Bab 1 Murid Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kecantikan yang haqiqi itu terlukis dari hati yang bersih." ~Nathaniel

Bandung, 10 Juni 2013

Setelah liburan kenaikan kelas, hari yang ditunggu-tunggu oleh Khanza dan sahabatnya adalah kembalinya beraktivitas disekolah kesayangannya itu. Memang untuk beberapa siswa/i lainnya, kembali masuk sekolah adalah hal yang paling mereka hindari setelah libur panjang. Tetapi tidak dalam kamus Khanza, walaupun penampilannya jauh dari kata baik tapi Khanza masih mempunyai batasan-batasan dalam pergaulan.

Sebandel-bandelnya Khanza, tapi dirinya paling tidak mau membuat onar di sekolahnya apalagi sampai Abi dan Umminya dipanggil oleh Bu Devi guru BK sekaligus guru biologi paling kiler menurut murid-murid disekolahnya.

Kring.. kring...

Bel masuk berbunyi, semua siswa/i langsung berjalan memasuki kelas masing-masing. Khanza yang sudah sampai sekolah lima belas menit lalu, gadis itu merapihkan penampilannya sebelum keluar kelas karena sebentar lagi pasti guru akan memanggil seluruh murid untuk mengikuti upacara bendera.

Adiba yang melihat sahabatnya sudah keluar kelas langsung saja menyusulnya dan tidak lupa membawa topi sekolahnya, dengan sedikit berlari untuk menyamakan langkah kaki Khanza membuatnya ngos-ngosan.

"Za, kamu jalan tuh jangan kaya dikejar-kejar rentenir deh. Cape tau nyusulin kamu, padahal Diba lihat Khanza baru aja keluar tapi udah jauh aja jalannya," rajuknya dengan menatap Khanza sahabatnya itu.

"Ye,, kamu aja kali yang jalannya kaya keong. Udah buruan jalannya, dari pada nanti di marahi sama nenek lampir lagi."

"Hahahaha, maksud kamu Bu Devi guru BK 😂😂. Astagfirullah, Za, inget dosa woy," ucap Diba.

"Bodo, kan emang dia itu kaya nenek lampir. Telat sedikit ngomel, disuruh bersihin toilet, atau keliling lapangan 10x. Males banget Khanza kalau udah berkaitan dengan nenek lampir, lebih baik datang awal dari pada kena hukuman. Engga ada dalam kamus Khanza kalau putri dari bapak Abdullah pemilik perusahaan properti dan juga penyantun pondok pesantren terbesar di kota ini," ucap Khanza dengan sifat sombongnya.

"Ya Allah, Za, jangan terlalu sombong dengan harta yang Abimu punya. Jika Allah sudah merampasnya tanpa tersisa kamu baru tahu rasa!" ketusnya, Diba engga habis pikir mempunyai sahabat yang selalu mempamerkan kekayaannya.

Apakah Khanza sudah dibutakan oleh nikmat duniawi, astagfirullah Adiba harus bisa membimbing Khanza kembali ke jalan yang benar. Jangan sampai sahabatnya melangkah ke jalan yang tidak Allah ridhoi, dan jangan pula sampai Allah memalingkan wajahnya pada Khanza.

Seluruh murid SMA negeri 3 Bandung sudah berkumpul di lapangan untuk memulai aktivitas seperti biasa yaitu upacara bendera, tiap-tiap ketua kelas memimpin pasukannya masing-masing untuk merapihkan barisan. David yang menjadi pemimpin upacara langsung mengistirahatkan ditempat murid SMA negeri 3, pemimpin upacara memasuki lapangan upacara dan dimulainya acara.

Upacara bendera telah usai, seluruh siswa/i kembali ke kelas masing-masing untuk mulai menimba ilmu diawal tahun ajaran baru. Khanza dan Diba memasuki kelas namun sebelumnya kedua sahabat itu lebih mementingkan untuk mampir ke perpustakaan dengan niat meminjam buku fisika yang harus mereka perdalam. Setelah menemukan buku tersebut, Khanza dan Diba langsung memasuki kelasnya.

Suara langkah kaki menggema dipenjuru lorong kelas, seluruh murid kelas XII IPA 2 yang biasanya berisik seperti pasar langsung diam dan duduk dalam keadaan sempurna saat Bu Devi walikelas mereka memasuki kelas bersama Seorang lelaki bertubuh tinggi 170cm, berkulit putih, mata yang sedikit sipit, bibir tipis, hidung mancung. Perempuan mana sih yang tidak tertarik dengan anak baru itu, tatapan seluruh murid kelas XII IPA 2 langsung tertuju padanya.

"Assalammualaikum warahmatullahi wabarokatuh, selamat pagi anak-anak," ucap Bu Devi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, selamat pagi Bu."

"Duh, ganteng banget sih itu cowok. Cocok deh kayaknya kalau jadi pacar."

"Wah anak baru, saingan baru nih buat dapatin primadona dikelas ini, siapa lagi kalau bukan bebeb Khanza."

"Lumayan kayaknya anak orang kaya, bisa buat di jadiin temen biar bisa mentraktir setiap hari."

Itulah ucapan dari seluruh siswa/i kelas XII IPA 2, sementara Bu Devi langsung saja mengetuk spidol pada papan tulis agar murid dikelasnya fokus kembali.

"Siapa itu Bu, kayaknya akan bertambah nih murid dikelas kita ya Bu?" Tanya Dave pada Bu Devi.

"Betul sekali anak-anak, ayo, nak, kenalkan dirimu kepada teman-teman."

"selamat pagi teman-teman, perkenalkan saya Nathaniel Setiawan pindahan dari SMA di kota Surabaya." 

"Baiklah mungkin tidak ada yang ingin ditanyakan kembali. Nathan silahkan duduk bersama Khanza," Ujar Bu Devi.

"Ehh, tidak mau Bu, biarkan anak baru ini duduk bersama dengan-," Khanza menjeda ucapannya lalu pandangan matanya mengitari kelas mencari bangku yang kosong, namun tidak ada satu bangku yang kosong selain disebelahnya.

"Jangan membantah Khanza, cepat duduk kembali dan untuk Nathan silahkan duduk disamping Khanza!" perintah Bu Devi yang membuat Khanza diam, sementara Nathan langsung berjalan menghampiri meja Khanza.

"Hai Nathan, kenalin saya Salma sahabatnya Khanza," ucap Salma mengulurkan tangannya. 

"Salam kenal juga, Salma."

"Woy Khanza kenapa diam aja, engga mau kenalan gitu sama cowok seganteng Nathan?" tanya Salma dengan senyuman.

"Udah tau kok namanya tadi kan sudah memperkenalkan diri!" ucap Khanza dengan ketus.

"Maaf ya Nathan, dia memang orangnya seperti itu kok," ucap Salma.

Khanza  yang mendengar perkataan sahabatnya langsung memanyunkan bibirnya, sedangkan Nathan duduk disebelahnya lalu fokus pada pembahasan Bu Devi walikelas barunya. Seisi kelas memperhatikan materi yang diberikan Bu Devi tentang pertumbuhan dan perkembangan, kelas XII IPA memang mendapat predikat kelas terbandel untuk murid-muridnya. Tapi untuk masalah kepintaran dipelajaran IPA jangan dikira kelas Khanza ini tidak mendapatkan penghargaan, Bu Devi bahkan bangga dengan semua muridnya termasuk Khanza. Walaupun Khanza itu selalu saja menyela ucapannya, tetapi otaknya sangat jenius. Itu sebabnya dari kelas X dirinya selalu menduduki peringkat 1 dan disusul oleh Diba atau Dave.

**** 

Ting... Ting...
Bel istirahat berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. semua murid kelas pun telah sibuk dengan urusan masing-masing. seperti Khanza yang mencatat semua materi yang diberikan, sebelum Bu Devi keluar dari ruangan kelas Khanza beliau memberikan tugas kelompok penelitian terhadap pertumbuhan pohon toge.

"Em,, maaf Khanza, kapan kita akan mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh Bu Devi?" tanya Nathan dengan sedikit ragu.

"Nanti aja, lagian masih ada waktu sampai dua Minggu lagi kan. Ayo Dib, Sal, kita ke kantin untuk makan," ajak Khanza lalu menarik kedua tangan sahabatnya.

Sedangkan Nathan lelaki itu sedang duduk sambil memasukkan kembali buku biologi, Dave dan juga ketiga sahabatnya menghampiri Nathan untuk menjalin pertemanan.

"Udah jangan dimasukin ke hati omongan bebeb Khanza, dia memang orangnya begitu. Ayo kita ke kantin untuk makan dan mencari cewek cantik," ajak Dave sambil merangkul Nathan.

💐💐💐

Sementara di kantin, seluruh murid SMA negri 3 memandangi kearah tempat duduk yang ditempati oleh Nathan beserta Dave. Yang mereka lirik bukanlah Dave melainkan siswa baru menjadi incaran seluruh murid SMA itu, seorang gadis cantik berjalan menghampiri meja Dave dan duduk disamping Nathan.

"Hello ganteng, kenalin nama saya  Fransiska. Cewek tercantik disekolah ini, dan seorang wakil ketua OSIS. Kalau boleh tau nama kamu siapa?" tanya Fransiska sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Apa sih Sis, kamu suka tiba-tiba langsung duduk aja. Nanti dicariin sama Samuel aja baru tau," ucap Dave dengan sewot.

"Ye, bilang aja kamu sewot, Dave. Uluh, gimana bisa dapetin hati Khanza, kesian banget sih belum juga diakui pacarnya udah kepedean duluan." Sahabat dari Fransiska hanya bisa tertawa melihat ekspresi wajah Dave yang meredam emosinya.

"Bisa diam engga sih kalian semua, dan untuk Fransiska yang paling cantik. Sekarang juga tinggalin meja kita, sekarang!" ucap Daniel dengan penuh penekanan.

Fransiska yang tersulut emosi langsung ditarik tangannya oleh Samuel untuk menjauhi meja Dave, begitu juga dengan geng dari Fransiska. Khanza yang melihat kegaduhan dimeja Dave hanya bisa tersenyum, tatapannya bertemu dengan Nathan yang sedang menuangkan saus pada mangkuk bakso.

"Hei Nathan, kamu kira-kira aja mau makan bakso sepedes itu," ucap Dave membuyarkan lamunan Nathan.

"Ya Tuhan, duh bagaimana ini? Ehh iya yang kalian kan belum dikasih saus, nih saya bagi ya." Nathan langsung menuangkan saus yang ada dimangkuknya ke dalam mangkuk Dave dan sahabatnya yang lain.

Mereka semua menghabiskan jam istirahat dengan mengisi perutnya masing-masing, setelah itu kembali ke kelas. Khanza yang mendapatkan panggilan dari ketua OSIS disuruh kumpul diruangan serbaguna sebelum memasuki kelasnya, Khanza dan Adiba berpamitan pada Salma untuk ke ruangan serbaguna terlebih dahulu, sementara Nathan yang melihat Khanza acuh padanya pun hanya bisa tersenyum tipis.

TBC

BukuBatik

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro