Special | Mati Untuk Hidup

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam itu, saat Wiku memutuskan mengejar Emanuel. Berakhir dengan dirinya ikut di mobil Emanuel. Sebenarnya ia tak tau kemana Emanuel akan pergi. Tapi melihat reaksi Emanuel saat dirinya bilang Alta dibawa Om Hendery, ia yakin Emanuel tau sesuatu.

"Kak Manu, kita mau kemana?" tanya Wiku.

Emanuel yang fokus mengemudi melirik Wiku dengan ujung matanya. "Kita akan susul Alta"

"Kak Manu tau kemana Om Hendery bawa Alta?" tanya Wiku lagi dengan ekspresi kaget.

"Iya"

Setelah Emanuel menjawab itu, keadaan menjadi hening. Emanuel fokus dengan jalanan. Sedangkan Wiku sibuk dengan pikirannya yang dipenuhi banyak pertanyaan menyangkut Emanuel. Ada banyak hal janggal tentang hubungan laki-laki itu dengan Alta.

"Kak! Gue boleh tanya sesuatu?"

"Hm?" Emanuel lantas menoleh. "Tanya apa?"

"Kenapa kakak segitu pedulinya sama Alta? Bukannya, kalian juga baru kenal? Dan sekarang kakak bela-belain ngejar Alta yang dibawa Om Hendery. Apa sebenarnya hubungan kalian?"

Emanuel diam untuk sesaat. Dan diamnya Emanuel semakin membuat Wiku penasaran dengan laki-laki itu. Apa mungkin karena suka? Atau... apa?

"Hubungan kami sebenarnya itu—"

Drrtt! Drrtt!

Ucapan Emanuel terpotong oleh getaran ponselnya. Hal itu membuat Wiku mendesah saking penasarannya. Emanuel lantas segera mengangkat panggilan yang masuk, terhubung dengan handsfree di telinganya.

"Halo kak? Gimana?"

'...'

"Apa?!"

Teriakan Emanuel spontan membuat Wiku berjengit kaget. Laki-laki itu terlihat gusar begitu mendapat telepon. Apa yang terjadi? Batin Wiku.

"Ada apa?" tanyanya begitu Emanuel selesai menelepon.

Tatapan yang ditampilkan Eamanuel benar-benar membuatnya tidak nyaman. Ia mendadak gusar. Takut dengan sesuatu yang akan diomongkan oleh Emanuel.

"Alta..."

Jantung Wiku langsung berdetak dengan kencang begitu menyangkut Alta.

"Alta kenapa, kak?" tanya Wiku tak sabaran.

"Alta udah ketemu, tapi..."

"Tapi apa?" Wiku frustasi sungguh. Wajah Emanuel menunjukkan ekspresi kalau itu bukan berita yang baik.

...

Pria tinggi bermata biru itu segera berlari cepat saat melihat sosok berpakaian hitam yang berdiri di samping mobil Hendery menyalakan pemantik api. Dengan tangan besarnya, dia mencekal tangan si pria berpakaian hitam sebelum sempat pemantik itu jatuh pada genangan bensin di bawah mobil ringsek tersebut.

"Siapa? Lepaskan tanganku!" seru si pria berpakaian hitam. Beberapa kali memberontak, mencoba menarik tangannya dari pria bermata biru. Sayangnya tenaga pria bermata biru itu lebih besar.

"Jangan melakukan hal yang tidak perlu!" ujar pria bermata biru dengan nada rendah. Kemudian memelintir tangan orang di depannya sampai terdengar pekikan.

"ARGH! LEPAS!!"

"Seharusnya kalian sadar siapa lawan yang sedang kalian tantang. Tidak cukup dengan menculiknya di rumah tua itu, sekarang mencoba membunuhnya?"

Pemantik api itu jatuh dengan keadaan mati. Beberapa orang dengan pakaian berjas kemudian datang dan langsung memegangi si pria berpakaian hitam agar tak kabur.

Si pria bermata biru itu lantas berjongkok menatap ke dalam mobil yang sudah ringsek tersebut. Mata tajamnya langsung mengarah pada sosok Alta yang berlumuran darah.

"Joan, kakak datang..."

Dengan pelan ia mencoba mengeluarkan tubuh penuh darah itu dari dalam mobil dibantu anak buahnya. Begitu tubuh itu keluar dengan sempurna, ia membalutnya dengan jas panjang miliknya dan menggendongnya. Pandangannya kini beralih pada sosok Hendery yang sudah dikeluarkan oleh anak buahnya dari dalam mobil.

"LEPASKAN AKU?!" teriak Hendery memberontak pada cekalan anak buahnya.

Pria bermata biru itu tertawa, "Melepasmu? Setelah semuanya yang terjadi pada Joan?"

"Apa? Bahkan selama ini kalian hanya diam 'kan? Kenapa tiba-tiba datang dan peduli? Alta sudah bertahun-tahun bersamaku. Dia anakku?!" pekik Hendery lagi.

Tatapan merendahkan dan kemudian berubah menjadi dingin dan menusuk. Aura dominasi yang kuat di sekitar pria bermata biru itu membuat sekitarnya menjadi mengerikkan.

"Namanya Joan! Bukan Alta! Jangan mengubah nama seorang Giovanni dengan sembarangan!" geramnya dengan pandangan menusuk.

Kedua mata biru itu lantas melirik anak buahnya yang memegangi Hendery. "Ikat dia dan bawa ke markas organisasi. Kuliti dia perlahan dan cincang dagingnya. Kemudian berikan pada anjing-anjing disana untuk dimakan"

"Apa?! Sialan! Lepaskan aku?!" berontak Hendery lagi begitu mendengar ucapan tadi. Dikuliti? Dicincang? Itu benar-benar akan terjadi saat seorang Giovanni yang mengatakannya.

"Kematian seperti itu bahkan masih terlalu baik untuk manusia busuk sepertimu" tawa miring yang mengerikkan dari bibir pria bermata biru.

Hendery telah dibawa pergi menggunakan mobil. Kini giliran satunya. Pria berpakaian hitam yang tadi. Pria itu terlihat ketakutan menatapnya. Siapa yang tidak takut setelah mendengar percakapan seperti tadi.

"Kematianmu akan lebih mudah" ujarnya pada pria yang berniat membakar mobil Hendery.

"Javier!"

Seseorang datang sambil memanggil namanya, refleks ia menoleh. Pria yang memiliki wajah lebih hangat dari pria bermata biru itu. Ekspresi orang itu langsung khawatir saat melihat tubuh dalam dekapan Javier, pria bermata biru.

"Emanuel akan segera datang. Oh, apa Joan baik-baik saja?" tanya pria yang baru datang itu.

"Ya, dia baik-baik saja. Setidaknya Joan masih hidup" Javier berucap sambil menatap wajah penuh darah dalam gendongannya. "Tolong gendong Joan sebentar, aku harus menyelesaikan sesuatu"

Setelah memindahkan tubuh dalam gendongannya ke pria berwajah ramah itu, Javier beralih pada pria yang masih dicekal oleh anak buahnya. Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya sambil menatap tajam.

"T-tolong ampuni aku. A-aku tidak berniat untuk membunuh anak itu. Aku... aku hanya disuruh" mohon pria berpakaian hitam itu.

"Aku sudah tau. Permohonanmu tidak akan ku kabulkan!" Javier menyunggingkan senyum miringnya. Pisau lipatnya lantas menembus perut kanan pria itu. Ia menusuknya dengan dalam. Hanya satu tusukan yang langsung membuat darah mengucur deras. Pria tadi berteriak kesakitan, tapi Javier tak peduli. "Taruh dia di dalam mobil dan bakar keduanya!"

Perintah itu langsung dilaksanakan oleh anak buahnya. Javier lantas kembali menggendong sosok Alta, membawanya menuju mobilnya diikuti pria berwajah ramah tadi.

Di sebelah mobilnya, baru saja datang sosok Emanuel yang keluar mobil dengan tergesah bersama Wiku.

Sontak Wiku yang melihat tubuh Alta bersimbah darah di dekapan Javier membuatnya terkejut.

"Apa yang terjadi sama Alta? Kalian berdua siapa? Apa yang kalian lakuin sama Alta, hah?!" pekik Wiku. Ia berniat mengambil tubuh Alta dari pria di depannya.

Tapi Javier lebih dulu mundur untuk menghindar.

"Jangan coba-coba sentuh Joan!" peringat Javier. Tatapannya beralih pada Emanuel.

"Joan baik-baik aja 'kan, kak?" tanya Emanuel.

"Iya, dia masih hidup meski sekarang terluka parah. Aku akan segera membawanya pulang untuk perawatan..."

Lirikan mata Javier mengarah pada Wiku lagi. Seketika tubuh Wiku membeku karena tatapan mengerikan tersebut. Belum lagi ditambah cipratan darah dimana-mana. Pria berkulit gelap dengan mata biru itu, benar-benar sanggup mengintimidasi orang hanya dengan tatapannya.

Javier lantas kembali pada Emanuel. "Urus mayat di mobil terbakar itu. Buat seolah-olah itu adalah sosok Alta. Dan kembalilah setelah semua urusan di sini selesai!" perintah Javier.

Emanuel mengangguk mengerti. Setelah itu Javier pergi dengan mobilnya membawa tubuh Alta. Hanya tinggal Emanuel berdua dengan Wiku yang sempat berontak ingin mengejar mobil Javier.

"Kak Manu apa maksudnya? Siapa orang itu? Kenapa kakak biarin dia bawa Alta?" ujar Wiku tak terima.

"Seperti yang kamu dengar, saya memanggilnya kakak. Dia kakak saya" jelas Emanuel.

"Apa? Tapi kenapa Alta dibawa sama dia?"

Emanuel memegang bahu Wiku sejenak untuk menenangkan. Ia kemudian membuka kemejanya di bagian bahu kanan, menunjukkan sesuatu.

"Kamu lihat tato ini? Dan tadi, tato yang sama di leher kakak saya. Tato ini sama dengan milik Alta bukan? Hanya berbeda tempatnya"

Ucapan Emanuel lantas membuat Wiku terkejut. Apalagi saat melihat tato yang sama dengan milik Alta di bahu laki-laki tersebut. Dokter UKS itu, Emanuel. Siapa sebenarnya?

"Kenapa bisa? Kak Manu siapanya Alta?" tanya Wiku masih belum selesai dengan keterkejutannya.

"Kamu tentu tau kalau sebenarnya Hendery bukan Papa kandung dari Alta. Saya dan orang tadi, kami berdua kakak kandung Alta. Ah, bukan! Namanya bukan Alta, tapi Joan"

Lagi, Wiku dibuat terkejut dengan fakta yang diungkapkan Emanuel. "A-apa..."

"Saya minta bantuan kamu, Wi. Tolong rahasiakan ini. Jangan beritahu siapapun kalau Alta masih hidup, termasuk ke Raga. Di sana..." Emanuel menunjuk mobil yang terbakar dengan kobaran api besar. "...Alta udah meninggal karena kecelakaan itu. Anak bernama Alta udah mati. Kamu harus membawa fakta itu nanti"

"Tapi kenapa? Alta masih hidup, dia belum mati" Wiku dengan keras kepalanya.

"Kamu mau Alta bahagia 'kan? Dia akan pulang bersama kami. Dia akan bahagia di sana, dengan keluarga kandungnya. Alta ga akan menderita lagi seperti di sini. Kamu paham 'kan?" Emanuel menatap Wiku penuh harap.

Wiku menatap kosong tanah di bawahnya. "Itu artinya, gue ga bisa ketemu Alta lagi?"

"Semua demi kebaikan Alta, Wi. Kamu lupakan dia, dunia kalian sekarang berbeda. Alta bukan anak remaja biasa seperti kamu. Dia bagian dari kami yang bisa membunuh orang tanpa belas kasih"

Lama hening melanda. Hingga suara sirine polisi datang bersama ambulance. Emanuel segera bersiap dengan rencananya. Ia menatap Wiku yang masih diam, menunggu anak itu untuk segera bereaksi.

"Wiku..." panggilnya.

"Oke, kalo emang itu yang terbaik buat Alta. Ayo jalankan rencananya" ucap Wiku dengan wajah serius.

Emanuel tersenyum senang mendengar itu. "Terima kasih, Wiku! Dan setelah ini saya harap kamu dan Raga berhati-hati. Karena Javier, kakak saya itu tidak akan membiarkan orang yang pernah menyakiti Alta bisa hidup tenang"

Wiku impostor uhum
(◍•ᴗ•◍)

Di sini kejawab, siapa nama pria mata biru itu

Positif banget kalian kalo sosok Alta itu masih hidup ಡ ͜ ʖ ಡ

Untungnya iya, hwhwhw

Tapi Joan itu cuma nama panggilan waktu kecil, bukan nama asli
(≧▽≦)

...

Sebenarnya kalian udah cukup sampai di ending kemarin juga ngga apa-apa

Karena selanjutnya adalah kisah 'Joan' yang berbeda dari di sini

Joan akan mencari sosok 'dia'. Tapi Raga sama Wiku masih ngga lepas sih. Soalnya mereka juga takdirnya sama Joan
(◍•ᴗ•◍)

...

Itu lambang keluarga Giovanni
Semua anggota keluarga punya tato itu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro