Fuck You, Devil Prince

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author : YuiKoyuri

Judul : Fuck You, Devil Prince!

Gift yang dipilih : Confess

******

Gadis itu mendongak dengan tatapannya terkunci pada satu arah, pada seorang pria bertubuh tinggi di hadapannya. Tidak, tidak, bukan seperti yang ada di pikiran kalian. Gadis itu tidak sedang jatuh cinta atau terjebak dalam drama manis penuh warna merah muda.

"Terkutuklah hukum yang kalian ciptakan!" Gadis itu menunjukkan sorot mata yang tajam. Iris merah membaranya menyiratkan amarah yang begitu dalam. Wajah dan sekujur tubuhnya memancarkan aura yang mencekam seolah menyumpah agar segala yang ada di sekitarnya segera lenyap.

"Terutama kau!" Tangan mungil  berkuku hitam yang dirantai perak itu menunjuk orang yang menumbuhkan rasa kebencian teramat mendalam di hatinya.

"Kenapa, Verra? Lagipula, aku hanya membuatmu berada di dekatku. Apa itu salah?" Pria itu membalas perkataan si gadis dengan tenang bahkan memberi bonus senyuman iblis, seakan aura ingin membunuh yang dipancarkan oleh Verra hanya angin lalu.

"Bebaskan aku!" Verra berteriak memberontak, mencoba melepaskan diri dari logam putih yang mengekang pergerakan tangan, kaki serta lehernya.

"Kau ingin bebas setelah apa yang kau lakukan? Baiklah, maka kau harus berlutut, cium kakiku kemudian katakan, 'Aku mencintaimu, tolong bebaskan aku Zio sayangku' dan aku akan mencoba membujuk ayahku agar melepaskanmu dari hukuman," kata Zio, tangannya mengelus-elus surai putih Verra dan memainkan pita biru yang mengikat helai demi helai rambut gadis itu.

"Cih, sialan." Oh, sungguh Verra sudah tidak tahan dengan apa yang dilakukan oleh pria satu ini, sungguh tidak pantas dengan gelarnya itu. Verra tidak akan pernah sudi untuk berlutut memohon pada pria bermata biru sok bangsawan ini, dia juga punya harga diri!

"Lagipula itu karena kesalahanmu," kata Zio sambil mengangkat dagu Verra dengan kasar.

"Kesalahanku? Lalu bagaimana dengan apa yang dikatakan pangeran super sialan di hadapanku ini saat itu? Ah, lidahku bahkan terasa aneh setelah menyebutmu pangeran. Kau sungguh tidak layak!"

Zio menguatkan pegangan tangannya pada dagu Verra membuat gadis itu sedikit merintih kesakitan dan dia malah tersenyum melihat apa yang dirasakan gadis itu. Seolah penderitaan Verra adalah sebuah hiburan.

"Siapa suruh mempercayai kata-kataku, iblis pemula yang bodoh?" Zio melemahkan pegangannya dan menangkup pipi Verra. "Itu hanya salah satu rencanaku agar kau bisa ada di sini," katanya sambil mendekatkan wajahnya sembari menyeringai di hadapan wajah Verra yang sudah sangat kesal.

Verra mencoba mengalihkan wajahnya agar tangan itu terlepas, ia tidak sudi jika tangan jahanam itu menyentuh kulitnya. Namun gagal, Zio jauh lebih kuat secara fisik dibanding dirinya.
Raja iblis Satan mengurungnya di sini karena ia melanggar hukum yang ada, Verra telah membunuh manusia yang menjadi tuannya, tuan pertamanya.

Berdasarkan peraturan, iblis yang telah membuat kontrak sihir dengan manusia sangatlah dilarang untuk membatalkan kontrak, apalagi dengan cara membunuh majikannya. Iblis yang melakukan hal itu dianggap hina dan akan diambil kebebasannya dengan cara dikurung di ruangan bawah tanah, tepat di bawah istana raja iblis dengan dirantai perak murni agar iblis itu tidak bisa melarikan diri.

Meskipun terkadang ada pengecualian tergantung siapa yang melakukannya.
Kontrak pertamanya menjadi awal kekacauan hidupnya. Hari itu ia melihat seorang gadis remaja tengah menangis di tengah kuburan dengan pakaian serba hitam tanpa ada seorang pun di sisinya. Verra merasakan bahwa ada rasa kebencian mendalam di hati gadis itu, jiwa yang penuh emosi gelap, yang ia pikir akan menjadi santapan terlezat untuk kontrak pertamanya di umurnya yang dua puluh tahun.

Iblis baru diperbolehkan memulai sebuah kontrak jika usianya telah mencapai umur itu, karena akan fatal jika dilakukan ketika usia masih di bawah ketentuan, sihir kontrak dapat menjadi 'senjata makan tuan' jika itu terjadi.

"Apa yang kau lakukan di sini sendirian, Nona kecil?" Verra bertanya meski sudah jelas jawabannya, ini kuburan pasti ada yang meninggal. Dan gundukan tanah di hadapan gadis itu tampaknya masih baru dengan bunga-bunga merah yang masih segar bertebaran di atasnya.

"Siapa kau?" Gadis itu memasang tatapan waspada pada Verra. Yang ditatap sendiri hanya tersenyum dan berkata, "Apa kau membenci seseorang? Bagaimana jika aku membantumu membalaskan dendam yang bersarang di hatimu saat ini?" Verra berkata to the point.

"Tapi, bagaimana?" tanya gadis itu. "Buatlah kontrak denganku." Verra mengatakannya dengan begitu bersemangat kemudian menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan kontrak yang mungkin akan mereka jalankan. Kenapa mungkin? Gadis itu masih belum menjawab 'ya'.

Gadis itu masih berpikir, haruskah melangkah ke jalan hitam? Dan ia memutuskan ke arah mana ia akan melangkahkan kakinya. "Baiklah. Namaku Felia aku akan membuat kontrak denganmu. Lalu, siapa namamu, Kak?" tanya Felia yang dijawab Verra dengan, "Kau bisa memanggilku Verra, atau bisa menyingkatnya Ve. Itu terserahmu. Jadi, permintaanmu? Aku harus mengetahuinya sebelum menjalin kontrak."

"Permintaanku hanya satu, kau harus menghabisi seseorang yang telah membunuh Ayahku. Aku sangat membencinya, yah mungkin dia bukan orang sih, dia tampaknya sama sepertimu. Dia dikontrak oleh orang yang berkata bahwa anaknya meninggal karena Ayahku dan sayangnya orang itu sudah mati duluan."

"Saling balas dendam, hmm, menarik. Aku hanya perlu membuatnya hilang dari dunia ini, kan?" tanya Verra. "Ya. Hanya itu." Gadis muda itu menatap Verra dengan penuh harapan. Ia telah menggantungkan hidupnya pada seorang iblis yang baru saja dikenalnya hanya demi membalaskan dendam. Dan mereka pun menjalin kontrak.

Keesokan harinya Verra mencari informasi ke dunia bawah. Matanya membelalak kaget begitu melihat isi buku bersampul hitam itu. Nama Kakaknya tertera di sana sebagai iblis yang dikontrak untuk membunuh ayah dari Felia.

Sungguh kepalanya kini terasa bagai tertimpa batu besar. Jika itu Kakaknya, haruskah ia melanjutkan kontrak ini? Bagaimana ia sanggup menggunakan tangannya untuk melenyapkan sosok yang selama ini menjadi panutannya?
Sungguh, ia dilema. Hatinya benar-benar bimbang. Kenapa takdir mempermainkannya sampai seperti ini? Apa yang harus Verra lakukan? Ia tersentak, sungguh.

Tangannya melemas. Pegangannya pada buku itu terlepas, benda itu pun jatuh ke lantai dan tergeletak begitu saja. Verra meluruh ke lantai, bahkan untuk berdiri saja ia kini tak sanggup. Matanya mengarah ke depan, tapi pandangannya kosong melompong.

Derap langkah kaki terdengar memenuhi ruangan mirip perpustakaan yang penuh dengan buku-buku berisi catatan terkait iblis. Suara itu semakin mendekat, terdengar jelas di ruangan yang sepi dan jarang dikunjungi ini. Langkahnya terhenti, ia mematung sejenak, terpesona oleh wajah cantik gadis yang sedang terduduk di lantai. Sepertinya, iblis yang satu ini telah tertarik pada pandangan pertama.

"Sedang apa kau di sini?" Ia berkata sambil tersenyum, berdiri dengan jubah hitam kebesarannya -yang menunjukkan bahwa ia seorang pangeran- tak jauh dari Verra yang masih terduduk di lantai.

"Hei, aku menanyaimu! Tidak sopan sekali kau iblis rendahan!" Zio berkata dengan ekspresi marah. Tapi Verra tak menanggapinya, atau bahkan hanya sekedar menatap pria di hadapannya, pikiran Verra masih melayang-layang jauh. Namun semuanya buyar ketika Zio memukul pundaknya dengan keras. "Arrghh, hei! Apa yang baru saja kau lakukan, hah?" Verra nyaris berteriak.

"Cih, Tidak sopan," gumam Zio. Gadis ini, bagaimana bisa? Bisa-bisanya gadis ini mengabaikan seorang pangeran seperti dirinya. "Namamu siapa?" tanya Zio pada gadis di hadapannya.

"Verra, kau?" sahutnya.

"Zio." balas Zio singkat.

"Kau ada masalah?"

"Hm? Ya, ada. Boleh aku bercerita padamu?"

"Tentu." Zio senang. Ia merasa telah berjalan satu langkah ke depan.

"Aku membuat kontrak pertamaku dengan seorang gadis bernama Felia. Da-dan..."

"Dan?" kata Zio penasaran.

"Yang harus kulakukan adalah melenyapkan iblis yang membunuh Ayahnya. Tapi, di sana tertulis," kata Verra lalu menunjuk buku yang tergeletak di lantai.

"Bahwa iblis itu adalah Kakakku."

Zio menyeringai. Sebuah rencana terbesit di otaknya. Sebuah jalan agar gadis di hadapannya ini semakin mungkin untuk menjadi miliknya. Konyolkah dia jika berpikir tentang hal itu? Betapa anehnya Zio si pangeran iblis ingin memiliki gadis yang baru saja ditemuinya, bahkan hingga menyusun keping-keping rencana dalam kepalanya.

"Hei, aku ada saran. Bagaimana jika kau bunuh saja manusia yang menjadi tuanmu? Maka, kau tidak perlu lagi melakukan perintahnya." Zio berucap sambil tersenyum iblis, mencoba menghasut pikiran Verra. Hasutan semacam ini biasanya selalu berhasil bagi manusia. Membuat mereka lari dari masalah dan menumpuk masalah lainnya. Tapi, bisakah ini berlaku juga pada iblis?

Setelah melontarkan kalimat itu Zio berdiri dan melenggang pergi meninggalkan Verra merenung sendiri. Bunuh? Haruskah ia kubunuh? Verra membatin.

Hari demi hari berlalu. Verra masih bingung apa yang harus dilakukannya. Mungkin rambut lurusnya bisa berubah keriting lantaran terlalu pusing. Pening sekali rasanya jika dia harus terus memutar otak kecilnya itu.

Hei, apa kontrak pertamamu berjalan lancar? Kakaknya men-telepati Verra, kemampuan yang dimiliki oleh iblis yang memiliki ikatan darah, entah saudara entah keluarga. Hal yang sudah biasa dilakukan oleh mereka sebelumnya.
Mm hm. Verra hanya membalas singkat. Kenapa Kakaknya itu justru mengajaknya berbicara di saat seperti ini? Hal itu membuat hati Verra terasa semakin sakit mengingat keadaan rumit yang membelitnya saat ini.

Kau baik-baik saja? Kakaknya bertanya lagi.

Ya. Maaf kak aku ada urusan. Lain kali saja ya kita lanjutkan, Kak? Kalimat itu terlintas begitu saja di benak Verra. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

Oh, ok. Sampai jumpa adikku yang manis. Semoga sukses dengan kontrak pertamamu!

"Verra, dimana kau?" Felia memanggilnya dari dalam kamar dengan suara yang cukup keras hingga terdengar di telinga Verra.

"Saya di ruang tamu, Nona."

Verra menolehkan kepalanya, didapatinya Felia yang berjalan ke arahnya. "Kapan? Kapan kau akan melaksanakannya?" Felia bertanya dengan tidak sabar. Ada api membara dalam tubuhnya untuk membalaskan dendam.

Verra hanya terdiam mendengar pertanyaan Felia. Hal itu sesuatu yang selalu membayangi pikirannya belakangan ini. Ia ingin bebas dari semua masalah ini. Lantas, kapan semua ini berakhir? Verra memejamkan matanya, sepertinya rasa kesal kini telah berkumpul mencapai batas maksimal. Verra tidak tahan lagi. Kenapa harus menunggu semuanya berakhir jika, dirinya sendiri bisa mengakhiri semua ini?

Tampaknya keputusan Verra sudah bulat. Verra berjalan mendekati Felia dengan wajah sangar penuh amarah yang berkobar-kobar. Langkah demi langkah, ia semakin dekat dengan orang yang menjadi tuannya saat ini. Aura membunuh terpancar jelas dari tubuhnya.

Tanpa sadar, Felia sudah gemetaran, bulu kuduknya berdiri, melemas sudah sekujur tubuhnya menatap Verra yang seperti iblis. Ia sudah tau Verra itu iblis, tapi tak sekalipun Verra menampakkan ekspresi semenyeramkan ini di hadapannya ditambah lagi Verra terus mendekat. "A-apa yang akan kau lakukan?"

"Hei, bagaimana jika aku memilih membebaskan diriku dari kontrak ini?" tanya Verra yang sudah berdiri di hadapan Felia, membuat nyali Felia menjadi ciut.

"Apa maksudmu?" Felia tampaknya tidak mengerti apa yang dimaksud perkataan Verra.

"Kubunuh saja kau, ya? Jadi, aku tak perlu melenyapkan iblis yang kau maksud saat itu."
Felia mendeteksi hal buruk akan terjadi padanya jika ia tidak segera pergi, sejauh ini itulah yang instingnya katakan. Refleks kakinya bergerak untuk menjauh. Sebisa mungkin ia mencoba melarikan diri. Ia sampai di hadapan pintu. Ketika tangannya sudah nyaris memegang gagang pintu, Verra sudah berdiri di hadapannya, lagi.

"Mau kabur kemana kau, hm?" Verra mengarahkan tangannya ke arah Felia dan ditepis dengan cukup kuat.

"Ok, sepertinya aku tidak boleh menahan diriku untuk ini," kata Verra. Verra mengarahkan tangannya lagi dan Felia mencoba menepisnya tapi gagal. Tangannya memegang pipi Felia lalu perlahan turun ke lehernya. Verra mencekik leher Felia dengan cukup kuat, gadis dalam genggamannya mencoba memberontak.

Tangannya yang masih memegang erat lantas melemparkan Felia menabrak pintu dengan tenaga penuh. Pintu itu rusak darah pun keluar dari kepala Felia. Verra semakin mengeratkan pegangannya. Tak perlu waktu lama, Felia si gadis malang yang tak bersalah -bahkan tak mengetahui di mana letak kesalahannya- meninggal dunia. Verra melempar tubuh Felia ke lantai dan beranjak dari rumah itu, pergi dan menuju rumahnya.

"Hei, kak. Sepertinya kontrak pertamaku menjadi yang terburuk di antara keluarga kita. Gagal total." Verra berkata pada Kakaknya ketika ia sudah berada di dalam rumah kesayangannya.
"Kenapa bisa seperti itu?" Kakaknya berjalan mendekat. Ia penasaran dengan perkataan Adiknya yang satu ini.

"Sepertinya aku tidak perlu memberitahumu." Verra membiarkan sang kakak tetap penasaran.
Tok tok tok. Dari luar terdengar suara pintu yang diketuk. Verra berjalan untuk membuka pintu. Tampak di sana ada orang-orang berjubah hitam yang tampaknya dari kerajaan. Selain itu, di sana juga ada Zio. Kakaknya mendekati Verra dan berkata, "Siapa ya? Ada perlu apa datang kemari?"

Zio menunjukkan sebuah gulungan surat penangkapan yang berstempel. "Kami datang untuk membawa Verra."

Orang berjubah hitam lainnya memasangkan borgol ke tangan Verra. "Ada apa ini sebenarnya?" Kakaknya tampak kebingungan.
"Verra telah melanggar hukum mutlak dalam melakukan kontrak. Dia membunuh tuannya untuk membatalkan kontrak yang telah dibuatnya dengan seorang manusia yang bernama Felia." Zio menjelaskan.

"Jadi yang kau maksud gagal total itu ini, Verra?"

Dan Verra hanya menganggukkan kepalanya. Mereka membawa Verra pergi sementara Kakaknya hanya diam terpaku di tempat. Begitulah bagaimana Verra bisa terjebak di tempat ini bersama rantai Perak di tubuhnya.
Akan ada hukuman tambahan jika iblis hina mencoba membebaskan diri tanpa seijin Raja Satan.

Hukumannya beragam, dan yang terburuk adalah, pelenyapan salah satu anggota keluarga. Hukum yang  ironis memang. Bagaimana bisa membunuh tuan yang bahkan hanya manusia itu dilarang keras, padahal membunuh sesama iblis diperbolehkan? Hukum macam apa ini?

Verra pernah mencoba kabur. Saat itu Zio sedang tidak ada dan di sekelilingnya hanya ada satu orang penjaga. Verra menggunakan kemampuan  sihir matanya untuk menghipnotis penjaga itu, membuatnya melepaskan borgol perak yang merantai tubuh Verra. Ia berhasil dan mencoba untuk lari dari tempat terkutuk itu. Namun ketika ia akan keluar, Zio sudah berdiri di depan pintu yang menjadi satu-satunya jalan.

"Kau pikir akan kabur ke mana?" Zio memegang erat tangan Verra dan memasang borgol serta rantai perak itu kembali.

Verra kembali dirantai bahkan sebagian besar kekuatan sihirnya disegel. Keesokan harinya, kabar buruk menghampiri telinganya. Zio melenyapkan Kakaknya atas ijin Satan. Hari itu ia menangis, merutuki kesalahannya. Andai saja ia tidak mencoba kabur dari tempat ini. Andai saja, andai saja... Berbagai kata serupa berkelebat di otaknya. Ia merasa sungguh bersalah atas segala yang terjadi.

Jika ia mencoba kabur, ia akan melihat darah dalam mimpi yang selalu menghantuinya setiap malam. Tapi, jika ia tetap di sini, sama saja, bahkan gelimang darah tetap dilihatnya dan bahkan jauh lebih banyak. Karena sering kali, jika Zio tidak menyukai satu atau dua pengawal, ia tidak akan segan-segan untuk menghabisinya. Dan sialnya semua itu dilakukan di hadapan Verra.

"Kyaa." Verra berteriak ketika cipratan darah itu mengenai tubuhnya. Ia tidak mengerti kenapa Zio memilih melakukan ini di hadapannya. Memangnya tidak ada tempat lain?

"Berteriaklah lagi sayangku. Aku suka mendengar jeritanmu. Itu terdengar seperti melodi yang sangat indah di telingaku. Ah, haruskah aku melakukannya lagi?" Zio berkata sambil menyeringai. Tampaknya ia senang sekali melihat ekspresi ketakutan Verra. Ia tidak peduli gadis itu terus-terusan menjerit seolah dirinyalah yang akan mati.

Zio itu psikopat gila. Iblis memang gelap, tapi mungkin bagi Verra dialah yang tergelap dan terburuk dari semuanya. Hanya ada satu keinginan Verra. Ia ingin bebas dari tempat terkutuk ini. Ia ingin terlepas dari jerat mengerikan Zio. Sungguh, rasanya ia ingin mati saja jika terus begini.

Tak jauh berbeda, sifat hukum entah di dunia manusia ataupun iblis. Seperti jarum jahit, bagian bawahnya runcing bahkan sangatlah tajam hingga dapat menciptakan sebuah luka. Sedangkan bagian atasnya tumpul dan bahkan terkadang berlubang. Tiada yang namanya kebebasan lagi untuk Verra. Ia sudah terjerat dalam belitan si iblis Zio.

THE END--

rachmahwahyu WindaZizty Nona_Vannie meoowii NisaAtfiatmico 0nly_Reader bettaderogers Vielnade28 Icha_cutex Riaa_Raiye deanakhmad irmaharyuni whiteghostwriter umaya_afs megaoktaviasd spoudyoo glbyvyn AndiAR22

umenosekai somenaa iamtrhnf TiaraWales beingacid nurul_cahaya destiianaa aizawa_yuki666 FairyGodmother3 summerlove_12 TriyaRin realAmeilyaM opicepaka RaihanaKSnowflake

Jagermaster fffttmh CantikaYukavers Tyaswuri JuliaRosyad9 brynamahestri SerAyue NyayuSilviaArnaz Intanrsvln EnggarMawarni HeraUzuchii YuiKoyuri holladollam veaaprilia sicuteaabis Bae-nih MethaSaja xxgyuu Nurr_Salma AnjaniAjha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro