🫓 [15B] Drama Rumah Tangga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

A.n:
Yeyy! I'm back! Ada yang nungguin enggak? Semoga terhibur ya.
Selamat membaca, anyway, jangan ragu buat komen kalau aku salah ketik, ya. Aku senang banget kemarin ada yang bantu koreksi kesalahan aku. 💝🥰

Udah, ya. Makasih.


Bab Lim belas, Bagian B:
Drama Rumah Tangga

••••••

Setibanya di rumah, Naomi segera naik ke kamar usai meminta izin kepada mertuanya, yang tengah duduk di ruang keluarga sambil menonton film di Netflix. Sedangkan Boas dan Tasya masih menemani sang Mama mertua yang curhat kesepian karena seharian ini sendiri bersama bibi di rumah.

Selesai membersihkan diri, Naomi yang tengah menahan nyeri di perut berusaha berjalan ke arah jendela kamar yang masih terbuka, namun, setibanya di sana, Naomi mengurungkan niat dan memutuskan untuk keluar dari penghalang kaca dan berdiri di mini balkon yang menampilkan langit Jakarta yang sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak menarik untuk dipandang, tapi anehnya, nyaman untuk ditatap bersama-sama.

"Ehem."

Naomi tidak perlu repot-repot melihat siapa yang berdehem, sudah pasti asal deheman itu dari Boas.

"Enggak dingin?" tanya Boas, mencoba berbasa-basi.

"Jakarta lagi panas-panasnya, Mas. Even semalam ini aja, berasa gerah." Naomi kemudian mengingat rambutnya secara asal, sehingga tengkuk lehernya yang jenjang dan putih terlihat jelas. Beberapa helaian rambut yang tidak ikut terikat berjatuhan di sisi lekukan kulit leher perempuan itu.

Sontak Boas memejamkan mata sejenak, lalu fokus ke depan. Mengabaikan semua hal yang ada di benak.

Hening kembali mengambil alih situasi keduanya. Jika dipikir-pikir selama dua bulan pernikahan ini, Naomi dan Boas jarang berbincang, setidaknya jika bukan menempatkan diri sebagai pasangan suami istri, mereka bisa bercerita kayaknya teman, namun hal itu bahkan tidak sering.

"Are you happy to be your self?" tanya Naomi tiba-tiba, setelah memikirkan dirinya yang tidak ada perkembangan signifikan sejak dulu.

Boas mengubah posisi berdirinya. Kini, ia membelakangi langit malam, dan menyadarkan tubuh pada pagar besi.

"Not yet, but yeah in the middle, I have no reason to say no, because i have beauty girl, my daughter and ...," Boas menggantung ucapannya untuk sesaat, menatap dalam beberapa saat Naomi yang tengah berdiri di sampingnya."And, another some reason. And here we are, just go flow."

"You talk like, Mas lagi meyakinkan diri sendiri dibandingkan balas ucapan aku." Ucap Naomi tepat sasaran.

Boas menyunggingkan senyum tipis. "I'm too old to say it, but. You know, sometimes i feel like saya lebih menyerupai pasien dibandingkan dokter. I think, sometimes, I can't solve my inner problem, like how can I handle orang yang sakit? It's sound like i fooling myself. Pretending to be someone like, oh, it's kinda makes my some energy gone."

Naomi tidak sanggup berkata-kata. Perempuan itu hanya bisa menatap penuh hangat pada netra pekat Boas yang memancarkan sinar redup.

"But, goes by time, semua perlahan membaik. I feel so good when i see keluarga pasien dan pasien menatapku penuh dengan rasa syukur. I have some energy and reason to stay alive in this world." Boas tersenyum tipis mengetahui kerutan di kepala Naomi. "It's not mean, I want to die or doing something crazy like bunuh diri. Big no. Just, yeah, gonna, run aways from house and take my decision without campur tangan orang lain even my family."

Hening. Naomi tidak menyangka akan membahas hal seberat ini dengan Boas. Begitu juga dengan Boas yang mengalir saat menceritakan kisahnya.

"Mas?"

"Hmm?"

"Kenapa kamu cerita ini ke aku?" Naomi menilik jauh ke depan, enggan melirik Boas.

"Because you ask it first if you forget. But, tho, it's no reason to tell you about that. Because I know it's you, someone that I want to share little bit of my weakness to you. I don't know but I want. Really, just like that."

"Yeah, whatever." Naomi menghela napas.

"Thanks a lot for the short deep talk."

"Never mind-Aduh, perutku sakit." Naomi memegang perutnya yang berdenyut nyeri.

"Kamu minum Paracetamol dulu."

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro