Langkah besar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Akhirnya Nylon dan Calestia menemukan yang lain, butuh waktu lama untuk menemukan mereka satu persatu karena tidak semua orang itu berada di satu tempat.

"Jadi, ada apa?" sahut Kennard. "Kita harus ke istana sekarang. Tanpa sadar satu per satu peri disini menghilang ataupun terbunuh... Intinya kita harus menemui Ratu Hanara. Sekarang." ucap Nylon. Semua mengangguk menyetujui dan pergi bersama menuju istana.

Setelah sampai didepan istana, semuanya terhenti sejenak melihat keadaan sekitar.

Kondisi tempat itu berantakan. Para prajurit disana terkulai lemas di lantai lorong kerajaan "Aku, Suvdan dan Nylon akan pergi memberi tahu Ratu Hanara tentang ini. Sisanya bantu prajurit-prajuritnya!" ucap Edward memerintah, akhirnya Suvdan dan Nylon mengikuti Edward yang pergi menuju ruang utama kerajaan.

"Yang mulia--" ucapan Suvdan terhenti tak kala membuka ruangan itu.

Kosong. Ruangan itu kosong dan berantakan, Jendela besar nya pun terbuka lebar. Tak ada siapapun kecuali mereka bertiga di ruangan itu.

"Kalian mencari Ratu, ya?" seseorang berucap dari kejauhan membuat mereka bertiga menoleh ke segala tempat mencari sumber suara. "Apa Ratu hilang? Dia diculik?" ucap orang itu.

Suvdan kenal suara ini. Ini suara Dante. Ya, dia yakin pasti Dante ada dibalik hilangnya Ratu. "Dimana Ratu?" ucap Suvdan berusaha tenang. Orang dari kegelapan itu terlihat berkacak pinggang dan dengan pose berpikirnya, "hmm... Ratu Hanara. Dia sekarang berada di tempat yang indah dan nyaman..." Dante terdiam lalu menyeringai.

"Yaitu rumahku." lanjut Dante lalu menghilang bersama abu sihir yang dia punya.

Sesaat ketiga orang itu terdiam menahan amarah dan merasa gagal melindungi Ratu Hanara.

"Orang itu... Benar-benar menyebalkan!" ucap Nylon terus mengoceh sambil mengeluarkan sumpah serapah.

"Kita harus tenang. Masalah ini bisa kita selesaikan dengan cepat asalkan kita tenang dan mengatur rencana. Kita harus bersiap-siap ke dunia iblis. Sekarang." ucap Suvdan tegas. Nylon dan Edward mengangguk setuju.

Setelah akhirnya mereka bertemu dengan yang lain, yang masih membantu para prajurit peri tampak terkejut setelah mendengar bahwa Ratu Hanara telah diculik.

"baiklah, anak-anak. Cepat berkemas. Dan kita akan pergi menyelamatkan Ratu." ucap Mizu berusaha tidak panik. "Sementara itu aku akan memberi tahu peri pelindung agar negeri peri semakin diperkuat lindungannya." lanjutnya lalu berlari ke suatu tempat.

Sementara Nylon dan yang lain pergi menuju penginapan menyiapkan semua yang diperlukan untuk pergi menuju negara iblis.

                        ____________

"Nah, ini ada beberapa makanan dari kami. Semoga kalian menikmatinya!" ucap salah satu peri memberikan tempat makanan dari anyaman serat kayu kepada Calestia. Kalau menurut manusia mungkin tempat makanan untuk piknik.

"Dan ini. beberapa anak panah, isi peluru, dan obat-obatan. Semoga berguna disana!" ucap peri satunya. "Terima kasih banyak. Kami pasti akan membawa Ratu dengan aman." balas Edward tersenyum yakin.

"Anak-anak! Kalian sudah mau pergi?" terlihat Mizu yang berlari kearah Calestia. Wajahnya sedikit kumal dan menampakkan lelah, rambutnya yang tergerai bebas kini jadi sedikit berantakan.

"Nenek, kau tak apa?" tanya Yuna cemas. Mizu tertawa hambar, "Ah iya, tak apa. Hanya mengurus beberapa peri yang panik dan pengurus kerajaan." ucap Mizu. "Nah sekarang kalian bisa pergi bersama peri pemburu. Naiklah ke keretanya dan kalian akan berhentikan di depan hutan yang gelap. Maaf, tak ada peta untuk kalian. Aku tidak diperbolehkan untuk membuat peta itu." ucap Mizu akhirnya menampakkan wajah bersalah.

"Tak apa kok, Nek! Kami bisa mengurus itu. Sudah ya. Kami pergi dulu! Ratu pasti akan kami bawa pulang dengan selamat!" ucap William dengan semangat lalu naik ke atas kereta kayu berukuran sedang. Beberapa orang lagi mengucapkan salam perpisahan dan ikut memasuki kereta itu. Sampai akhirnya semua naik ke kereta. Kereta melaju pergi meninggalkan negeri peri.

Didalam kereta, beberapa orang hanya termenung, atau mengobrol dengan yang lain. Disisi lain, Kennard dan William secara bersamaan bernapas gusar, dengan wajah kecewa.

"Kenapa kita harus pergi secepat ini... aku kan masih ingin banyak makan! Dan pasti bagus untuk tubuhku." ucap Kennard memakan camilan sehatnya yang dia bawa dari bumi.

"Benar! Aku juga jadi tak bisa lagi melihat peri-peri cantik lagi untuk sementara. Bagaimana jika aku mati dalam perang dan para peri perempuan banyak yang sedih..." giliran William yang menggerutu pelan seraya mendramatisir keadaan.

Bletak!

Suvdan berdecak pelan kearah dua laki-laki itu dan melayangkan pukulan ke kepala mereka berdua.

"Apa dipikiran kalian hanya makanan atau para peri cantik, ya?" ucap Suvdan menatap dingin Kennard dan William.

William dan Kennard  menjadi salah tingkah dan gugup. "T-tidak! Selain makanan aku juga memikirkan Fiorenza kok! Jadi tak ada salahnya kan!" ucap Kennard spontan. Fiorenza sejenak hanya menatap datar laki-laki berambut merah itu, namun perlahan semburat merah muncul takkala yang lain menggodanya.

Suvdan mengusap dahinya dengan sedikit kesal, "Sudah-sudah. Jadi, bagaimana keadaan senjata kalian?" tanya Suvdan pada semua.

"Kalau pedangku baik-baik saja kukira. Tapi kalau masalah dia, aku tak tahu ia baik baik saja atau tidak..." ucap Jeremmy lalu memperbaiki kacamatanya dengan penuh drama.

Seisi kereta hanya menatap aneh Jeremmy. Sementara Melody hanya mengernyit pelan dan penasaran siapa yang Jeremmy bicarakan.

"Ah iya! Tombakku belum kuasah!" ujar Nylon mengeluarkan tombak miliknya, cukup menyusahkan baginya karena ukuran senjatanya yang sedkit besar dan butuh banyak ruang untuk menggerakkan tombaknya.

Setelah beberapa jam setelah itu, langir mulai terlihat gelap. Hawa disekitar pun menjadi lebih dingin. Tak lama kereta berhenti secara tiba tiba membuat seisi kereta yang sedang tidur merasa tersentak.

"Uoh, apa yang terjadi?" ucap Edward yang baru saja tertidur dan akhirnya terbangun kembali. Seorang peri laki-laki muncul di depan mereka. "Maaf, aku hanya bisa mengantar kalian disini." ucap peri itu.

"Aah, begitu. Baiklah, Terima ksih banyak atas tumpangannya. Ayo cepat turun teman-teman." ucap Suvdan keluar dari kereta. Diikut seisi kereta.

Tak lama setelah itu, kereta akhirnya pergi ke lain arah, meninggalkan beberapa orang yang perlahan masuk kedalam hutan gelap itu.

Suvdan dan Jeremmy pun menyalakan lampu minyak agar jalanan terang. "Yaah, cukup menyeramkan juga hutan ini. Apa nanti akan ada monster mengerikan?" ucap William menaruh kedua tangannya di saku celana, seraya menatap lurus kedepan.

"Tentu saja ada!" ucap seseorang, William mengira itu Edward atau Kennard yang sengaja memberatkan suaranya.

"Jangan bercanda, mustahil kalau ada." ucap William menatap Edward dan Kennard dengan tatapan datar. Kedua laki-laki itu hanya menatap bingung laki-laki berambut kuning.

"Yang berbicara tadi itu aku! Diatas pohon!" Seseorang bersuara sama kembali berteriak memberi tahu. William dan yang lain menoleh dan mendapati seekor musang bercorak aneh dan dengan sebuah senyuman lebar.

"Iya! Aku bisa bicara!" ujar musang itu membuat William terkejut. "Bagaimana musang itu bisa bicara!?... oh iya, ini kan alam fantasi." ucap William. Musang itu melompat dari pohon dan berdiri di hadapan Suvdan dan Jeremmy.

"Kalian hanya ingin kaget tanpa ingin tahu namaku?" Musang itu melipat tangannya ke dadanya yang berbulu cokelat dan putih.

"Kenapa kami harus tahu namamu?" tanya Nylon. Musang itu tertawa kecil lalu menatap Nylon, "untuk mengantar kalian ke istana iblis tentunya~"

"Whoa, tunggu sebentar. Ke istana iblis? Yakin kau yang pendek dan kecil ini bisa mengantar kami kesana?" Fiorenza menyindir dengan wajah dinginnya. Alih alih si Musang marah, hewat itu hanya tertawa besar. "Yaampun, lucu sekali! Dia meremehkan ku!" ucap Musang itu tertawa lalu tiba tiba saja berhenti dan memakai muka seriusnya. "Baiklah, namaku Pucca. Aku ini bukan hanya musang. Aku bisa menjelma jadi binatang menyeramkan lainnya!" seru Musang itu.

"Baiklah... sekarang. Bisa kau antar kami kesana?" ucap William sudah terlihat terburu-buru ingin menjelajah. "Sebentar, kau ini bukan suruhan iblis ato pengikutnya? Atau mata-matanya? Atau--"

"Hei hei, aku netral. Aku tak mengikuti siapa-siapa. Aku tinggal disini karena memang disini tempat tinggalku. Aku bisa menjadi jahat ataupun baik sesuai dengan keadaannya." ucap Musang itu. Memainkan kumis panjangnya sambil berjalan memimpin kedepan.

Musang itu menoleh ke belakang dengan senyum lebarnya. Membuat manusia-manusia di belakangnya mengidik.

"Nah, anak anak. Mari kita mulai petualangan hebat ini!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro