Memberi Rasa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dika tak pernah membayangkan kalau ia akan berakhir di sebuah tempat yang letaknya tak terdeteksi pada peta Indonesia. Ardika Julian adalah seorang musisi yang nekat mendaftar kegiatan pengabdian masyarakat hanya karena merasa bosan dengan kehidupannya. Begitu ia tiba di tempat yang akan menjadi rumahnya untuk satu tahun ke depan, ia langsung menelepon asistennya untuk segera menjemputnya. Namun, sinyal pada handphonenya tidak dapat diajak bekerja sama. Terpaksa ia mengikuti langkah kepala desa yang menyambutnya di dermaga. Ia bahkan tidak yakin tempat tadi dapat disebut sebagai dermaga atau tidak.

Kepala desa mengantarkan Dika ke sebuah rumah yang terlihat cukup besar dibandingkan rumah lain yang ada di sekitarnya. Dika memberi salam pada induk semangnya. Setelah beramah-tamah, kepala desa meninggalkan Dika di rumah itu. Rumah itu dipenuhi oleh anak-anak yang usianya terlihat tidak jauh berbeda.

Seorang anak maju mendekati Dika dan menunjuk gitar yang menggantung di bahu Dika, "Ini apa, Kak?"

Dika berjongkok untuk mendekati anak itu, "Ini gitar."

Dika membuka tas gitarnya. Anak-anak lain segera berkerumun untuk turut melihat benda yang dipegang Dika. Dika memetik senarnya pelan, hal itu membuat anak-anak tadi terdiam dan saling memandang. Dika tersenyum dan mulai memainkan sebuah lagu ciptaannya. Anak-anak itu bertepuk tangan dengan semangat setelah Dika menyelesaikan permainannya. Dika lega, rasanya seperti seseorang telah memberinya sesuatu yang berharga. Anak-anak itu memberinya rasa bahagia yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Bagus sekali." Salah satu anak ragu-ragu menyentuh gitar di pangkuan Dika.

"Mau coba?" Dika memberikan gitar yang ia pegang.

Mata anak itu berbinar. Dengan hati-hati, ia memetik gitar yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya. Senyumnya mengembang setelah mendengar suara yang dihasilkan oleh gitar yang ia pegang. Setelah sekali mencoba, anak itu mengembalikan gitar pada Dika.

"Kenapa?"

"Kakak aja yang main. Aku gak bisa." Anak itu tersenyum malu.

"Siapa yang mau belajar main gitar?"

Semua anak saling berpandangan, kemudian mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Induk semang bercerita tentang anak-anak yang ada di rumahnya. Anak-anak itu adalah anak dari seluruh warga desa. Setiap tengah hari, mereka akan berkumpul di rumah itu untuk belajar membaca dan menulis. Tidak ada sekolah di sana. Induk semang Dika merupakan satu-satunya guru di desa itu. Dulu pemerintah pernah memberi seorang guru, tapi setelah 6 bulan, guru itu pindah. Karena itu pula mereka sangat senang mendengar kedatangan Dika yang akan menjadi guru di desa mereka.

Dika menjalani hari-hari menyenangkan di desa itu. Pagi harinya diisi dengan membantu induk semang di rumah, siang hari mengajar anak-anak, sore hari digunakan untuk mengajarkan anak-anak yang tertarik dengan musik dan malam hari ia gunakan untuk menulis lagu. Satu tahun berlalu dengan cepat, Dika menyelesaikan banyak lagu di desa itu. Tangis warga desa membuat langkah Dika semakin berat, tapi ia harus tetap kembali pada kehidupannya. Satu minggu setelah Dika pergi, sebuah ekspedisi tiba dan menurunkan banyak barang di desa itu. Peralatan sekolah, alat musik dan beberapa rak buku memenuhi halaman induk semang. Sebuah catatan kecil ditemukan pada salah satu gitar.

Kalian telah memberikan banyak cinta. Terima kasih.

Ardika Julian

#30daywritingchallenge #30DWCJilid24 #Day28

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro