5 : this is not wonderland

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Putus asa sudah mengerubungi seluruh badannya. Alasannya untuk tetap bergerak telah terkikis habis, tidak meninggalkan apa-apa selain kekosongan yang besar. Yev hanya seorang bocah. Kau tahu, kalau saja usianya lebih tua dan pemikirannya sudah dewasa, mungkin tak secepat ini dia menutup kelopak matanya.

Tunggu, menutup kelopak mata?

Hal pertama yang menyerang indera penglihatannya adalah visual buram yang setelah berapa kali Yev mengerjap, semuanya mulai mendapat fokusnya. Sekitar dua per tiga bagian yang dilihatnya adalah pinggiran sungai, dan yang satu dari tiga bagian itu adalah orang yang membuatnya frustasi akhir-akhir ini.

Yev kembali dibuat bingung sesaat, apakah saat ini ... pertemuan pertama kami?

Sosok di depan Yev masih setia berdiri di depannya, iris ungu dari balik topeng itu membalas tatapan bingung Yev yang mencoba mencerna segala hal dalam pikirannya.

Apakah dia tertidur? Sungguh, kalaupun dia memang tidur, posisinya saat bangun sedang berdiri tegap, ditambah, ada seseorang di depannya. Orang ini membiarkan Yev mengalami mimpi aneh tentang orang-orang kota yang tergantung dan segala kegilaannya?

Ah!

Yev menoleh ke belakang, mengecek apakah ada sepasang kaki yang siap menunggu ditabrak dirinya, tetapi nihil. Suasana masih seperti saat itu, matahari yang akan tenggelam, menghasilkan rona yang lumayan indah dipandang.

Baju bagian punggungnya serasa ditarik, kepalanya kembali berhadapan dengan orang tadi. Yang di hadapan Yev mengangkat kedua tangannya rendah, salah satunya dengan jari telunjuk yang teracung berhadapan dengan telapak tangan yang satunya. Mengetuk-ngetuk permukaannya, mungkin mengisyaratkan Yev memeriksa tangannya?

Tidak ada apa-apa di kedua tangan Yev setelah ia periksa, tetapi tiba-tiba tangan kanannya digenggam. Orang itu menghadapkan telapak tangan Yev ke atas, lalu dengan jari telunjuk salah satu tangannya, dia menulis sesuatu di permukaannya. Oh, ternyata orang ini meminta Yev untuk menyerahkan tangannya, agar ia bisa membentuk pola huruf dari gesekan telunjuknya.

Yev menunggunya dalam diam sampai selesai, sembari merangkai tiap huruf yang terbentuk di pikirannya, k-e-n-a-p-a .... Lalu mengembalikan tangannya.

Yev masih belum menelan apa yang dialaminya saat itu dan saat ini, seperti ... kejadian aneh yang mengerikan terjadi dalam waktu yang super singkat. Seperti menonton film yang sebenarnya berdurasi panjang. Selama isi kepala terlalu fokus pada itu, maka suasana sekitarnya akan terlupakan, dan merasa bahwa yang ditonton selama ini hanya satu per lima dari total waktu sebenarnya. Namun, mekanisme yang Yev alami berkebalikan dengan itu.

"Entahlah, sangat rumit sampai-sampai aku yang mengalaminya pun kesulitan untuk menjelaskannya. Sepertinya aku mendapat penglihatan panjang yang singkat saat memejamkan mata tadi. Semuanya berubah menjadi mimpi terburuk yang tak terbayangkan."

Ia merasa enggan dan penasaran di waktu yang bersamaan. Enggan berlama-lama di sini karena ingin segera pulang ke rumah melihat ibunya, dan penasaran untuk tetap di sini karena orang di hadapannya kembali menuliskan sesuatu di telapak kanan Yev. Kali ini berbentuk kalimat, alis Yev sempat bertaut merangkai huruf dan kata sampai sebuah kalimat singkat tersusun di pikirannya.

Kau pikir ini hanya sebuah mimpi?

Yev dengan cepat menarik tangannya. Satu kalimat itu mampu menjungkirbalikkan keadaan dirinya, orang yang di hadapan Yev membungkuk singkat, berbalik, dan kembali menghadap Yev dengan topengnya yang sudah terlepas dari tempatnya. Yev sangat tidak asing dengan wajahnya!

Di-dia ... DIA ADALAH AKU?!

Ia terkejut bukan main, mulutnya dari balik topeng membuka lebar, matanya menyiratkan keterkejutan dan ketakutan yang bercampur rata, menjadi sebuah kepanikan hebat.

Kau pikir itu tidak cukup nyata?

Kali ini bukan batinnya yang berbicara, melainkan dari orang di hadapan Yev. Yev lainnya, tapi ada suatu perbedaan, dia tampak lebih baik.

Bocah itu tiba-tiba memegangi wajahnya, meraba-raba permukaannya, setelah itu menampar keras salah satu sisi pipinya. Membuat topengnya terlepas, jatuh tergeletak di samping kakinya. Ia bukannya tidak peduli dengan penutup wajahnya yang terlepas, tetapi ada hal yang lebih pantas dipikirkan selain topeng itu saat ini.

Seperti ada pergerakan aneh di wajahnya.

Dan Yev berlari ke arah sungai, pantulan di airnya yang jernih itu memunculkan wajahnya yang ketakutan, lalu dibuat semakin ketakutan dengan yang berada di sekitar wajahnya.

Tiap benjolan yang muncul, sekarang terlihat jelas adalah sebuah mata.

Ya, mata, lengkap dengan kelopaknya, semuanya menatap ke arah Yev, ke arah kedua matanya yang asli. Yev menarik dirinya dan berteriak histeris, tangannya hendak mencakar wajahnya sendiri, tapi saat permukaan tangannya baru menyentuh salah satu mata, rasa sakit menghujam lapisan kulitnya.

"KE-KEMBALIKAN WAJAHKU, KEMBALIKAN KEHIDUPANKU!!!"

Yev berdiri, sedikit berjauhan dengan dirinya yang itu, mata-mata di wajahnya masih membuat gerakan-gerakan tadi, melirik ke sana-kemari lalu kembali melihat kedua matanya yang asli. Yev mendengus pelan lalu menggelengkan kepalanya, berkacak pinggang dan menatap remeh Yev yang lainnya.

"Sejak kapan ada 'kehidupanku' dari dalam dirimu? Selama ini kita berbagi. Tapi kau melunjak dan mengambil sebagian besar kehidupan yang awalnya seimbang. Hah, dasar merepotkan." Yev membeku ditempat, Yev yang lainnya berjalan mendekat. Pikirannya dipenuhi berbagai macam hal, tetapi tidak bercampur rata, bahkan saling bertolak yang membuatnya semakin pusing.

Iris matanya yang ungu menatap iris lainnya yang serupa.

"Kenapa? Jangan heran begitu, dari awal kau sudah merasa kalau warna mataku tidak asing, bukan? Itu karena iris mata kita memang sama, yang membuatnya berbeda, milikku menyiratkan kemurnian, milikmu dipenuhi kepalsuan."

Yev semakin mendekat ke arahnya.

"A-aku pasti sudah tidak waras. Kau dan seluruh ke-kejadian mengerikan di kota ini adalah salah satu bagian dari halusinasiku!"

"Dari awal kau memang tidak waras, bodoh." Yev mendekatkan mulutnya ke telinga Yev yang lainnya, napas pelan terdengar jelas.

"Ah, bagaimana kau bisa memahaminya? Kau bahkan tidak tahu alasan saat itu kau tengah berjalan di kota, 'kan? Kau tidak tahu mengapa semua orang memakai topeng. Kau tidak tahu awal dari semuanya seperti apa."

Iris mata Yev membulat sempurna.

"Lihat kakimu sekarang." Yev menjauhkan mulutnya, masih berkacak pinggang di depan dirinya yang lain. Pupil matanya melihat ke bawah.

Melayang.

"Sekarang lihat ke atas."

Seutas tali terlihat, menggantung di salah satu dahan pohon, mengarah ke lehernya.

"Sudah mengerti?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro