. Aku menariknya sampai ke bangku taman.

"Tunggu disini, dan jangan kemana-mana!" Kataku. Dia terlihat gusar, tapi akhirnya dia duduk dan diam saja.

Aku segera ke mesin minuman tadi. Kira-kira dia suka apa? Kopi? Teh?Atau minuman ion? Ahh masa bodoh, kubeli saja masing-masing satu dari setiap jenis disitu. Alhasil, aku agak kerepotan membawa banyak minuman. Aku berjalan pelan ketempat Kenichi. Kenichi yang melihatku kerepotan, langsung menghampiriku.

"Yuuki, kau ini haus atau apa sih?Beli minuman sebanyak ini" katanya sambil memindahkan sebagian minuman ketangannya. Aku cuma terkekeh mendengarnya mengomel.

"Aku tidak tahu mana yang kau suka, makanya aku beli saja semuanya." Kataku.

"Kau membelikan semua ini untukku?" Tanyanya kaget.

"Iya" jawabku polos.

Dia hanya menatapku diam "dasar bodoh, kau menghabiskan uangmu memborong minuman ini hanya untukku?" sewotnya.

"Hei, setidaknya berterima kasihlah padaku. Wajahmu seharian ini terlihat tegang. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Aku hanya ingin membuatmu rileks dengan mentraktirmu minuman, itu saja." Jawabku kesal.

Heran, setiap kali aku ingin berbuat baik padanya, kenapa aku malah dibalas dengan sikapnya yang begini?

Dia langsung terdiam mendengar perkataanku. Dia duduk di bangku dan menaruh minuman yang berada di tangannya itu.

"Maaf, aku hanya gugup. Kau tahu, aku adalah vokalis, sang point utama dalam sebuah band. Jika aku gagal, maka aku akan mengecewakan semuanya.... Dan mengecewakanmu" katanya pelan. Punggungnya yang membungkuk dan wajah yang tertunduk, menandakan bahwa dia frustasi.

Aku ikut duduk disampingnya dan hanya diam memperhatikannya, baru pertama kalinya aku melihat dia seperti itu. Dan memang benar apa yang dikatakannya.

"Tenanglah, kau tidak akan melawan mereka sendirian" aku mengulang perkataan Kenichi waktu itu, sambil mengelus kepalanya.

Dia yang kaget karen aku elus, langsung menegakkan punggungnya dan menatapku dalam sekali. Aku bisa melihat sedikit warna merah dipipinya. Aku yang baru sadar apa yang kulakukan, langsung menarik tanganku.

"Ahh, maaf" ujarku kikuk. Bodoh! Apa yang aku lakukan barusan??!!

GREP!

Tiba-tiba, Kenichi memelukku dari samping. Aku kaget dan berusaha melepaskan diri.

"H-hei, apa yang kau lakukan?!"

"Tolong, sebentar saja.... Biarkan aku memelukmu" katanya dengan sangat pelan, pelukannya pun semakin erat. Aku pun akhirnya diam saja dan membiarkan dia memeluknya. Aku yakin wajahku sudah menyaingi tomat sekarang!

"Yuuki.... Aku takut" ujarnya pelan.

Aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya, karena kepalanya menyender dibahuku, dengan wajah menghadap kebawah, namun aku tahu kalau dia memang ketakutan. Takut kalau dia melakukan kesalahan yang fatal dan akhirnya menjadi hal buruk.

Ragu-ragu, kuelus kepalanya. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja" bisikku, berusaha membuatnya tenang. Aku terus mengelus kepalanya sambil berkata bahwa semua akan baik-baik saja sampai dia merasa tenang.

Perlaha, pelukannya melonggar, itu berarti  bahwa dia sudah mulai rileks. Tak lama, dia mengangkat kepalanya dan mendekatkan wajahnya ke telingaku. Aku bergidik sesaat karena merasakan terpaan napasnya di telingaku.

"Arigatou, Yuuki" bisiknya. Aku kaget dan menunduk malu.

"H-hai"

Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu dipipiku...

CUP!

Astaga! Dia mencium pipiku!Aku yakin bahwa darahku semua naik ke kepala.

Setelah dia mencium pipiku, dia baru melepaskan pelukannya. Pelukannya menimbulkan bekas....

Rasa hangat di tubuhku.

Aku diam-diam meliriknya, kulihat wajahnya sudah tenang, seperti biasa. Syukurlah....

Dia bangun dari kursi dan mengulurkan tangan kepadaku. "Ayo pulang. Kita harus mempersiapkan diri untum hari besar kita besok" katanya sambil tersenyum lembut kearahku.

Aku pun menerima uluran tangannya dan membalas senyumannya.

"Hai"

"Tapi tunggu dulu" katanya mendadak.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Bagaimana dengan semua minuman yang kau beli ini?"

Oh ya, aku sampai melupakan itu. Seteleh berdebat panjang dengan Kenichi, akhirnya sebagian kubawa pulang, dan sebagian lagi dibawa pulang Kenichi. Kami berjalan pulang berdampingan. Bersiap-siap untuk hari besar kami!

.

.

.

.

.

TBC

(Picture)
Source: Pinterest
Credit to the artist.

VOTE AND COMMENT PLEASE~

ARIGATOU~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro