🍖 [19A] Jason Carlos

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab Sembilan Belas
Bagian A: Jason Carlos

Beberapa jam sebelum Naomi pulang ke rumah. Naomi menatap kagum pada gendung hotel bintang lima yang telah diubah dengan megahnya demi acara penghargaan tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia sangat senang berada di sini, bahkan rubik yang sedari tadi di tangannya tidak diotak-atik sama sekali demi menikmati setiap momen tersebut. Wajarlah, ini kali pertama bagi Naomi berada di antara mereka, para influencer yang hanya ia lihat dibalik kaca ponsel--terlebih dari itu, ia ingin tenggelam dalam rasa haru atas kerja kerasnya selama ini.

“Hai Naomi?” sapa seorang pria yang kini duduk di sampingnya, berpakaian lengkap serba putih.

Naomi mengangguk pelan seraya tersenyum. ”Hai ....?” Naomi menyapa ragu pria tampan tersebut. Ia sama sekali belum pernah melihat pria itu. Ah, rasanya Naomi benar-benar menyesal, kenapa ia tidak lebih teliti dalam menonton konten kreator lainnya, sehingga tidak kagok di sini.

“Gue Jason.”

“Ahh! Jason?" Barulah setelah itu Naomi tersenyum lebar. “Maaf, ya. Gue enggak ada maksud apa-apa.” Kenapa Naomi malah salah tingkah seperti ini? Efek samping dari terlalu serius menatap sekelilingnya mungkin.

“Lo enggak salah, emang gue jarang nunjukin wajah gue di setiap konten. Ya, biasa aja, sih. Wajar kalau lo enggak tahu.” Jason tersenyum lembut, dari tatapannya telah terlihat bahwa hal yang terjadi barusan merupakan hal yang biasa saja.

Naomi mengangguk pelan seraya menyisihkan sebagian rambutnya yang keluar dari sisi kuping. “Yang bikin gue bersalah tuh, kita sebelumnya udah DM-an, tapi gue enggak kenal lo. Maaf banget.”

Jujur, awalnya Naomi tidak ingin membalas pesan pria tersebut karena tahu, pasti dirinya hanya dijadikan sebagai bahan pengisi kegabutan para artis-artis yang merasa diri mereka sangat tampan dan segala-galanya sehingga dengan gampang mengirimkan pesan kepada perempuan yang mereka targetkan, lalu dengan mudah si target sasaran akan membalas pesan mereka. Hoo, sorry, Naomi tidak pernah tertarik dengan hal tersebut. Hanya saja tadi, Jason sedikit berbeda dari kebanyakan yang tampak belang--dan mungkin juga dipengaruhi oleh kegundahan hatinya karena Boas--sehingga Naomi tersentuh untuk membalas pesan pria itu, yang kini menatapnya.

“Yaelah. Santai aja kali.”Jason mengibaskan tangannya, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Lo enggak ada teman?”

Pertanyaan macam apa itu? Apa matanya rusak? Naomi berdecih jengkel seraya menyeringai tipis.  “Lo sendiri?”

“Ada dongs!” Jason dengan bangga berseru. Sementara itu, Naomi hanya mengangkat bahu, malas tahu. “Kamu.” Lanjut Jason, tanpa melepaskan padangan dari mata Naomi.

Naomi yang mendapatkan tatapan penuh perhatian dari Jason seketika canggung. Naomi tidak suka dengan dugaan-dugaannya ini--Jason menyukainya. Karena, Naomi bukan orang baru dalam menangkap sinyal-sinyal ketertarikan lawan jenis kepadanya, dan salah satu ciri dari seseorang tertarik ialah dengan melihatnya seperti Jason lakukan.

Suasana kembali hening. Naomi memutuskan diam dan mengamati sekeliling. Jason yang tahu bahwa tatapannya barusan membuat suasana canggung pun tidak mau ambil konsekuensi lebih banyak, yang mana hal tersebut dapat mengakibatkan Naomi bisa saja ilfeel dan menjauh darinya. Tentu itu bukanlah harapan yang Jason inginkan. Ia memang tertarik dengan Naomi.

Mungkin karena matanya ini, ia melihat Naomi menjadi sangat berbeda. Jason, pria yang sama sekali tidak begitu menaruh perhatian pada masalah percintaannya selama ini, malah terpanah pada perempuan dingin di sampingnya. Perempuan yang ia cari selama beberapa tahun terakhir, perempuan yang ia amati dalam diam, kemudian mencuri hatinya tanpa sebab. Mungkin karena matanya ini memiliki ikatan jiwa dengan si perempuan di sampingnya?

••••

Jason sampai di kediamannya setelah mengantarkan Naomi tiba dengan selamat di rumahnya, ah lebih tepatnya rumah milik mertua dari suaminya. Jason tersenyum lirih. Ia tahu Naomi telah menikah dengan seorang dokter beranak satu.

Siapa yang tidak tahu? Foto cantik dan tampan kedua pasangan itu memenuhi halaman beranda explore Instagram Jason selama seminggu. Jangan tanyakan kepada Jason saat itu. Ia tahu, ia terlambat, namun hati kecilnya meminta Jason untuk setidaknya berjuang sekali saja demi mendapatkan Naomi. Ya, walaupun pada akhirnya, Jason tahu Naomi akan memilih Boas dibandingkan dirinya. Ya sudahlah, setidaknya, ia bisa menjadi teman Naomi.

Teman? Tiba-tiba saja air keluar dari sudut mata Jason. Semua ini bermula ketika ia, mendapatkan pengalihannya kembali. Semua ini bermula ketika suara asing itu bersuara dalam gelapnya malam, meminta hal yang Jason tidak ketahui, yang kemudian kini menjadi akrab, bahkan menyakitkan jika Jason abaikan.

Sudah puluhan kali Jason mencoba untuk melupakan Naomi, sudah berbagi cara ia lakukan. Namun malam-malam panjang itu selalu menghantui mimpi Jason. Ia juga bingung darimana datangnya kenangan Naomi. Semua itu muncul di mimpi Jason. Anggaplah Jason memiliki gangguan jiwa. Ia bahkan pernah memeriksa kejiwaannya, karena mungkin saja ia mengidap skizofrenia? Tapi, nihil, ia benar-benar waras.

Ya Tuhan. Jason memejamkan mata dalam-dalam. Ia kemudian membaringkan tubuh di atas ranjang sambil membayangkan kembali wajah cantik Naomi, dan bagaimana ia bisa berbicara secara langsung dengan perempuan itu hanya dengan bermodalkan nekat. Seharusnya, sejak dulu, Jason harus senekat ini dalam mengejar Naomi, sebelum perempuan itu memiliki suami.

Malam itu, kembali terbayang wajah Naomi, bagaimana perempuan itu tertawa pelan, lalu bagaimana ia cemberut karena dijahili, kemudian semua adengan berganti hingga perempuan itu menangis pedih dalam dekapan seseorang. Semua terputar bagaikan kaset rusak. Semua berakhir pada satu hal, kepergian Naomi karena dikecewakan oleh seseorang.

Kenapa Jason bisa melihat hal yang tidak pernah ia temui bersama Naomi? Karena sejujurnya, ia tidak memiliki ikatan dengan Naomi, melainkan matanya.


To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro