Hidup Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bunyi yang berasal dari nakas di samping tempat tidur Rana membuatnya terpaksa membuka mata. Tak lama setelah ia berhasil meraih benda yang menjadi sumber kebisingan tersebut, sebuah ketukan terdengar di pintu kamarnya dan diikuti suara yang selalu ia dengar setiap hari.

"Kak bangun, kamu gak kuliah?"

Rana berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Sudah bangun ma, ini mau siap-siap."

Tepat pukul 07.30 Rana telah duduk di depan laptop dengan mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana pendek. Beberapa buku terlihat tersebar disisi kiri dan kanan kakinya. Kuliah daring sudah menjadi rutinitas normal bagi Rana. Dua bulan lalu ia masih beraktifitas seperti biasa namun semuanya berubah ketika pandemi datang. Hampir seluruh negara yang ada di dunia sangat sibuk bertarung dengan pandemi. Hal tidak jauh berbeda dirasakan oleh Rana karena ia juga bertarung setiap harinya.

Saat dunia tanpa pandemi COVID-19, Rana dan teman-temannya sering membahas seandainya saja mereka bisa mendapatkan libur yang sangat panjang agar mereka bisa menghabiskan waktu di rumah. Namun setelah angan-angan mereka menjadi kenyataan justru kecewa yang di dapat. Kondisi belajar di rumah tidak seindah yang dibayangkan, kuliah tatap muka tetap dilakukan secara daring, tugas kuliah bertambah menjadi dua bahkan tiga kali lipat, belum lagi laporan praktikum yang tetap harus dikerjakan dan ujian serta kuis yang diubah menjadi daring. Selain waktu tidur yang berkurang banyak karena tugas, Rana juga mengeluhkan pemakaian kuota internet yang menjadi 3 kali lipat dari biasanya.

"Kak, susunya kok belum diminum?"

"Nanti ma, ini lagi kuis. Waktunya tinggal 5 menit."

Setelah kuis berakhir, Rana menyantap sarapan yang sudah disiapkan mamanya.

"Gimana kak kuisnya?"

"Seperti biasa, jawab yang bisa yang gak bisa senyumin aja."

"Kantung mata kamu tambah parah, mama lihat selama pandemi ini waktu tidurmu jadi berkurang."

"Tugasku lebih banyak dari biasanya. Ma, aku mau jujur boleh? Sebenarnya aku sudah mulai stres dengan kondisi ini. Aku seperti di penjara. Aku... aku mau berhenti. Aku sudah lelah." Tetesan air mata mengaliri pipi Rana.

Mama langsung meraih Rana dalam pelukan kemudian berkata, "Kamu pasti kuat, semua orang sedang berjuang sekarang. Kita harus mulai menjalani hidup baru di tengah pandemi ini. Kamu baik-baik saja selama terus bersyukur. Banyak orang yang kesulitan untuk mendapatkan uang dan makan, kamu harus bersyukur karena tiga kali sehari makanan selalu ada di meja makan. Kita harus bersyukur dan terus bersyukur."

"Aku merindukan teman-temanku, kadang tanpa sadar aku berbicara sendiri karena merasa mereka ada di sekitarku seperti biasa. Ada banyak hal yang membuat aku merasa kosong tanpa mereka."

Mama Rana menatap anak sulungnya dengan lembut, "Mereka juga pasti merindukanmu, seringlah video call dengan mereka supaya kamu gak merasakan kekosongan itu."

Rana menganggung terpatah kemudian senyumnya mengembang, "Terima kasih sudah dengar cerita ku, Ma."

Banyak hal yang berubah karena pandemi. Banyak orang yang dirindukan karena pandemi. Banyak tangis dan duka karena pandemi. Namun tetap ada banyak hal yang harus disyukuri.

Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day29

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro