16. Kepo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari senin yang cerah, sangat gerah saat upacara bendera berlangsung. Keringat meluncur dari dahi masing-masing peserta upacara termasuk guru dan juga staff TU. Juga make up yang perlahan mencair dari beberapa siswi yang suka berdandan, kecuali Rista.

Rista tak takut dengan make up luntur. Toh dia tak mamakai sedikitpun make up. Hanya bedak bayi saja sudah cukup baginya.

Setelah pembacaan doa, upacarapun selesai. Semua siswa berhamburan untuk menuju kelasnya masing-masing. Saat dalam perjalanan Rista bertemu dengan Takuya. Mereka saling melempar senyuman satu sama lain. Hanya sekedar senyum tulus, tak ada maksud terselubung di dalamnya.

***

Teeeeettt

Suara yang ditunggu-tunggu oleh para siswapun akhirnya datang. Ya, apalagi kalau bukan suara bel. Tapi kali ini baru bel istirahat yang berbunyi.

Guru matematikapun mengakhiri acara mengajarnya lalu membereskan barang-barangnya lantas melenggang pergi dari kelas XI-IPA-1.

Semua siswapun berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin. Dan Rista masih membereskan alat tulisnya.

Setelah selesai membereskan alatnya, lantas Rista melirik ke samping kanannya. Ternyata temannya masih bergelut dengan rumus-rumus rumit yang gurunya berikan tadi.

"Ke kantin kuy, laper nih," ajak Rista kepada temannya yang sedang serius itu.

"Bentar, lima menit lagi oke." Dia masih fokus pasa bukunya, tak sedikitpun berniat melirik Rista. Rista menghela nafas lalu mem-pout bibirnya.

"Oke, gue tunggu diluar kelas ya." Temannya hanya mengangguk. Mendapat jawaban seperti itu Rista kembali menghela nafas lantas pergi ke luar sambil menunggu Suzy.

Ya, Suzy. Teman Rista yang maniak pelajaran itu memang kadang membuat Rista kesal. Kesal karena merasa diduakan oleh soal-soal rumit yang menurut Suzy menarik itu.

Rista kini duduk di kursi besi yang berada di depan kelasnya. Menatap lantai dua dan tiga yang berada di seberang kelasnya sambil bersender di dinding kelas. Merasakan dingin khas dinding yang menjalar ke punggungnya.

Tiba-tiba suara khas anak lelaki menggema di telinganya, "eh eneng sendiri aja."

Entah lelaki itu buta atau memang tak melihat jika Rista memang sedaritadi duduk sendirian. Ah atau mungkin lelaki itu hanya ingin berbasa basi saja.

Rista menatapnya malas lantas kembali melanjutkan aktivitasnya yang tadi terganggu.

"Tumben tadi ga berdiri di depan lagi," merasa diacuhkan pria itu kini bersuara lagi.

"Malu dong di depan terus." Rista masih dengan aktivitasnya tak berniat menatap lawan bicaranya.

"Kenapa malu ? Kan enak bisa sebelahan sama Abang," godanya. Orang yang memanggil dirinya abang memang tak tahu diri. Berdiri depan adalah sebuah hukuman yang memalukan. Sangking malunya, Rista tak ingin ingin merasakannya lagi.

"Mingdep di depan lagi kuy," lanjutnya karena Rista tak menjawab apa-apa.

"Ogah bang ogah. Walau dikasih tiket konser biaspun gue ogah bang." Rista menolak. Ia kini menatap tajam pria itu yang sedaritadi mengajaknya bicara.

"Lagian siapa juga yang mau ngasih tiket konser," si pria itu terkikik setelah menyelesaikan kalimatnya. Rista hanya mendengus kesal.

"Jadi?" Pria itu bertanya.

"Jadi apa?" Rista yang tak mengerti hanya mengerutkan dahinya. Kini tatapan semakin tajam kepada pria itu. Sangking penasaran dengan kalimat yang akan dilontarkannya.

"Jadian yuk."

Rista memutar bola matanya malas. Pria disampingnya ini memang menyebalkan dengan candaan-candaannya yang kurang bermutu yang terkadang membuatnya mual.

"Hemeh becanda aja terus bang ck," dia mendecak kesal.

"Tapi gue serius neng," ucap pria itu lagi.

"Hayu!" Akhirnya yang ditunggu-tunggu kini datang. Suzy keluar juga dari sarangnya. Rista dan pria yang disampingnya menatap Suzy secara bersamaan.

"Kemana?" Tanya pria itu saat melihat Rista kini bangkit dari duduknya.

"Ke kantin mau beli bala-bala. Bye!" Ucap Rista sambil melambaikan tangan ke arah pria itu. Lantas melangkah pergi bergandengan sambil menggelayut di tangan Suzy dengan manja.

"Woii tunggu!" Teriak pria itu yang sayangnya tak di dengar oleh Rista. Sebab Rista sudah melangkah jauh serta suasana riuh para murid di lorong kelasnya membuat suaranya agak teredam.

***

Setelah membeli beberapa butir bala-bala, Rista duduk di salah satu kursi kantin untuk menemani Suzy makan. Iya, hanya menemani karena ia tak berniat untuk memakan makanan berat. Dia hanya ingin mengganjal perut dengan sesuatu yang ringan namun dapat menahan rasa laparnya.

Bukan, dia sedang tidak diet. Hanya sedang malas. Lagian dia masih merasa kenyang karena sisa-sisa sarapan pagi tadi.

Sedangkan Suzy, dia memesan semangkuk mie rebus instan. Asap mengepul dari dalam mangkok yang berada di hadapannya. Aroma khas mie rebus menguar dari sana. Tapi semua itu tidak cukup membuat Rista ngiler.

Di saat Rista dan Suzy sedang menyantap makanan mereka masing-masing, tiba-tiba ada seseorang yang duduk di kursi seberang Rista. Orang itu meletakan paper bag yang dia bawa ke meja dihadapan mereka. Sontak kedatangan orang itu membuat Rista dan Suzy menghentikan kegiatan mereka. Mereka berdua menoleh ke depan, dan mendapati sesosok manusia tinggi yang bersiap akan duduk. Rista dan Suzy memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Manusia yang sudah duduk dengan nyaman itu menoleh ke arah dua gadis cantik yang sedaritadi memperhatikan gerak-geriknya.

"Ehem." Suara seksi khas laki-laki pubertas menyapa gendang telinga mereka. Membuat mereka salah tingkah, dan melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda.

Pria itu mengedikkan bahu acuh. Lantas dia membuka paper bag yang ia bawa. Mengeluarkan isinya yang ternyata adalah sebuah kotak bekal rumahan. Kemudian dia membuka penutupnya. Aroma nasi goreng menguar dari sana. Membuat sang pemilik semangat untuk menghabiskannya. Lantas dia menyendokkan sedikit demi sedikit nasi goreng ke dalam mulutnya.

Merasa asik sendiri, iapun melirik Rista yang berada di hadapannya. Dilihatnya, Rista sedang asik dengan ponselnya, sesekali ia tertawa. Tetapi mulutnya tak henti mengunyah. Lucu. Pipinya mengembung. Bibir tipisnya mengkilap akibat sisa-sisa minyak dari bala-bala yang ia makan. Takuya terkekeh memperhatikan Rista.

Ya! Manusia yang berada dihadapan Rista adalah Takuya. Ia yang kebetulan mencari tempat duduk di kantin, dan kebetulan juga tempat duduknya penuh. Di sinilah ia berada, duduk dihadapan Rista. Karena tempat ini saja yang kosong. Sekalian mendekatkan diri dengan pacar.

Rista yang sadar segera menghentikan kegiatannya. "Kenapa?" Tanyanya. Keningnya berkerut.

Takuya menggeleng sambil tersenyum.

"Dih ga jelas." Rista memutar bola matanya sebal. Sedangkan Takuya hanya terkikik melihat tingkah laku kekasihnya itu.

"Yang," panggil Takuya. Mata rista membulat lucu akibat panggilan yang dilontarkan Takuya.

"Kamu lucu." Takuya mencubit kedua pipi Rista gemas. Rista berontak untuk melepaskan tangan Takuya yang bertengger di pipi chubby nya. Dan berhasil, tangan Takuya kini sudah terlepas dan meninggalkan bekas kemerahan di sana.

Rista mem-pout bibirnya kesal sambil mengelus kedua pipinya. "Sakit tauk."

"Kamunya sih gemesin."

"Tapi gausah nyubit-nyubit segala."

"Iya-iya maaf, sayang." Takuya mengelus pipi Rista dengan sayang.

"Takuya." Panggilan Rista membuat Takuya menghentikan aktivitasnya.

"Apa?"

"Aku mau nanya," ucap Rista sedikit ragu.

"Nanya apa?" Takuya penasaran.

"EHEM." Suara deheman yang sengaja dibuat keras terdengar. Itu bukan deheman Takuya ataupun Rista. Suara itu berasal dari mulut Suzy yang merasa di acuhkan sedari tadi.

Keduanya menengok ke arah Suzy. Lalu cengengesan. Kompaknya mereka.

"Kalau mau ngomongin urusan rumah tangga, entar aja di rumah. Ini masih di sekolah," ucapnya pedas.

"Yaudah ntar aja aku nanyanya ya." Takuya menghela napas setelah mendengar keputusan Rista. "Yaudah."

"Takuya, kemana pengawal lu?" Tanya Suzy sok akrab. Takuya mengerutkan kening tanda tak mengerti. Dia melirik Rista meminta bantuan penjelasan. Dan Rista hanya menggeleng. Ia juga tak tahu siapa yang dimaksud Suzy.

"Siapa?"

"Itu yang suka ngikutin elu kemanapun lu pergi." Takuya diam nampak berpikir.

"Oh, shin?" Tanya Takuya memastikan pemikirannya. Karena hanya Shin yang ada di otaknya.

Suzy mengiyakan.

"Dia ke kelas lagi pas tau gue mau nyamperin elsa," ucap Takuya sambil melirik Rista.

"Hah? Elsa?"

Tbc

Haiii RistaKuy Shipper. Masih setia kan baca cerita ini? Gimana part yang ini? Makin aneh kan? Iyalah authornya juga aneh. Hahahaha.

Ini cerita asli karangan saya, walaupun bobrok. Tapi ini asli pemikiran saya, ga ngijiplak.  Tolong hargai saya dan karya saya!  Jangan di jiplak. Saya ga suka lho.

Jadi males lanjut kalau gini tuh, tapi udah janji sama diri saya sendiri bahwa cerita ini akan saya tamatin sebelum saya masuk kuliah lagi. Okey Fighting, Mun! Demi para Ristakuy Shipper wkwkwkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro