VIII. Takdir Pahit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sofia berjalan pelan menuju parkiran. Jika sebelumnya ia mengenakan seragam pelayan dan setelan santai saat di toko bunga, kali ini di tubuhnya melekat pakaian yang formal. Celana bahan setumit berwarna cokelat susu dipadukan dengan kemeja krem dengan kancing kerah yang dibuka. Bahu sebelah kirinya menanggung tas berbahan PU leather warna hitam. Di lihat dari tulisan kecil di sudut bawah tas, itu bukanlah berasal dari brand terkenal.

"Wah, kamu benar-benar bekerja keras. Aku pikir kamu hanya membual bekerja di sini." Keenan yang sedari tadi menunggunya menyambut dengan sapaan yang tidak seperti pada umumnya.

Sofia menatap wajah Keenan yang selalu tampak ceria. "Kenapa harus menjemputku? Ini bisa menyebabkan salah paham." Sofia mengedarkan pandangan ke sekitar, menunjukkan pada Keenan bahwa ada beberapa guru lain yang memandang mereka dengan tatapan menggoda dan bisik-bisik pelan.

"Mereka akan sampaikan pada suamimu bahwa kamu dijemput laki-laki di sekolah? Ayolah, aku nggak berniat mengganggu hubungan rumah tangga orang lain. Aku bukan pebinor," tanggap Keenan santai.

Sorot mata Sofia menunjukkan rasa tidak suka dengan pembahasan yang Keenan pilih. Ia berdiri saja di depan mobil mengilat tersebut, tanpa niat memasukinya. "Aku bawa sepeda. Kita bertemu di tempat," ucap Sofia seperti merajuk.

"Wait wait. Aku melakukan kesalahan? Nanti kita jemput sepeda lucumu, sekarang kamu ikut aku. Kalau kamu mengayuh sepeda, sepertinya akan tiba saat makananku habis." Keenan tidak menunggu lagi dan lansung masuk ke dalam mobil.

Tidak ingin memperkeruh suasana, Sofia pun turut memasuki kendaraan beroda empat tersebut sembari menepis rasa tidak nyaman karena tatapan teman-teman kerjanya.

***

"Kamu nggak punya suami?" Keenan membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangan.

Sofia terkekeh pelan. Setiap yang mengetahui kondisinya tanpa suami pasti akan mencemooh dan merendahkannya. Bahkan, lingkungan tempatnya tinggal tidak ada yang bisa dijadikan teman. Mereka akan melihatnya seperti melihat seekor itik kotor berlumpur yang menjijikkan. Beruntung ia memiliki kesibukan yang luar biasa sehingga tidak ada waktu untuk meladeni ejekan mereka.

"Nggak harus punya suami untuk memiliki anak, kan?" singgung Sofia seolah kesalahannya bukanlah sesuatu yang harus dihina sedemikian rupa.

Keenan mengayunkan kedua tangannya guna menenangkan Sofia dan berharap perempuan berambut panjang tersebut tidak sakit hati dengan respons spontannya barusan. "Aku nggak akan ikut campur dalam hal itu. Bukan urusanku sama sekali. Tapi, apa lelaki itu, maksudku ayahnya yang bukan suamimu itu, nggak tahu kalau anaknya diculik selama tiga tahun?"

Sofia menarik kedua sudut bibirnya. Manis sekali senyuman itu. "Dia bahkan nggak tahu kalau ada anak secantik itu lahir di dunia ini."

Kembali Keenan tercengang dengan kenyataan pahit yang diutarakan oleh Sofia. Pahit tapi disampaikan dalam senyum manis. Keenan menilai betapa tangguhnya Sofia menjalani kerasnya takdir.

"Lalu keluargamu?" selidik Keenan lebih jauh lagi.

"Mereka membuangku begitu tahu aku mengandung Diana. Bagi mereka aku adalah kotoran yang nggak layak ada dalam lingkungan bernama keluarga," jawabnya tanpa rasa sedih.

Keenan turut prihatin dengan nasib yang menimpa Sofia. Bagaimana bisa perempuan ringkih itu ditakdirkan memiliki jalan hidup yang begitu perih? Dulu, ia sempat berpikir keluarganya yang mempunyai kisah paling menyakitkan sejak menghilangnya Laureen. Kini, setelah bertemu Sofia, rasa sakitnya bukanlah apa-apa dibanding sayatan yang melukai hidup Sofia.

"Toko bunga itu kamu bangun sendiri dari hasil mengajar dan bekerja di bar?" Jujur saja, Keenan penasaran dengan kesanggupan Sofia bekerja dalam tiga tempat dalam satu hari. Itu sungguh luar biasa.

"Tentu saja bukan. Aku memang dibuang oleh keluargaku sendiri. Tapi, ayahku dulu diam-diam sempat mengirimkanku uang sampai aku melahirkan. Aku mengumpulkannya untuk modal usaha, dan yaa aku buka toko bunga. Dia melakukannya tanpa sepengetahuan Ibu. Ibu adalah orang yang membenciku. Tahu kenapa? karena teman-teman arisannya menjauhi dan menggunjingnya karena keadaanku saat itu." Sofia mengakhiri dengan senyum pahit.

Walau bagaimana pun, bukankah seorang ibu seharusnya menguatkan anaknya dalam situasi berat seperti itu? Orang-orang selalu berkata bahwa ibu adalah sandaran terbaik saat diri sedang berbadan dua. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Sofia. Dirinya mencoba maklum karena kesalahan yang dilakukan.

Keenan menopang dahu mendengar jawaban Sofia. Demi apapun, Sofia perempuan yang luar biasa. Di mana orang-orang mungkin akan frustrasi dan memilih mengugurkan kandungannya karena dibuang oleh keluarga dan pasangan, tapi dia justru bertahan dan membesarkan sang buah hati.

"Diana beruntung memiliki ibu sepertimu," puji Keenan.

"Akulah yang beruntung karena bisa memiliki anak sepertinya. Sejak melihat dia lahir di dunia ini, aku yang dulunya rapuh bisa menjadi kuat. Aku yang biasanya hanya menangis bisa tersenyum dan tertawa bahagia. Aku siap melawan apapun asal itu demi Diana. Dialah sumber kekuatanku. Karena itu, tolong, bantu aku menemukannya, dengan cara apapun," pinta Sofia dengan berani menarik tangan Keenan dalam genggamannya.

Keenan mendadak salah tingkah dan tidak tahu harus berekspresi seperti apa. "T-tentu aku akan membantumu. Kita memiliki tujuan yang sama," jawabnya tergagap karena tangan kirinya masih dalam genggaman Sofia. Mendadak pipinya terasa panas, dan jantungnya tidak karuan karena tindakan kecil tersebut.

Keenan mengembuskan napas dengan mengerucutkan bibirnya. "Sejauh ini, aku mengetahui kamu punya pengalaman yang baik dalam bekerja. Kamu siap bekerja di mana dimana aja, apapun tugasnya. Kalau aku minta kamu menjadi penyusup, apa kamu siap?"

"Penyusup? Untuk mencari apa?"

"Untuk mencari tahu keberadaan anakmu dan adikku."

Sofia mempertahankan tatapannya tepat di bola mata hitam milik Keenan. Keenan merasa yakin bahwa ini adalah cara yang tepat serta tercepat agar mereka segera menemukan Laureen, Diana, dan korban lainnya.

👀👀👀
Untuk chingu yang mau baca lebih cepat, bisa langsung ke akun Karyakarsa ya 🔎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro