15. Resmi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 15 Resmi

Eiza masih membeku, menatap keluarga Lee yang berkumpul. Menunggu jawaban dari Marcuss. Ketegangan semua anggota begitu jelas, berbanding terbalik dengan ketenangan yang tertampil di wajah Marcuss. Bahkan ketika Marcuss menoleh ke arahnya, senyum kepuasan mengembang di tengah bola mata hitam pria itu menyiratkan ancaman yang masih sepekat sebelumnya. Khusus untuk dirinya.

“Mungkin malam itu hanyalah sebuah keisengan dan kecerobohan saya hingga membawa seorang putri di antara kami, Nyonya Lee. Akan tetapi, keluarga kami tak pernah menyia-nyiakan keturunannya. Kami sangat menghargai darah daging keluarga kami. Dan tak ada yang menyayangi putri kami melebihi ibu kandungnya sendiri.” Setiap kata yang diucapkan Marcuss sangat jelas. Membuat mulut Maria Lee membuka nutup seperti ikan yang dilempar ke udara.

“T-tapi Anda sudah berjanji …”

“Akan mempertimbangkannya,” lanjut Marcuss. Tak ada sedikit pun penyesalan yang tertampil setelah memberikan kekecewaan yang teramat besar terhadap seorang Maria Lee, juga Dashia.

“Lalu bagaimana dengan hubungan kita, Marcuss?” Dashia tak bisa menahan emosi yang menyelimuti suaranya. Kekecewaan dan kemarahannya bercampur jadi satu. Tak hanya pada Marcuss, lebih-lebih pada sahabatnya yang dengan tega merebut pria yang dicintainya. Eiza. Kecemburuan melibaskan hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun antara dirinya dan Eiza. 

Eiza yang membeku dengan semua percakapan tersebut, kali ini mengedipkan mata dengan pertanyaan Dashia. Hubungan? Ada hubungan apa antara Marcuss dan Dashia?

“Hubungan apa yang kau katakan, Dashia?”

Pertanyaan yang digunakan untuk menjawab pertanyaannya semakin membuat Dashia memucat. Mulut wanita itu kelu, kekecewaan yang diberikan Marcuss terlalu besar hingga membuatnya kewalahan. “Tega sekali kau, Marcuss. Kau tahu keinginanku terhadapmu adalah ketulusan,” ucapnya dengan air mata yang mulai merebak di kelopak matanya. Menatap Eiza dengan kebencian dan kemarahan sebelum berbalik dan berjalan pergi.

Kaki Eiza sudah bergerak hendak menyusul Dashia, tetapi tertahan oleh ancaman Marcuss yang mengikat lehernya. Sekarang ia bahkan dikejutkan dengan ketulusan Dashia terhadap Marcuss? Apakah Dashia mencintai Marcuss? Pria berengsek itu benar-benar telah mempermainkan perasaan tulus Dashia.

Maria yang akan mengejar sang putri pun harus tertahan. Kebenciannya terhadap Eiza semakin menggunung. Merasuk hingga ke tulang sumsumnya. Wanita paruh baya itu menatap Marcuss. “Apakah Anda tahu siapa wanita yang akan Anda nikahi, Tuan Rodrigo?”

Marcuss mengangguk dengan tanpa keraguan sedikit pun. “Lebih banyak dari yang Anda ketahui, Nyonya Lee.”

“Dia adalah anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Tak berpendidikan. Darahnya hanya akan mengotori keturunan Anda. Mencoreng nama baik keluarga Anda. Dia adalah wanita yang licik, terlihat polos tetapi sangat berbahaya. Tidak tahu diri dan terima kasih. Wanita murahan sepertinya hanya akan mempermalukan wajah Anda.” Hinaan yang diucapkan oleh Maria dipenuhi emosi hingga bibir wanita itu bergetar. Saking kuatnya kebencian dan kemarahannya terhadap Eiza. Telunjuknya terangkat, menunjuk ke arah Eiza. “Sebaik apa pun Anda menutupi tubuhnya dengan pakaian yang mewah dan mahal, itu sama sekali tak bisa mengubah darah kotor yang mengalir di tubuhnya.”

Mendengar semua cecaran tersebut, sama sekali tak merubah ketenangan yang masih setia melekat di wajah Marcuss. Bahkan, semua hinaan tersebut hanya menunjukkan wajah sebenarnya seorang Maria Lee, yang sejujurnya sama sekali bukan urusannya. Culas dan licik, hanya dua hal itu yang menggambarkan seorang Maria Lee dalam pandangannya. “Kalau begitu, saya hanya perlu membuang masa lalunya dan membuat masa depan yang baik untuk ibu dari anak-anak saya, bukan?”

Kali ini Maria dibuat tak berkutik dengan jawaban tersebut. Selain mampu melenyapkan seseorang dengan mudah, tentu saja hal yang sama juga berlaku bagi seorang Marcuss Rodrigo untuk menciptakan asal usul yang palsu untuk Eiza. Semua orang akan mempercayai apa pun yang dikatakan oleh pria paling berkuasa tersebut.

“Kau tak lebih dari seorang berengsek yang arogan, Rodrigo,” umpat Danen yang sejak tadi hanya diam. Kedua tangannya yang terkepal sudah bergetar demi menahan amarah yang dicegah mamanya. Entah rencana gila apalagi yang coba dilakukan sang mama terhadapnya dan sang adik. Yang masih melibatkan Marcuss Rodrigo ke hidup mereka. Seolah belum cukup mamanya telah mengorbankan Eiza demi perusahaan keluarga.  

“Ya, aku memang.” Marcuss tak menyangkal. Bahkan mengakui dengan penuh kebanggaan. “Aku memang selalu mendapatkan apa pun yang kuinginkan, Lee. Terbiasalah. Sepertinya kau tak cukup mengetahui tentang diriku. Kau bisa bertanya pada mamamu.”

Danen menggeram. Tubuhnya sudah bergerak ke depan, hendak melompat dan setidaknya ingin membalas pukulan pria itu. Tetapi kedua lengannya ditahan oleh Jessi dan Maria. 

“Cukup, Danen, “ desis Maria pada sang putra. 

Seringai Marcuss semakin tinggi dengan langkah bijaksana yang diambil Maria Lee. Pria itu mengangkat pergelangan tangannya. “Sepertinya sebentar lagi acara akan dimulai. Kami harus pergi,” pamitnya berpura sopan hanya untuk menertawakan keluarga beracun ini. Tubunya berputar, menghadap Eiza yang dengan cepat memahami isyaratnya dan bersikap patuh dengan langsung menghampirinya.

Eiza menerima lengan Marcuss, pandangannya tak lepas dari kedua mata Danen yang menyiratkan patah hati. Sama besar seperti yang mendera hatinya.

“Aku yang akan membawamu ke altar,” bisik Marcuss. Memaksa perhatian Eiza hanya terarah kepadanya dengan menyentuh ujung dagu wanita itu.

Eiza tak menjawab. Tak perlu menjawab. Apa pun titah Marcuss, itulah yang akan dilakukannya. Keduanya berjalan melewati ketiga orang tersebut. Memasuki ruangan luas yang sudah dipenuhi oleh para tamu undangan. Hanya dengan melihat luasnya ruangan, ia tahu Marcuss memastikan pernikahan tersebut lebih meriah dari pesta pernikahan Jessi dan Danen.

Setiap langkah yang membawanya semakin dekat dengan altar, matanya mengerjap. Menahan air mata meleleh. Menggigit bibir bagian dalam, menatap ke arah pendeta yang sudah menunggu keduanya. Dengan hiasan bunga berwarna-warni di sekitarnya. Saat keduanya berhenti di hadapan pria tua dengan wajah penuh wibawa tersebut, Eiza berusaha menguatkan hati. Mematikan perasaannya. Sama sekali tak ingin mengingat momen ini di benaknya.

Ia hanya perlu menjawab pertanyaan dengan ya, mengucapkan janji singkat. Sama persis dengan yang diucapkan oleh Marcuss. Memasangkan cincin di jari manis Marcuss dan setelah keduanya dipersilahkan untuk berciuman, pria itu maju satu langkah. Menangkap pinggang dan menyentuh ujung dagunya. Membawa bibir mereka saling menempel dalam lumatan yang panjang, disambut tepuk tangan riuh yang bergema memenuhi seluruh ruangan.

Sekarang, ia telah resmi menjadi istri Marcuss. Entah kehidupan macam apa yang menunggunya setelah ini.

*** 

“Tenanglah, Dashia.” Maria memegang kedua pundak Dashia. Samar-samar suara tepuk tangan yang riuh di belakang mereka, membuat keduanya semakin didera kekecewaan. Tepuk tangan tersebut menandakan bahwa pernikahan telah dilaksanakan dan sekarang Eizalah yang secara resmi menjadi istri Marcuss. “Kita masih punya cara.”

“Dashia tak bisa tenang, Ma. Jangan mendikte Dashia lagi. Dashia sudah muak dengan semua rencana mama. Sekarang lihatlah apa yang mama lakukan? Mama membuat Dashia kehilangan pria yang Dashia cintai.” Dashia menyentakkan kedua tangan sang mama. Mengusap air mata yang tak berhenti mengalir dengan kasar. Membuang wajahnya dari hadapan Maria.

“Eizalah yang merebut priamu darimu. Sejak awal mama sudah bilang kalau Eiza bukan orang yang tepat untuk dijadikan teman, kan? Lihatlah yang sekarang dia lakukan padamu?”

“Semua berawal dari rencana mama. Ingat?” sinis Dashia. Kembali menyentakkan tangan sang mama yang masih berusaha membujuknya. “Semua karena mama.”

Maria mendesah panjang. Otaknya berputar, memikirkan cara untuk membujuk sang putri agar mau bekerja sama. Mereka harus membuat pernikahan ini gagal. Marcuss Rodrigo adalah target besar yang tak mungkin ia lepaskan begitu saja. Ia tak akan pernah merelakan umpan besarnya berakhir di tangan wanita murahan itu. Marcuss Rodrigo adalah jaminan masa depan dan hidup berkelimpahan yang tak mungkin diikhlaskan. 

“Mama minta maaf.” Suara Maria yang melunak dipenuhi sesal. “Mama sungguh menyesal dengan kecerobohan yang sudah membuatmu kehilangan pria yang kau cintai, Dashia. Mama berjanji akan memperbaiki semuanya.”

Dashia terdiam. Tubuhnya tetap bergeming, menatap dinding kaca di hadapannya dengan mata yang masih basah. Tetapi penyesalan sang mama perlahan melunakkan amarahnya.

“Dan mama tak bisa memperbaikinya tanpamu.” Maria mencoba menyentuh lengan Dashia, kali ini sang putri tak menepi dan ia melanjutkan kalimatnya. “Bukankah kau bilang Eiza sangat menyayangimu?”

Wajah Dashia beputar, menatap sang mama.

“Seperti kau sangat menyayanginya seolah dia adalah saudarimu sendiri. Dia pasti akan melakukan apa pun untukmu, kan?”

Dashia masih terdiam. Mendengarkan penjelasan sang mama.

“Kau melihatnya sendiri, kan? Eiza berada dalam paksaan. Kau harus bicara dengannya dan membantunya, Dashia. Katakan kau mencintai Marcuss. Dia juga pasti akan membantumu mendapatkan kembali Marcuss.”

Mata Dashia melebar. Menelaan lebih dalam penjelasan sang mama yang masuk akal.

“Ini demi kebahagiaan kalian berdua,” tambah Maria. Dengan seringai licik yang tersamar di ujung bibirnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro