SM001 - Hi, I'm Peter. An android sent by Stark Industry

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ledakan yang terakhir kali ia dengar, dan ia terlempar keluar saat mobil militer yang ditumpanginya tampak mengeluarkan asap. Ia merasakan rasa sakit di dadanya, dan tampak membuka paksa kemejanya untuk melihat luka menganga di dadanya.

Ia tampak menyerengit, namun menoleh kearah kiri dan kanannya dengan panik. Tidak ada tentara yang tadi berada satu mobil dengannya. Dan satu sosok yang ia cari saat ini. Peter.

Peter anaknya. Dimana dia?

Seharusnya ia tidak ikut, namun Peter meminta untuk ikut menemaninya. Ia kira semua akan aman dengan semua penjagaan disana, namun ia tidak pernah menyangka semua ini akan terjadi.

"Peter..." ia menemukan tubuh anak berusia 5 tahun itu tidak jauh darinya. Namun tubuhnya tampak tidak menuruti otaknya untuk bergerak. Dan anak itu sama sekali tidak bergerak. Ia bisa melihat darah yang mengalir entah darimana, di tubuh kecil anak itu yang membelakanginya. Tidak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya, ia mencoba bergerak, namun kesadarannya semakin turun, semuanya perlahan memudar.

Gelap...

Dan semakin gelap.

.
.

"Tony, kurasa sudah cukup dengan malam ini."

Pria berkulit tan gelap itu tampak menghela napas dan menatap pria berambut hitam yang tampak sudah cukup mabuk, tampak menggoda dan membiarkan seorang gadis duduk di pangkuannya.

"Ayolah Rhodes, ini adalah pesta yang meriah. Aku tidak mungkin menolak ajakan mereka," pria itu, sang Bilioner yang sering dikenal sebagai Tony Stark tampak meminum entah gelas ke berapa whiski di tangannya. Dari nada suaranya, tentu  sebagai sahabatnya sejak kuliah, Rhodes tahu jika pria itu tengah mabuk. Ia tidak pernah melihatnya semabuk itu sejak Peter lahir.

Peter Stark. Anak sematawayang dari Tony Stark yang tewas saat usianya bahkan baru beranjak 5 tahun.

"Ini sudah pukul 1 malam. Kurasa Pepper akan meneriakimu lagi pagi ini saat kepalamu sakit karena mabuk," Rhodey tampak menghela napas dan menatap gadis itu dengan tatapan biasa namun cukup membuat gadis itu menyingkir dari pangkuan Tony dan menjauh, "ayo Tones, aku akan mengantarkanmu pulang."

.
.

"Hah, kau bahkan tidak bisa bertahan sadar hingga mobil," Rhodey memapah Tony yang tampak sudah tidak bisa berjalan lurus lagi. Ia hanya bergumam saat Rhodey membuka pintu mobil depan dan memasukkan Tony kesana. Ia segera menuju kursi pengemudi. Happy Hogan hari ini tidak bisa mengantarkannya karena sedang sakit, "apa yang harus kulakukan dengan kondisimu seperti ini..."

"Tinggalkan saja aku sendiri Rhodes... jangan berbicara seolah... kau peduli padaku... hanya Peter yang perduli padaku... dan sekarang ia sudah tidak ada," Tony bergumam setengah sadar. Rhodey tampak menoleh segera pada Tony yang tampak sudah diambang kesadaran. Tentu yang dikatakan Tony tidak benar, ia peduli pada sahabatnya itu. Pepper juga peduli, dan bahkan Happy. Namun mereka bertiga tahu jika tidak akan ada yang bisa membuat Tony berubah pikiran. Peter adalah satu-satunya yang dilindungi Tony bahkan dengan bayaran nyawanya. Dan setelah insiden penghianatan pria yang sudah ia anggap ayahnya sendiri--Obadiah, Tony semakin menenggelamkan diri dalam keterpurukan.

"Kau tahu aku peduli padamu Tony... Pepper... dan Happy," Rhodes menghela napas dan mengendarai mobil itu, "dan bukan hanya kau yang kehilangan anak itu. Namun kami juga merasakannya..."

Tony membuka mata sedikit, namun hanya menatap kaca disampingnya dan tidak mengatakan apapun entah karena tenggelam dalam mabuknya, atau karena sebenarnya ia percaya pada perkataan dari Rhodes.

"Aku bahkan bukan ayah yang baik untuknya," ia menutup matanya dan menghela napas, "aku membenci ayahku, namun sejak Peter tewas, aku selalu berpikir apa bedanya aku dengannya..."

...

"Aku tidak pernah memberikan kasih sayang pada anak itu..."

.
.

"Ayolah Tones, bantu aku dan bergeraklah," Rhodes tampak menyeret Tony sambil menghembuskan napas kasar. Ia kewalahan meski tubuh Tony tidaklah besar bahkan terkesan pendek. Tony hanya bergumam namun tidak membuka matanya dan membiarkan pria berkulit tan itu kewalahan. Rhodes menghela napas, ia segera bergerak akan menuju kearah dalam  saat sesuatu menarik perhatiannya sebuah benda mirip manequin yang tampak berwarna putih berdiri tak bergerak di dekat sana. Di ruangan yang sepi dan gelap.

"Tumben ia meletakkan ciptaannya di ruang tamu," Rhodes tampak bergumam, memperhatikan sejenak sebelum ia segera meletakkan Tony di sofa dan menghela napas kembali, "aku akan kembali besok Tones."

Dan Tony hanya bergumam dan Rhodes berbalik meninggalkan Tony disana.

...

Ada keheningan yang lama, saat Jarvis mematikan lampu disana, dan Patung putih yang dilihat oleh Rhodey sebelum itu tampak bergerak mendekati Tony dan memastikan semua aman.

Ia menoleh kearah langit-langit seolah mencari sesuatu.

"Terima kasih J.A.R.V.I.S."

Ia bergerak kembali, sebelum matanya tertuju pada sesuatu yang ada di dekat sana. Sebuah bingkai foto yang tampak tegeletak di dekat Tony dan membuatnya secara refleks mengambil untuk mencari tahu apa itu. Sebuah foto, dimana tampak dua orang tersenyum disana. Salah satu dari seseorang di foto itu ia kenali sebagai Tony Stark. Dan salah satunya tampak seorang anak berusia sekitar 5 tahun yang tampak memeluk leher Tony disana dan tersenyum lebar.

Analysis...
[ Anthony Edward Stark ]
May 29th, 40 years old.
Occupation : Owner of Stark Industry; Superhero, Iron Man.
Status : Alive.

[ Peter Anthony Stark ]
August 10th, 5 years old
Occupation : Tony Stark's son.
Status : Deceased. July 10th, 14.45. Cause of death, unknown

'Bagaimana jika kau mencoba untuk menirukan seseorang yang dekat dengannya SM008?'

Ia masih ingat bagaimana para pencipta dan juga Ms. Potts mengatakan hal itu. Ia tampak memperhatikan foto itu, sebelum ia menyentuh bagian pelipisnya dan tubuh putihnya berubah warna menjadi cokelat. Begitu juga dengan kepalanya yang segera dipenuhi dengan rambut curly berwarna cokelat dan juga iris mata cokelat.

"Kurasa seperti ini..."

.
.

"Sebagai seorang Stark, kau harus bisa bersikap profesional," Obadiah melihat anak berusia 3 tahun yang ada didepannya. Peter Anthony Stark saat itu berusia 3 tahun. Dan sejak ia bisa mengerti apa yang ada disekelilingnya, semua hal harus bisa ia lakukan. Mulai dari kursus pelajaran yang bahkan tidak seharusnya sudah didapatkan anak berusia 3 tahun, hingga bagaimana cara menyambut tamu dan rekan dari perusahaan Stark. Pelajaran khusus dari Obaidah saat itu.

Dan karena sering absennya ayahnya bahkan sejak ia belum berusia genap 1 tahun, Peter menjadi seorang anak yang dewasa sebelum waktunya. Sifatnya yang pendiam, dan bagaimana tutur katanya yang selalu sopan, mereka tidak akan pernah sadar jika anak itu baru berusia 3 tahun. Terutama jika otak jenis ayahnya menurun padanya.

"Aku kembali."

"Ayah," Peter tampak berbalik, menatap pada Tony yang baru kembali dari pekerjaannya di perusahaan Stark, dan menghampirinya. Ia berdiri, saat Tony tersenyum dan berjongkok padanya, "selamat datang ayah."

Tony sendiri tampak diam. Ia mengerti ia tidak pernah ada terlalu banyak untuk anak sematawayangnya itu, namun ia tahu satu hal.

Ia tidak pernah melihat senyuman tulus dari anaknya itu.

.
.

Tony membuka matanya perlahan saat cahaya lampu dibuat terang oleh JARVIS. Ia menggunakan tangannya untuk menutupi sebagian cahaya yang masuk dan mencoba untuk bangkit namun sedikit terhambat karena kepalanya yang berdengung hebat. Ia menggerutu pelan, sudah beberapa hari ini ia bangun dalam keadaan seperti ini. Ia membiarkan dirinya mabuk untuk tidur. Ia tidak akan bisa tidur jika tidak seperti itu.

Dan setiap malam, ia akan selalu memimpikan anak itu. Peter Stark anak sematawayangnya yang tewas satu tahun yang lalu saat dirinya diculik di Afghanistan.

"Selamat pagi Mr. Stark."

Suara itu tampak masih ia dengar dalam keadaan setengah sadar.

"Pagi J, kenapa suaramu berubah? Apakah ada program yang rusak di sirkuitmu?" Tony bergumam dan tampak menghela napas.

"Saya pastikan tidak ada Mr. Stark," kali ini Jarvis yang menjawab. Dan bukan suara yang pertama kali terdengar. Ia masih tidak menyadari seseorang tampak berjalan di dekat sofa sampai beberapa menit kemudian saat ia sadar sepenuhnya.

Ia segera bangkit, satu hal yang salah karena kepalanya masih sangat sakit kala itu.

Ia menoleh dan menemukan seseorang yang membelakanginya, sedang membuat sarapan. Seorang pemuda berusia belasan tahun dengan rambut ikal yang berwarna dan berbentuk familiar yang membuat Tony mengerutkan dahinya.

"Siapa..."

"Anda sudah bangun Mr. Stark?" Pemuda itu tampak berbalik dan dua buah LED tampak berada di kedua pelipisnya. Ia tersenyum, namun senyuman yang datar dan tanpa emosi, sebelum ia meletakkan bacon dan juga telur yang ia masak, "maaf saya membuatkan anda sesuatu sebelum meminta izin. Tetapi anda akan melakukan pertemuan sekitar 2 jam lagi. Dan anda tidak akan sempat untuk makan jika saya menunggu anda sadar dari mabuk anda. Yang sebenarnya masih 30 menit sebelum hilang sepenuhnya."

Nada bicara, senyuman yang kosong, dan wajah itu. Meski pemuda itu tampak berusia belasan tahun...

"Siapa kau...?"

...

"Aku adalah SM008, android yang dikembangkan Stark Industry, Android tipe bodyguard yang akan melindungi anda mulai hari ini. Anda bisa memanggilku Peter, Mr. Stark."

...ia benar-benar mirip dengan anak sematawayangnya.

To Be Continue

^ yang di pelipis itu LED fungsinya kalau yang ga main atau nonton gameplay-nya DBH, akan dijelaskan seiring berjalannya cerita :) tapi warna aslinya itu biru bukan kuning.

Credit editing : @nekomotherfucker

^ versi... default skin i think? Jadi Detroit itu bisa berubah-ubah warna kulit dan juga bisa numbuhin rambut. Warna rambutnya juga bisa ganti-ganti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro