Bukan Pahlawan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang wanita berseragam cokelat memasuki ruang kelas. Rambut yang digulung rapi, ditambah dengan senyum ramah dan hangat membuat seisi kelas juga turut tersenyum. Ia adalah Elis, seorang guru di sebuah sekolah yang ada di pelosok negeri.

"Selamat pagi." Elis meletakkan buku yang ia bawa.

"Selamat pagi, Bu." Suara kompak bak paduan suara menggema di kelas itu.

Elis kembali tersenyum. Saat seperti inilah yang membuatnya bahagia. Saat-saat di mana ia tidak menyesali pilihannya sebagai seorang guru. Meski harus mengorbankan waktu dan tenaga lebih banyak, ia tetap memilih untuk mengajar dibanding dengan diam di rumah.

"Hari ini kita akan belajar tentang mengungkapkan pendapat. PR kalian sudah dikerjakan?"

"Sudah, Bu." Suara sahutan bak paduan suara kembali terdengar. Kali ini, kata terakhir dibuat lebih panjang. Elis kembali dibuat tersenyum.

"Mada, silahkan maju ke depan. Boleh kamu kasih tahu apa pendapatmu tentang pahlawan?"

Anak berusia 14 tahun itu maju ke depan dengan malu-malu.

"Menurut saya, pahlawan itu adalah orang yang terus berjuang. Contohnya adalah pahlawan kemerdekaan."

Suara tepuk tangan dan siulan jahil terdengar jelas. Setelah itu, seorang lainnya maju dan begitu seterusnya hingga semua anak maju ke depan. Dalam waktu yang singkat, semua anak sudah maju dan menyampaikan pendapatnya. Tentu saja hal itu karena kelas ini hanya memiliki 12 siswa.

"Sebagian dari kalian bilang kalau pahlawan itu adalah pejuang perang, guru, dokter, polisi, dll. Menurut kalian, adakah pahlawan yang tidak mengenakan seragam?"

"Pahlawan perang, Bu." Hampir seluruh keras berteriak kegirangan.

"Boleh. Dari semua tokoh yang kalian sebutkan, tidak ada yang menyebutkan orang tua."

Seluruh siswa terdiam. Mereka menatap satu sama lain.

"Pahlawan yang paling dekat dengan kita adalah orang tua. Apapun profesinya mereka adalah orang-orang yang berjuang untuk mendampingi, menghidupi dan mendidik. Ayah yang bersusah payah mencari nafkah dan ibu yang selalu bangun lebih pagi hanya untuk membuat sarapan dan tidur lebih malam untuk memastikan kalian sudah tertidur dengan nyenyak." Elis menyadari perubahan raut wajah siswanya.

"Jadi kalau sekarang saya tanya siapa pahlawan kalian?" Jantung Elis sempat dibuat tidak karuan karena siswanya hanya diam. 

Namun, senyumnya kembali merekah ketika Mada menjawab, "Orang tua." 

Anak lain mengikuti dan mereka menjawab bersama. 


#30DWC #30DWCJilid26 #Day27

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro