VARSHA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author : NyayuSilviaArnaz

Judul : Varsha.

Gift yang dipilih : confess

****

Bulan nampak setengah lingkaran dan bintang menjadi teman yang setia. Kebetulan, hari ini lampu-lampu jalanan rusak penerangan dari alam lah yang dimanfaatkan menjadi sumber cahaya. Jalanan begitu sepi hanya sedikit mobil atau pun motor yang bergantian melewati.

Varsha berjalan mengendap-ngendap memasuki rumah bercat hijaunya. Ia terkejut ketika lampu tiba-tiba menyala, dia pikir semua orang sudah tertidur. Varsha berhenti melangkah ketika suara ayahnya memanggil.

"Varsha!" Yang di panggil berbalik menatap lawan bicara yang berjarak satu meter darinya.

"Kenapa kamu pulang terlambat? Ayah sudah memperingatimu untuk tidak pulang terlambat!"

Varsha memutar bola matanya malas lalu ia menarik napas kemudian mengembuskan perlahan.

"Lha, kok ayah nanya lagi? Jelas-jelas aku pulang telat karena ada tugas dari Pak Dinand yang harus Varsha kerjakan."

Rohid tidak menggubris alasan yang Varsha berikan. Mana ada dosen yang memberikan tugas pada anak didiknya sampai pulang jam sebelas malam.

"Katakan yang sejujurnya pada ayah. Kenapa kamu pulang malam?" Rohid menahan bahu Varsha yang langsung disingkirkan oleh Varsha.

"Aku udah jujur sama ayah kenapa aku pulang terlambat. Aku itu pulang dari kampus aku ngga kemana-mana titik." Varsha menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

"Oh jadi ayah ingin aku kemana-mana gitu, ya? Udah Varsha akan melakukan apa yang ayah pikirkan" lanjut Varsha.

"Bukan gitu maksud ayah nak. Ayah hanya meng.."

Varsha memotong, "Varsha capek mau tidur."

 Varsha berlari menaiki tangga, sementara itu Rohid geleng-geleng melihat tingkah lakunya.

"Sabar, yah. Namanya juga anak remaja." Vaisaly mengusap tangan sang suami mencoba menurunkan emosi yang meluap-luap.

"Jadi Ibu membenarkan Varsha dan Ibu menyalahkan, ayah?" tuduh Rohid.

"Ibu tidak menyalahkan, Ayah."

Rohid menghempaskan tangan istrinya lalu pergi ke kamarnya tanpa mendengar penjelasan istrinya.

********

Mentari terbangun kemudian dan siap melaksanakan tugasnya yaitu menerangi bumi. Kicauan burung ceria tak mau kalah dengan suara kokok ayam jantan yang bersahutan. Jam tepat menunjukkan pukul enam pagi, seorang gadis berusia tujuh belas tahun masih bergelung di dalam selimut hangatnya.

Varsha membuka matanya ketika ada suara ponselnya berdering lalu mengangkatnya.

"Pagi Rukhi"

".........."

"Baiklah aku akan bersiap"

Sekitar satu jam akhirnya Varsha selesai kemudian dia turun menuju ruang makan. Di sana Vaisaly ibunya sedang  meletakkan makanan.

Vaisaly menoleh ke arah Varsha.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Vaisaly.

"Pagi," jawab Varsha seadanya seraya duduk di meja makan.

"Kakek rombeng itu di mana bu?" tanya Varsha karena dari tadi ia tidak melihat kakek rombeng yang ia cari.

"Kakek rombeng? Siapa, Nak?" Vaisaly mengerutkan dahinya bingung.

"Itu ayah maksudku."

"Ayahmu sudah berangkat ke kantor pagi sekali."

"Oh, bagus kalau begitu," gumam Varsha.

"Ayah kapan pulang?" tanya Varsha lagi.

"Ayahmu bilang ia akan pulang besok"

"Yes, bagus!" batin Varsha.

"Ibu boleh tidak kalau..." kata-kata Varsha terputus.

Vaisaly mengalihkan pandangannya ke arah Varsha.

"Kalau apa?"

"Kalau Varsha ikut kursus bahasa inggris ?" Karena Varsha tidak begitu mahir dalam bahasa inggris"

"Kursus bahasa inggris?" Vaisaly memastikan.

"Iya, ibu mengizinkan? Setelah pulang dari kuliah Varsha kursus. Kursusnya sampai jam sepuluh malam"

"Jadi ibu?"

"Ibu mengizinkan tapi kamu harus jaga diri kamu karena itu terlalu malam."

"Iya, Bu. Terima kasih." Varsha bangkit dari duduknya kemudian memeluk ibunya erat.

"Sama-sama, Sayang."  Vaisaly mengelus rambut panjang Varsha penuh cinta.

Varsha melepas pelukan pada ibunya.

"Ibu aku berangkat kuliah, ya." Vasha mencium pipi ibu.

"Kau tidak makan dulu?"

"Tidak bu aku makan di kantin aja."

"Ya sudah hati-hati di jalan."

Aku menoleh melihat Ibu seraya mengangguk.

**************

Aku masuk ke mobil Varsha yang di parkir di halaman rumahku. Rukhi mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Kenapa kamu lama sekali Varsha?"

"Maaf ya aku lama." Aku tersenyum sedangkan dia cemberut.

"Udah berapa lama kamu nunggu aku?"

"Satu jam lebih," jawab Rukhi jutek.

"Kita langsung ke kampus saja," lanjut Rukhi.

Aku mengangguk.

Akhirnya kami tiba di kampus. Setelah Rukhi memarkirkan mobilnya di parkiran aku mengajak Rukhi untuk makan ke kantin karena aku belum sempat sarapan. Setiba di kantin aku memesan bakso dan es teh.

"Varsha apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Daniel?"

"Dia sangat berharap kamu bisa datang ke pestanya," lanjut Rukhi.

Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku mengambil handphone di dalam tas ransel ku lalu melihat ternyata ada satu pesan.

Dari : Daniel

Ini aku Daniel. Aku sangat berharap kamu bisa datang ke pestaku. Jangan telat ya.

Aku tersenyum sendiri seperti orang gila. Rukhi temanku mengernyitkan dahinya.

"Sms dari siapa? Dari Daniel 'kan?" tebak Rukhi.

"Iya, kamu benar. Dia bilang dia ingin aku datang ke pestanya," kataku menjelaskan.

"Nah, tuh bener kan. Dia itu berharap banget kamu bisa datang."

"Duh, gimana ya? Tapi pestanya 'kan pas banget sama jadwal kursus bahasa inggrisku." Aku menyesap es teh ku yang masih setengah lalu menenggaknya habis.

"Ya kamu ini gimana sih? Masa kamu kecewain dia?" Rukhi merengut.

Setelah lama ku pertimbangan akhirnya aku menyetujuinya itu membuat Rukhi senang. Aku memutuskan untuk tidak mengikuti kursus bahasa inggris hari ini.

"Nah, gitu dong." Rukhi tersenyum senang. Aku pun ikut tersenyum.

Aku menilik arlojiku Sekarang pukul 9.30. Kelas setengah jam pagi akan di mulai. Aku masuk ke kelas bersama Varsha. Yah, kami satu ruangan.

************

Aku dan Varsha memasuki ruangan pesta. Aku melihat para tamu undangan yang sudah banyak datang. Aku berjalan menghampiri seseorang yang berada di tengah ruangan yang sedang menyambut tamu. Dia Daniel. Dia memakai kemeja berwarna biru di luarnya jas berwarna hitam. Dia terlihat sangat tampan. Rukhi pergi meninggalkanku bersama dengan Daniel.

"Ku pikir kau tidak datang?" ucap Daniel ketika aku berada di depannya. Dia tersenyum sumringah. Aku membalasnya.

"Kamu di sini ya aku mau kesana dulu," ujar Daniel. Aku mengangguk.

Daniel naik ke atas panggung. Semua pandangan menatap ke satu arah yaitu Daniel. Daniel memegang mikrofon lalu dia berkata

"Terima kasih buat teman-teman semua yang sudah datang ke acara pesta ulang tahun saya yang ke 18 tahun. Di sini saya akan memanggil nama seseorang yang sangat berarti bagi saya dia adalah..." Daniel menggantung kalimatnya membuat para tamu wanita saling berpandangan begitu juga dengan Varsha yang bingung.

"Dia adalah Varsha. Varsha coba maju ke depan." Daniel menunjuk Varsha membuat berpasang mata melirik Varsha yang berdiri di tengah ruangan.

Detak jantungku berdetak tak karuan. Daniel memanggilku ke depan? Aku masih tidak percaya dia dia memanggilku. Aku masih mematung menatap Daniel di atas panggung.
Seseorang menepuk bahuku. Dia Rukhi.

"Varsha ayo ke depan dia memanggilmu. Jangan buat dia menunggu."

Aku berjalan naik ke panggung, detak jantungku masih berdetak tak normal. Tiba-tiba tangan Daniel menggenggam tanganku yang gemetar. Daniel bersujud di hadapanku

"E oe e kuu Nalohia? Ke noi mai olelo hou,"  ucap Daniel sembari memberiku setangkai bunga mawar.

Aku masih diam mematung. Daniel mengulangi kata-katanya lagi.

"E oe e kuu Nalohia? "

Aku masih sama dengan posisiku tadi.
Dapat kudengar teman-temanku meneriakkan
ke aloha, aloha, aloha aku nei au .
Ya, Tuhan aku harus jawab apa? Bibirku rasanya kaku sekali.

Aku melihat tatapan manik hijau Daniel yang sangat berharap aku berkata iya atas pertanyaannya.

"I make au e lilo ko oukou Nalohia, Daniel,"
Kataku sembari mengambil bunga mawar dari Daniel.

Daniel memeluk erat diiringi tepukan tangan dari para tamu yang datang.

"Mahalo Varsha." 

"Mahalo..."

"Like Daniel."

Daniel melepas pelukannya pada Varsha. Tangan Daniel menggenggam tangan Varsha. Varsha sontak terkejut. Daniel mengajak Varsha turun.

Teman-teman Varsha dan Daniel segera mengerumuni mereka berdua.

"Selamat ya kalian berdua." Yeman Daniel, Vinot memberi ucapan pada keduanya.

"Terima kasih Vinot." Mereka berdua seraya tersenyum.

"Kalian pasangan yang serasi semoga kalian langgeng, ya." Rukhi memberi ucapan selamat.

"Terima kasih Rukhi"

"Kau tahu Daniel sudah lama menyukaimu tapi ia baru menyatakan sekarang," ujar Rukhi membuat Daniel malu. Varsha meminta penjelasan pada Daniel "Apa itu benar Niel?"

"Iya, itu benar."

Dan banyak teman-teman mereka berdua yang mengucapkan selamat.

Pesta usai sudah Daniel mengantar Varsha ke rumahnya.

"Varsha.. aku pulang, ya," pamit Daniel.

"Iya, hati-hati di jalan."

Daniel menancap gas motornya meninggalkan rumah Varsha. Varsha masuk ke rumahnya dengan hati yang berbunga-bunga sambil membawa setangkai bunga pemberian Niel tadi.

"Lagi, lagi kamu pulang malam lagi?" Rohid berkacak pinggang.

Varsha terkesiap namun berusaha netral kembali.

"Aku tadi kursus yah. Aku udah bilang sama Ibu dan Ibu mengizinkanku."

"Iya, Yah. Varsha udah bilang mau kursus bahasa inggris." timpal Vaisaly.

"Oh, kursus bahasa inggris. Tadi ayah liat kamu di anterin pulang sama cowok namanya Daniel. Dia siapa kamu kok sampai nganterin kamu pulang?"

"Dia dia cuma teman, Yah," jawab Varsha gugup.

"Oh, cuma teman."

"Kamu jadian sama dia beberapa jam yang lalu."

Varsha tersentak.

Mengapa ayah tahu hal ini? Batin Varsha.

"Ayah minta kamu putusin di sekarang juga. Ayah udah bilang sama kamu Varsha jangan pacaran tapi kamu ngebantah."

"Masa Varsha putusin Niel. Kami aja baru jadian?"

"Ayah ngga mau tahu pokoknya kamu harus putusin dia."

"Ngga akan. Varsha ngga mau"" tolak Varsha.

"Pokoknya ayah ngga mau tahu kamu harus putus."

"Tapi..."

"Ngga ada tapi-tapian."

"Ayah kenapa ngelarang Varsha? Varsha juga mau kayak anak remaja lainnya boleh pacaran. Varsha udah besar, Yah. Varsha bukan anak kecil lagi yang selalu ayah atur seperti boneka," Teriak Varsha.

Plakk...

Tamparan keras tepat di pipi Varsha. Membuat Varsha meringis.

"Kamu berani teriak di depan muka ayah?" Emosi kian memuncak. Tangan Rohid terangkat kembali ingin menampar Varsha. Tapi tangan Vaisaly menghalanginya.

"Cukup, Yah. Jangan tampar putri kita lagi."

"Varsha pergilah ke kamarmu," perintah Vaisaly. Varsha berlari menuju kamarnya.

"Yah, kenapa kau marah saat mendengar Varsha pacaran? Bukankah itu hal yang wajar? Lagipula Varsha sudah besar dia bukan anak-anak lagi."

"Aku takut putri kita berubah setelah dia pacaran. Ayah tidak mau putri kita terkena pengaruh pergaulan bebas karena pacaran," jelas Rohid, mengapa ia melarang keras Varsha pacaran.

"Yah, percayalah putri kita tidak akan berubah." Vaisaly berusaha meyakinkan Rohid.

"Daniel adalah pria yang brutal. Ayah juga takut dia mempengaruhi Varsha putri kita."

Vaisaly mengelus tangan Rohid dengan lembut.

"Kita belum tahu sebelum kita mengenal dia. Biarkan saja dulu mereka pacaran, kita akan memberi batasan pada mereka."

Rohid merenung memikirkan kata-kata Vaisaly istrinya yang kini duduk di sampingnya.

"Kurasa ibu benar. Ayah seharusnya mencari informasi jelas tentang Daniel setelah itu ayah baru menyimpulkan Daniel pria yang baik atau tidak. Maafkan ayah." Rohid menengok Vaisaly. Vaisaly tersenyum lalu menggenggam tangan Rohid.

"Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah pada Varsha."

"Iya aku akan minta maaf padanya."

************

Tok.. tok .. tok..

Rohid mengetuk pintu kamar Varsha. Namun tak kunjung dibuka. Akhirnya Rohid mendorong pintunya yang ternyata tidak dikunci. Dia menemukan putrinya yang masih menangis. Rohid duduk di tepi kasur.

"Maaf Ayah sudah menyakitimu," lirih Rohid.

Varsha tidak menjawab hanya tangis yang terdengar.

"Ayah tahu Ayah salah sudah ngelarang kamu pacaran."

"Maafkan ayah, Nak."

"Ayah mengijinkan kamu pacaran tapi ada batasan."

Tangis Varsha setika reda. Dihapusnya sisa-sisa air mata yang tersisa.

"Benarkah itu, Yah?"

"Iya, Ayah mengijinkan kamu untuk pacaran tapi dalam batas yang wajar."

"Iya, Yah. Varsha akan pacaran dalam batas yang wajar."

"Terimakasih, Yah." Varsha memeluk ayahnya erat begitu juga sebaliknya. Rohid melepas pelukannya pada Varsha.

Akhirnya Varsha boleh pacaran tapi dalam batas yang wajar. Ternyata Daniel adalah pria yang baik, rajin dan bertanggung jawab. Kita tak pernah tahu apakah orang itu baik atau tidak, sebelum kita mengenalnya lebih dekat. Kita tak boleh menilai orang menurut gosip-gosip yang beredar bisa saja gosip itu tidak benar.

8 tahun berlalu.

Sekarang Daniel dan Varsha telah menikah. Mereka di anugerahi sepasang putri kembar yang cantik. Namanya Nisha dan Nishi usia mereka sekarang 4 tahun. Nisha adalah anak periang dan jahil sedangkan Nishi sebaliknya penakut dan cengeng. Sering kali Nishi menangis karena ulah Nisha. Namun begitu mereka tetap saling menyayangi. Mereka hidup bahagia.

--End--


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro