24. Mengalah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo semua, maaf baru bisa update sekarang. Beberapa minggu ini syfrat sedang melakukan persiapan untuk ujian yang bakal dilaksanain tanggal 8 mei ini. Maaf karena syfrat lelet update:(

semoga kalian mau maafin syfrat:( dan tetap setia nunggu cerita ini update:( sekali lagi maaf.

dan semoga part ini bisa mengobati sedikit rindu kalian dengan latisha farrel.

selamat membaca^^

***

Melodi-melodi mengalir ke tiap penjuru ruang kedap suara ini. Lantunan simfoni yang terdengar seakan dapat menenangkan sosok yang jari-jarinya sedang menari di atas tuts.

Di balik piano hitam, Farrel menikmati tiap detik waktunya bersama dengan nada yang dia ciptakan. Perasaan gundahnya dapat berkurang sedikit demi sedikit kala melodi itu menggetarkan gendang telinganya.

Rasa sesal akibat dia menyatakan perasaannya kepada Latisha tak dapat dielakkan. Betapa hancurnya dia ketika menyadari hari ini Asyra tampak tak berniat sedikit pun buka suara.

Suara derit pintu yang dibuka menarik fokus Farrel. Cowok itu terkejut ketika melihat seseorang yang tak dia duga datang menghampirinya.

Iris mata cokelat gelap milik sosok itu entah kenapa memancarkan kesedihan. Farrel terdiam. Dia lantas melanjutkan permainan pianonya, tak memedulikan sosok yang kini duduk bersamanya.

Detik berganti menit. Waktu seakan berputar lebih lama dari biasanya. Tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Mereka membiarkan nada indah dari piano mengisi keheningan.

"Gue denger semuanya."

Perkataan sosok yang tak lain adalah Asyra berhasil membuat Farrel bungkam. Cowok itu lebih memilih diam dan membiarkan Asyra melanjutkan ceritanya.

"Lo suka sama dia kan, Rel?" Farrel menunduk, enggan melihat iris mata Asyra yang sarat akan kekecewaan.

"Kenapa lo nggak bilang gue? Gue sahabat lo, Rel!" Suara Asyra yang menahan amarah entah kenapa menyakitkan Farrel.

"Gue ngga mau lo sakit hati." Satu kalimat lolos dengan sempurna dari bibir Farrel. Suara nada dari tuts yang ditekan mengisi keheningan yang terjadi di antara kedua cowok tampan itu. Namun, kini bukan Farrel yang memainkan piano di hadapannya, melainkan Asyra.

Farrel memang bukan pakar musik, tetapi dia dapat merasakan nada-nada indah yang disalurkan Asyra, nada yang sarat dengan keputusasaan, kekecewaan, kesedihan, dan patah hati.

"Lo udah bikin gue sakit hati, Rel." Perkataan Asyra sukses membuat Farrel membeku. Ya,tentu saja dia tahu perasaan sahabatnya saat ini.

"Sorry." Farrel menunduk, memperhatikan jari-jari Asyra yang menari-nari di atas tuts.

Tak ada balasan dari Asyra. Hanya suara yang dihasilkan dari piano mengisi kesunyian. Asyra berhenti memainkan pianonya. Dia menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya kemudian mengembuskannya secara perlahan.

Cowok berhidug mancung itu menatap Farrel. Dia tersenyum, tetapi hatinya sedang menangis. Asyra menepuk-nepuk pelan pundak sahabatnya sehingga membuat Farrel menatap Asyra.

"Jaga dia buat gue." Asyra lantas berdiri. Dia pergi meninggalkan Farrel yang terdiam. Apa dia telah menjadi tokoh antagonis di sini yang menyakiti perasaan sahabatnya sendiri?

"Syra," panggil Farrel sebelum Asyra yang tinggal beberapa langkah lagi keluar dari ruang kedap suara ini.

"Gue ngga berhak jaga dia."

Tanpa menoleh, Asyra berkata,"Gue sahabat lo, Rel. Sahabat dia juga. Gue tau apa yang terbaik buat kita saat ini. Jaga dia untuk gue, Rel. Buat momen kebahagiaan di antara kalian. Kalian saling membutuhkan."

Asyra melirik Farrel yang masih setia di belakang piano hitam yang tampak elegan itu. Dia tersenyum untuk menyembunyikan rasa perih di hatinya,"Semoga lo berdua bahagia."

Kini, Asyra utuh meninggalkan Farrel seorang diri. Ketika baru saja ke luar dari ruang musik, Asyra berpapasan dengan Raffa yang berdiri di depan pintu. Dengan segala kekuatannya, Asyra tersenyum tipis.

Raffa menatap Asyra yang terlihat kacau. Cowok itu lantas menepuk pelan pundak sahabatnya untuk menyalurkan sebagian kekuatannya.

"Gue tau perasaan lo, Syra." Asyra mendesah berat, seolah beban di dirinya terasa melelahkan.

"Kalau dengan meninggalkan Latisha bisa ngebuat Farrel ngelupain gadis itu, gue siap menukarkan kebahagiaan gue demi sahabat gue." Raffa tersenyum miris. Tidak hanya Asyra, Raffa dan Garson bahkan rela menukarkan kebahagiaannya demi Farrel. Mereka tidak ingin Farrel mengalami kejadian dahulu setelah ditinggal pergi oleh kekasihnya.

"Gue cabut duluan, Raf. Izinin ke Pak Somat gue sakit. Sakit hati." Asyra berpura-pura tertawa dengan candaannya. Kemudian, cowok itu bergegas pergi untuk menenangkan dirinya yang dilanda rasa sakit karena patah hati.

Raffa menatap punggung Asyra yang kian menjauh. Ada perasaan sesak di dadanya melihat sahabatnya itu rela mengalah demi membuat Farrel bahagia.

***
next? gimana pendapat kalian tentang part ini? beda jauh kan sama yang sebelumnya hehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro