Teman untuk Dino

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di bawah terik matahari yang menyengat, Dino mengusap dahinya yang berkeringat. Dino membawa banyak bungkusan makanan di tangannya, ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya. Seperti biasa, saat bertemu teman-temannya ia akan tersenyum dengan lebar sehingga membuat hampir seluruh gigi bagian depannya terlihat.

"Ini pesanan kalian." Dino membagi-bagikan jajanan yang ada di kantong plastik kemudian ia tersenyum memandangi teman-temannya yang sedang berbicara tanpa membuka satupun bungkus jajanan yang ada di depannya.

"Lo gak makan tuh roti?" Salah satu teman Dino yang bertubuh tambun bertanya.

Dino menggeleng kemudian berkata, "gak apa-apa, bisa ikut duduk bersama kalian saja sudah membuat saya senang."

"Bagus deh kalau gitu. Ini buat gue ya?"

"Boleh, silahkan." Dino menjawab pertanyaan itu kemudian tersenyum.

Dino adalah anak yang penurut dan sangat polos. Sejak SD ia seringkali diolok-olok oleh teman-temannya karena ia sangat polos. Berbeda dengan anak lain yang sibuk membahas tentang game konsol terbaru yang sedang tren pada masa itu, Dino hanya akan mendengarkan dan tersenyum tanpa menjawab ketika ditanya.

Sikap Dino tidak banyak berubah meskipun ia sudah beranjak dewasa. Saat ini ia duduk di bangku SMA. Dino sering kali dimanfaatkan oleh teman-temannya untuk membeli makanan ke kantin sekolah yang jaraknya cukup jauh dari kelas mereka. Dino dengan tulus menuruti kata-kata teman sekelasnya karena ia senang bisa duduk bersama mereka tanpa diolok-olok.

Saat perjalanan pulang sekolah, Dino bertemu dengan beberapa kakak kelasnya. Dino menyapa mereka ramah tetapi tanpa alasan salah satu anak itu memukul bagian belakang kepala Dino. Dino tidak marah dan bahkan tersenyum ke arah kakak kelasnya, kakak kelas Dino dan teman-temannya justru tertawa melihat sikap Dino. Tidak lama setelah itu mereka pergi meninggalkan Dino.

Salah satu teman sekelas Dino melihat kejadian itu, dengan cepat ia berlari menghampiri Dino. "Dino, saya mau ngobrol sebentar sama kamu." Raga meraih lengan Dino kemudian membawanya ke sebuah bangku taman.

"Raga, kenapa kok kamu mau ngobrol sama Dino?"

Raga tersenyum ramah, "karena kamu teman saya, iya kan?"

Sebenarnya sudah sejak lama Raga memperhatikan Dino. Raga berempati pada Dino karena menurutnya Dino tidak diperlakukan baik oleh teman-temannya.

"Kenapa kamu malah tersenyum saat kakak kelas tadi pukul kamu?"

"Mereka gak akan berhenti kalau saya lawan. Mereka akan berhenti kalau saya diam. Kamu lihat kan tadi?"

Raga tidak sepenuhnya memahami kata-kata Dino. Raga kembali bertanya, "kamu bisa marah dan mempertanyakan alasan mereka pukul kamu."

"Kalau aku marah itu gak akan berguna karena mereka akan senang. Kalau aku melawan, mereka akan pukuli aku."

"Jangan bilang kalau kamu pernah dipukuli?" Raga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Pernah, waktu SMP. Saat itu aku melawan dan akhirnya aku harus berakhir di rumah sakit. Mereka yang melakukan itu justru terlihat baik-baik saja dan hanya terkena skors selama 3 hari. Setelah kejadian itu, aku selalu menahan amarahku." Dino bercerita dengan mata berkaca-kaca namun senyum tetap terkulum di wajahnya.

Dino yang selama ini terlihat ceria di hadapan orang lain ternyata sedang menahan sesak yang teramat dalam di dadanya.

Empati Raga semakin besar, ia merangkul Dino kemudian berkata, "Aku akan jadi temanmu."

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day27

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro