46 | 1 Malam Bertiga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

⚠️ WARNING ⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.

[pythagoras]

.

.

.

.

Saat Emanuel melihat jam tangannya, waktu menunjukkan pukul delapan malam. Bus yang mereka tumpangi masih belum sampai tujuan. Kemungkinan masih beberapa menit lagi untuk sampai kalau melihat gmaps di ponselnya.

Keadaan bus cukup hening, tak seramai tadi siang dimana anak-anak memenuhi bus dengan suara nyanyian dan lainnya. Mungkin mereka sudah lelah, seperti Alta di sampingnya. Anak itu sudah tidur sejak tadi sambil menyandar di bahunya. Hal itu membuat pergerakan Emanuel harus terbatas karena takut Alta terbangun.

"Aa~ lucunya..." gumam Emanuel saat melihat wajah tidur Alta.

Ia membuka aplikasi kamera pada ponsel dan diam-diam memotret Alta saat tidur. Dan di tengah kegiatannya memotret tiba-tiba kepala Alta bergerak gusar. Alis anak itu menyatu tak tenang. Sepertinya Alta sedang bermimpi buruk dalam tidurnya. Emanuel lantas menaruh ponselnya dan mengusap pucuk kepala Alta dengan tangannya.

"Tidur lagi, ada Kak Manu di sini..." ujarnya tak menghentikan usapan pada rambut hitam Alta. Rambut itu terasa begitu lembut.

Setelah beberapa saat, Alta kembali tenang dalam tidurnya. Emanuel bernafas lega.

Belasan menit berlalu, akhirnya bus mereka berhenti di tujuan. Sebuah penginapan luas untuk kegiatan study tour selama 3 hari 2 malam kali ini. Anak-anak dalam bus mulai gaduh untuk segera turun. Dan Alta yang baru saja terbangun masih mengumpulkan nyawanya.

"Udah sampai ya, kak?" tanya Alta sambil mengucek matanya. Hal itu sangat lucu di mata Emanuel.

"Iya, udah. Gimana tidurnya, enak?" tanya Emanuel. Alta mengangguk dengan gemas.

Di saat Emanuel menikmati wajah Alta yang sedang gemas-gemasnya. Dua anak yang kelebihan kalsium tiba-tiba berdiri di samping mereka berdua. Dengan wajah yang, marah? Itu yang Emanuel lihat.

"Ta, ayo turun! Sampai kapan mau berduaan di sini terus!"

Alta menatap kearah Wiku yang baru saja berucap. Matanya masih terasa berat untuk dibuka. Lantas tiba-tiba tubuhnya diangkat dari kursi begitu saja. Raga yang mengangkatnya dan membawanya keluar dari bus masih dalam keadaan nyawa yang belum lengkap. Wiku mengikuti di belakang setelah memberikan tatapan mematikan pada Emanuel.

"KELAS 11 IPA 5 KUMPUL DI SINI DULU!" teriak Kenzo.

Sontak Raga membawa Alta yang masih terlihat mengantuk itu untuk berkumpul di tempat Kenzo berdiri. Di samping Raga ada Wiku yang senantiasa mengikuti meski sedikit jengkel melihat Alta yang dipegangi Raga.

"Lo masih ngatuk, Ta?" tanya Wiku pada Alta yang mencoba berdiri sendiri dengan mata hampir tertutup.

"Enggak..." jawab Alta yang tentu berkebalikan dengan wajah mengantuknya.

Kenzo di depan sana mulai mengabsen teman-temannya satu per satu dari depan hingga ke belakang tempat Alta, Raga dan Wiku berada. Merasa sudah lengkap Kenzo berniat kembali ke depan, tapi mendadak ia teringat sesuatu. Kenzo kembali pada trio Alta, Raga dan Wiku.

"Eh, kalian yang satu kamar cuma empat orang 'kan?" tanya Kenzo.

"Iya, kenapa Ken?" Wiku menimpali.

Kenzo terlihat menatap layar ponselnya sejenak. "Alta, Raga, Wiku, sama Dion. Oh bener. Dion ga ikut study tour karena waktunya bertentangan sama lomba katanya. Jadi nanti kalian sekamar cuma tiga orang"

"Apa? Cuma tiga orang?" Alta yang semula mengantuk langsung sadar 100% mendengar ucapan Kenzo.

"Iya, kenapa Ta?"

Alta menatap dua Wiku dan Raga di sampingnya bergantian. Kemudian menatap Kenzo lagi. "Lo mau tuker kamar sama gue ga?" ucap Alta dengan nada memohon pada Kenzo.

"Lah kenapa?" tanya Kenzo bingung.

"Heh, nggak-nggak! Ga ada tuker kamar! Lo udah setuju waktu itu, Ta!" seru Wiku tak menyetujui niatan Alta.

"Ya gue setuju karena tau bakal ada Dion. Sekarang Dion ga ikut, gue ga mau sekamar sama kalian!" kesal Alta.

Raga membungkam mulut Alta yang ingin kembali berdebat dengan Wiku. Anak itu memberontak tapi Raga tak peduli. Ia menatap Kenzo dan menyuruh anak tersebut untuk melanjutkan tugasnya. Ia lantas kembali pada Alta yang masih berada dalam bekapannya. Alta menatapnya sengit.

"Lo tenang aja, gue ga bakal apa-apain lo. Asal lo sendiri ga goda gue..." ucap Raga sambil tersenyum aneh.

Sontak Alta mendorong tubuh Raga dengan kuat menjauh darinya.

"Tuh mulut gue iket ya lama-lama!" ini Wiku yang berbicara karena kesal dengan ucapan Raga. Tatapannya sinis. "Lo berani macem-macem gue patahin tangan lo!" ancam Wiku.

Raga? Tentu tak peduli.

...

Akhir dari segala lelah Alta selama di perjalanan. Ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur begitu sampai pada kamar menginapnya. Membiarkan kopernya di urus oleh dua makhluk yang baru saja masuk.

"Ta, koper sama tas lo gue taruh sini ya" ucap Wiku sambil menaruh koper dan tas Alta di dekat meja televisi.

"Hm"

Dalam satu kamar yang cukup luas ini ada dua ranjang dengan ukuran berbeda. Satu kecil dan satunya besar yang sedang dihuni Alta tidur tengkurap. Ada kamar mandinya juga di dalam. Raga sedang menggunakannya sekarang. Wiku sendiri membongkar kopernya untuk mencari baju ganti. Ia juga butuh mandi setelah ini.

"Ta, lo ga ganti baju? Itu baju dari tadi siang udah pasti bau" ujar Wiku duduk di kasur yang kecil. Ia menatap Alta yang masih tengkurap.

"Iya, nanti aja. Lo duluan" gumam Alta.

Wiku terkekeh. Sepertinya Alta memang masih sangat mengantuk.

Raga baru saja keluar dengan wajah yang lebih fresh setelah mandi. Pakaiannya saat berangkat tadi sudah berganti dengan sweater cokelat dan celana training. Wiku langsung buru-buru masuk ke kamar mandi membawa pakaian gantinya.

Melihat Alta yang tidur tengkurap di atas kasur. Raga dengan senyum jahil yang jarang ia tampakkan. Tubuh besarnya mendarat tepat di atas Alta. Sontak mata Alta terbuka dengan lebar.

"Sialan! Pergi dari atas gue!" berontak Alta.

Raga malah semakin merapatkan tubuhnya. Ia mendekatkan wajahnya pada rambut Alta dan mengendus bau dari sana.

"Lo meskipun keringetan tetep wangi ya" ucap Raga. Wajahnya turun ke leher Alta membuat anak itu merinding.

"Jangan aneh-aneh! Lo bilang ga akan ngapa-ngapain!"

"Tapi kalo sama lo susah kalo ga ngapa-ngapain. Kita bisa ajak Wiku juga"

"Bangsat, gue bilang pergi dari atas gue!" Alta semakin berontak. Tapi usahanya sia-sia karena tubuh Raga terlalu berat.

Raga tertawa. Ia menggesekkan miliknya yang tertutup celana training dengan pantat Alta yang membuat anak itu menegang seketika. Raga berulah lagi. "Lo ga mau makan sosis, hm?"

Alta mengumpulkan tenaganya dan membalik tubuh Raga dengan sekuat tenaga. Ia lantas bangkit untuk pergi, tapi Raga menarik tubuhnya kembali hingga jatuh di paha anak itu.

"Mau kemana?"

Suara berat Raga benar-benar membuat tubuhnya bergidik. Raga memeluknya dari belakang, kembali mengendus lehernya. Dan kemudian, ia bisa merasakan kalau lehernya dijilat.

Duak!

Alta membenturkan kepala belakangnya dengan kepala Raga. Pelukan Raga langsung lepas dan dirinya langsung berlari pergi memasuki kamar mandi begitu Wiku keluar. Wiku yang tidak tau apa-apa hanya memasang wajah bingung.

...

Pukul sembilan malam, semua siswa di kumpulkan di ruang makan besar pada penginapan. Mereka melaksanakan makan malam sebelum balik tidur. Jujur saja Alta awalnya berniat tak ingin ikut makan malam dan langsung tidur karena mengantuk. Tapi perutnya tidak satu pikiran dengannya.

Dengan mata hampir menutup, Alta paksakan mulutnya untuk mengunyah dan menelan makanan. Mempertahankan kesadarannya yang hampir dijemput alam mimpi. Tak biasanya ia sangat mengantuk seperti ini.

"Ta, udah selesai makannya?"

"Ya.." Alta menjawab setelah meminum air. Dan sekarang menaruh kepalanya di atas meja.

Raga mengambil piring makan Alta berniat membawanya ke belakang. Dan di saat itu Wiku juga menaruh piring di atas tangannya dengan wajah tersenyum minta dipukul. Tak ingin memancing keributan Raga terpaksa membawa tiga piring itu pergi. Tinggallah Wiku berdua dengan Alta.

"Jangan tidur di sini, Alta. Seenggaknya ke kamar dulu baru tidur" ucap Wiku.

Anak-anak yang lain sudah bubar ke kamar masing-masing setelah makan malam. Mereka seharusnya juga kembali. Tapi Alta malah tidur di sini.

"Ngantuk..." gumam Alta dengan mata tertutup.

"Ayo berdiri, gue bantu!"

Wiku mencoba mengangkat tubuh Alta dari kursi. Awalnya tubuh itu berdiri, tapi hanya tiga detik kemudian merosot ke lantai. Wiku mendesah, ia kembali mengangkat Alta. Sedikit susah karena Alta benar-benar sudah tertidur. Hoodie yang dikenakan Alta sempat terangkat membuat perut dan punggung putih Alta terekspos sempurna.

Sontak mata Wiku melotot. Ia menatap sekeliling. Semoga tak ada yang melihat aset-nya. Ia tak mau ada orang lain yang melihat tubuh Alta.

"Ta, astaga! Lo kalo udah tidur kenapa jadi kebo banget sih"

Wiku berjongkok di depan Alta dan menggendong Alta di punggungnya.

"Ekhem! Apa nih?"

Tepat di sampingnya ada Raga yang baru kembali dari menaruh piring.

"Apa? Lo cemburu?" ucap Wiku nyolot.

"Ck, ayo balik!"

"Dih aneh!"

Raga berjalan lebih dulu diikuti Wiku yang menggendong Alta ke kamar mereka. Begitu sampai di depan pintu, Raga langsung membukanya dengan kunci berupa kartu seukuran KTP.

Mereka memasuki kamar dan melepas sandal santai yang mereka kenakan. Wiku berjalan menuju kasur yang besar dan menaruh tubuh Alta di sana. Ia kemudian melepas sandal yang masih menempel di kaki Alta dan menaruhnya di sembarang tempat.

"Lo mau ngapain!" seru Wiku saat Raga mau merebahkan tubuh di samping Alta.

"Ya tidur, lo kira mau renang?" timpal Raga.

"Kan ada kasur yang lain. Kenapa harus di sini coba?"

"Lo aja yang di sana. Jangan nyuruh-nyuruh gue!"

"Gue mau di sini!"

"Ya udah, gue juga mau di sini!"

Akhir dari perdebatan malam itu. Raga dan Wiku akhirnya tidur satu ranjang dengan Alta di tengah. Seperti yang terjadi di rumah Wiku. Mereka berdua mengapit tubuh Alta hingga tak ada jarak yang terlihat. Sama-sama memeluk tubuh itu seperti sebuah guling.

_______________________

Terima kasih untuk yang udah vote dan komen di chapter sebelumnya

Ehem, lagi" trio krucil ku tidur bertiga~

Masih adem ayem tentrem, hmm
Belum ada tanda" badai menerjang ಡ ͜ ʖ ಡ

Sekali lagi kalo kalian nanti ga kuat boleh angkat tangan
_______

Note:
Typo sudah diminimalisir sedikit mungkin. Bila masih bertebaran harap dimaklumi. Jika ada salah kata dalam cerita, kalian bisa menegur dengan kata yang baik dan sopan.

Makasih (~ ̄³ ̄)~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro