Bab 7. Peringatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Reksi berdeham. Netranya mendelik ke arah Azky. "Semua ini awalnya gara-gara dia, Pak!"

Azky tidak terima dan balik menatap Reksi tajam. "Bukannya lo yang duluan nyari ribut sama gue?" Ia memalingkan wajah. Jijik. "Jangan mencoba memutarbalikkan omongan!" Seringai di bibirnya begitu lebar. Memperlihatkan bahwa Reksi tidak akan bisa berkutik.

Reksi menggertakkan gigi. Tangannya yang berada di bawah meja mengepal kuat. "Enggak, Pak! Itu bohong!" Ia menggeleng, mencoba meyakinkan Pak Edo. "Jelas-jelas dia yang duluan memukul saya!"

Pak Edo menatap mereka. Wajah keduanya sudah tidak karuan. Bulatan berwarna biru itu pasti masih terasa perih dan berdenyut keras. Perkelahian yang sangat panjang. Wajah Azky lebih parah dari wajah Reksi. Namun, Faro yang terus terbatuk menarik perhatian Pak Edo. "Kamu kenapa Faro?"

Faro terdiam. Seakan-akan ia adalah korban paling parah di antara mereka.

"Azky memukul dada Faro, Pak," balas Glen mewakili Faro karena tidak mungkin pria di samping Glen itu menjawabnya.

Boris menghantam meja. "Jelas, kan, Pak?" Ia menatap tajam pria dengan kumis tipis itu. "Siapa yang bersalah di sini?"

"Lo gak bisa ngelak Azky." Reksi mendengkus lalu berbisik. "Satu berbanding empat. Lo akan kalah, men! Di antara mereka gak ada yang berani membela orang miskin kayak lo. Menjauh dari The Kings! Menjauh!"

"Gak usah mimpi lo bisa rebut kedudukan gue! Bangun dari tidur lo, pengkhianat!" Azky menekankan ucapannya.

"Harusnya lo nyadar diri, men. Mis-kin. Pe-ni-pu!"

"Boris!" Pak Edo membentak. "Berani-beraninya kamu memukul meja saya!" Boris menunduk. Begitu pun dengan Reksi. Mereka ingin Pak Edo seolah-olah percaya bahwa Azky lah yang memulai. "Saya hanya akan memberikan peringatan kepada kalian!" Ia menggerakkan kepala ke arah luar. "Sudah. Kalian kembali ke kelas!"

Reksi berdiri terlebih dahulu, membiarkan Azky yang masih duduk. Langkah Reksi diikuti oleh Glen, Faro, dan Boris. Setelah tiga langkah, kakinya berhenti dan menoleh ke belakang. Azky yang sedang beranjak menatap tajam ke arah Reksi. Azky yakin Reksi kembali mengumamkan, "Pe-ni-pu."

***

Reksi, Glen, Faro, dan Boris berjalan mendahului Azky. Reksi yakin jaraknya dengan Azky tidak terlalu jauh. Reksi berbalik badan dan berteriak dengan lantang. "Dasar penipu! Lo itu miskin Azky. Mis-kin! The Kings sekarang milik gue!"

"Menjauhlah dari The Kings!" tambah Faro.

Semuanya tertawa dengan puas. Rasa sakit di sekujur tubuh karena perkelahian sudah tidak terasa karena kemenangan Reksi mengeluarkan Azky.

Azky menghantamkan tangan ke dinding dengan kuat. "Harga diri gue gak bisa lo injak-injak, Reksi. Kedudukan gue gak akan pernah lo ambil. Gue akan kembali menjadi orang kaya. Gue pastiin lo akan bertekuk lutut di kaki gue. Apa pun caranya, akan gue lakuin!" Azky tertawa sambil menyisir rambut hitamnya ke belakang dengan jari. Dalam keadaan seperti itu, ia tetap saja terlihat tampan.

***

Semua siswa-siswi keluar dari kelas masing-masing. Mereka berjalan di lorong sampai ke gerbang kedua. Ada yang menuju parkiran. Ada yang langsung ke gerbang utama karena sudah dijemput. Sebagian siswi melambaikan tangan dan menggumamkan, "See you tomorrow!"

Azky membulatkan mata. Ia benar-benar berjalan sendiri. Reksi, Glen, Faro, dan Boris sudah kelewatan memperlakukan Azky seperti itu, pun dengan Yuppi.

Seorang pria berjas navy keluar dari mobil. Tangannya melambai-lambai ke arah seorang siswa yang celingukkan. Mungkin mencari seseorang. "Rico. Papa di sini!"

Siswa itu tersenyum dan menghampirinya. Mereka berjalan menuju mobil lalu masuk dan melaju meninggalkan sekolah.

Azky memperhatikan mereka.

***

"Azky!"

Netra Azky bergerak mencari seseorang yang memanggilnya. Rupanya, seseorang itu berada di belakang. "Papa!"

"Ngapain kamu berdiri di situ?" Ia mendekat dan merangkul Azky.

Azky melebarkan senyum. "Nunggu Papa dong!"

Sebuah mobil Honda Odyssey sudah menunggu mereka. Mobil yang terparkir di depan gerbang menarik perhatian semua orang. Sebagian siswi justru berbisik-bisik memperhatikan mobil itu lalu tersenyum ke arah Azky. Azky membalas senyuman mereka. Siapa sangka, siswi-siswi itu justru menjerit-jerit. Wajah mereka begitu merona. Bahkan, ada yang sampai memegang hatinya. Sikap mereka membuat Azky bingung. Namun, ia hanya menghiraukannya dan berjalan ke arah kiri mobil.

Seseorang itu hendak membuka pintu mobil. "Oh iya, Azky. Sebelum pulang, kamu mau jalan-jalan dulu gak?"

Azky tertawa bahagia. "Ya mau dong, Pa. Papa kayak gak kenal Azky aja!"

Seseorang itu mengangguk. "Ya udah, kita akan makan dulu di restoran termahal!"

Azky menggelengkan kepala. "Widih. Asyik tuh Pa!" Ia kembali tertawa. Wajahnya begitu bahagia.

Azky dan seseorang itu masuk ke dalam mobil. Seorang siswa berjalan di depan mobil mereka, saat seseorang itu hendak melajukan mobil.

***

Tid! Tid! Tid!

Seorang siswa yang membawa motor terus membunyikan klakson di belakang Azky. "Woi! Minggir!"

Azky tersadar. Netranya menoleh ke belakang. Refleks, tubuhnya bergerak ke samping karena siswa itu terus membunyikan klakson. "Minggir lo miskin!" Ia melajukan sepeda motor dengan kencang lalu tertawa.

"Awas lo!" Azky berteriak. Urat di lehernya meregang. Tangannya mengepal kuat. Kakinya menendang angin kosong. Napasnya menderu-deru. Aliran darahnya naik dengan cepat. "Tunggu lo Reksi! Gue akan buat lo bertekuk lutut!"

"Oh iya Sayang, aku mau jalan-jalan dulu. Kamu mau kan, nemenin?"

Tidak sengaja, telinga Azky melebar karena mendengar ucapan dari siswi itu. Suaranya tidak asing. Azky berbalik. Ternyata benar, di belakangnya ada Yuppi yang sedang berjalan dengan Reksi. Yuppi mengandeng tangan Reksi dengan manja. Membuat jantung Azky meloncat dan berhenti di kerongkongan. Tanpa berpikir panjang, Azky berlari dengan cepat. Seperti Harimau yang memburu mangsa.

"Yuppi!" panggil Azky. Namun, yang dipanggil tidak menoleh. Kakinya berjalan dengan cepat dan berhenti di hadapan Yuppi dan Reksi. "Yuppi!"

Ekspresi wajah Yuppi begitu kaget. Tidak. Bisa jadi itu hanya dibuat-buat. "Oh, hai Azky!"

"Kenapa kamu jalan sama si peng-khia-nat ini?" tanya Azky. Ia melirik jijik ke arah Reksi. "Aku itu pacar kamu, Yup!"

Kaki Yuppi melangkah sebanyak dua kali dan berhenti tepat di hadapan Azky. Ia tersenyum lalu merapikan kerah dan dasi seragam Azky. Sudah seperti seorang istri yang merapikan kemeja suaminya. Azky menelan ludah. Napasnya terengah. Berkali-kali ia jatuh cinta kepada Yuppi.

"Adzkiya!" Tangan Yuppi beralih merapikan rambut Azky. "Kamu emang pacar aku ...," Ia menjeda kalimatnya. Kakinya berjinjit. Wajah Yuppi mendekat. Lebih dekat. Ia menjilat bibir dengan polesan lipstik nude itu, Azky justru memejamkan mata dengan erat. Hatinya berkata Yuppi akan melakukan sesuatu yang aneh. Mungkin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro