Botol kaca

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang pria duduk di atas pasir di pinggir pantai. Mata sipitnya menatap lurus ke hamparan lautan luas. Warna biru mendominasi pandangannya saat ini. Ia menyibak rambut hitamnya dengan jari. Angin ikut mengambil andil dalam angan-angan yang memenuhi kepalanya. Lahir dan besar di pinggir pantai tidak membuat Mada bosan memandang ombak yang bergulung. Ia masih menikmati kesendiriannya hingga lautan biru berubah warna menjadi jingga karena memantulkan cahaya matahari yang tenggelam.

Biasanya Mada akan bergerak meninggalkan pantai sebelum langit berubah gelap, tapi hari ini berbeda. Hari ini tanggal 7 November, hari ulang tahunnya. Mada tetap berada di pantai hingga langit mulai menggelap. Beberapa orang sempat menyapanya, bertanya kenapa ia belum beranjak. Jawabannya satu, ia mau merayakan ulang tahunnya sendirian.

Tidak ada yang menyadari kalau Mada menunggu seseorang. Seseorang yang dulu selalu berada di sampingnya. Mereka menghabiskan masa kecil bersama, di belahan lautan lainnya. Mada pindah lebih dulu dan ketika ia dan keluarganya kembali ke rumah lama mereka, temannya sudah tidak ada di sana. Ia sudah pindah.

Lamunan Mada terhenti ketika fokusnya berubah menatap sebuah benda yang mengapung di bibir pantai. Ia menggulung ujung celana jeans birunya hingga betis. Ia berjalan mememecah ombak untuk menggapai benda itu. Setelah ia mendapatkan benda itu, ia mengangkatnya keluar dari air. Benda itu adalah sebuah botol kaca bening dengan ukuran sebesar botol kemasan air mineral 500 ml dan berisi sebuah kertas berwarna cokelat.

Mada duduk bersandar pada salah satu pohon kelapa yang ada di dekat pantai. Ia membuaka gabus penutup botol itu dengan hati-hati. Ia sempat mengusap tangan kanannya pada sisi belakang bajunya untuk memastikan tangannya kering. Ia membalikkan botol itu dan meraih kertas cokelat yang sepertinya berisi sebuah pesan.

7 November 2019

Selamat Ulang Tahun

Semoga kamu selalu bahagia seperti lautan yang selalu tersenyum dan menyebarkan kebahagiaan melalui ombaknya. Laut di depan rumahku masih sama birunya dengan laut tempat kita bermain dulu.

Mungkin surat ini tidak akan ditemukan, tapi aku yakin seseorang yang membaca ini pasti turut mendoakan sahabatku, Mada.

Olivia Philomena

Mada tersenyum. Ini adalah kado terindah yang ia terima hari ini. Satu baris nama yang mampu membuat matanya berkaca-kaca karena bahagia. Mada kembali menggulung kertas itu dan memasukkannya ke dalam botol. Ia segera membersihkan celananya yang berpasir dan bergegas mengendarai sepedanya menuju ke sebuah rumah yang terletak cukup jauh dari tempatnya berada sekarang.

Mada menghentikan langkahnya di depan rumah semi permanen dengan pagar kayu yang mengelilinginya. Bagian depan teras rumah itu dipenuhi dengan mawar merah. Mada membuka gerbang yang hanya setinggi pinggangnya, kemudian ia memasuki halaman rumah itu. Mada sempat ragu karena sudah 3 tahun ia selalu melihat rumah ini kosong, ketika ia melewati rumah itu. Tapi hari ini berbeda, ada cahaya yang berasal dari dalam rumah mencuat keluar. Seseorang pasti ada di dalam.

Mada mengetuk pintu kayu berwarna cokelat itu dengan hati-hati. Ia menantikan sebuah suara yang mungkin akan menyambutnya. Namun setelah ia lelah mengetuk pintu dan tidak mendapat respon, akhirnya Mada menghela napas dan berniat berbalik meninggalkan rumah itu. Ketika tangan Mada meraih pintu pagar, sebuah suara menghentikan gerakannya. Mada berbalik dan mendapati seorang gadis berdiri di ambang pintu yang tadi ia ketuk. Gadis itu mengenakan gaun berwarna biru dan ia tersenyum menatap Mada dengan mata yang sebiru lautan. 

#30daywritingchallenge #30DWCJilid24 #Day23

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro