Warna merah jambu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

     Diantara lorong-lorong gua yang menganga namun pekat oleh cahaya kunang-kunang, sang kurcaci duduk lemas tak berdaya menyambut kedatangan keganasan yang baru saja dilihat mengunakan mata kecil berwarna hijau miliknya. Sementara ke-lima orang yang baru saja menampilkan drama kolosal abad pertengahan menimbang-nimbang untuk merampas rampasan perang berupa pedang milik musuh yang baru saja tumbang dengan nasib yang malang.

   Perlahan namun pasti mat
a kecil nan imut itu membuka matanya namun seakan otaknya berfikir bahwa sebenarnya merekalah para bandit yang biasanya menyerang para penjelajah gua nan angker ini karena berjuta-juta suara teriakan pernah mengema di dalam dinding-dinding gua yang mungkin bercerita mengenai nasib malang korban kebiadaan manusia dengan alam.

Sehingga kali ini ia tertidur untuk keselamatan dirinya....
“ kalian menyangka bahwa kurcaci ini pasti baik,siapa tahu dia adalah seorang kriminal? “ ucap aku sembari memandang dengan antusias wajah imut bak anak TK yang kini dicuriga sebagai seorang kriminal yang bernasib agak beruntung daripada mereka yang telah terbujur kaku.

    Yang lainnya nampak tak terlalu peduli dengan kurcaci tersebut,mereka memeriksa senjata sembari bergurau dengan suara yang hampir tak terdengar oleh mereka yang tak mau mendengar ocehan yang tak jelas dari mulut yang kurang berpengalaman dalam berpidato.

Sementara Arif yang mengaku memiliki IQ diatas rata-rata kemudian mendekati diriku sembari hendak memberikan petuah atau setidaknya omongan mengenai apa yang akan dilakukan selanjutnya.

“ kau setidaknya sudah tahu bahwa perlengkapan perang hasil rampasan semacam ini berkualitas rendah? “ saran Arif yang lebih mirip sebuah penolakan terhadap barang-barang hasil memungut pedang milik musuh.

“ bahkan aku mendengar sebuah kutukan bahwa barang orang yang telah meninggal memilki nasib sial didalamnya “ sambung Edo ketika mendengar suara Arif yang terdengar sampai gendang telinganya.

   Mendengar ocehan mengenai mitos tersebut Arif hanya mengelengkan kepala tanda tak setuju sedangkan Edo yang tidak terima dengan tanggapan dari Arif kemudian mendekat hendak membantah bahasa tubuh berupa penolakan sekaligus perendahan harga diri.

“ jiwa mereka yang tersesat kedalam neraka masuk kedalam benda-benda tersebut untuk mencari perlindungan, benda tersebut telah dikutuk dan seharusnya dibakar dalam api penyucian “ pendapat Edo kemudian hendak pula ditentang oleh Arif yang tak percaya akan mitos-mitos diluar nalar semacam ini yang dinilai kurang beradab dalam peradaban modern namun ditengahi oleh diriku.

“ cukup...,lebih baik tinggalkan semua rampasan perang ini. Biasanya aku tertarik dengan barang semacam ini namun rasanya benar kalau benda ini berkualitas buruk serta mungkin pula sudah dikutuk oleh iblis “ ungkapku sembari menyuruh Bones dan Louis untuk meninggalkan pedang serta beberapa harta berupa sekeping emas yang ditemukan dalam salah satu saku milik musuh.

    Louis dan Bones serasa tak rela bila mereka harus melepaskan rampasan perang beserta sekeping emas tersebut. Mereka bisa merelakan rampasan perang yang masih terbilang kualitas rendah tersebut akan tetapi mengenai sekeping emas tersebut ternyata mereka belum bisa merelakan apalagi membakar dalam api penyuciaan.

“ bolehlah aku ambil sekeping emas ini siapa tahu kita membutuhkan dalam perjalanan? “ desak Bones nampaknya belum rela benar dengan keputusan yang telah ada.

“ tidak Bones....,biarlah itu untuk suap sang malaikat maut untuk menyebrangi alam akhirat. “ ucap Edo teringat dengan mitos Yunani kuno yang biasanya dibaca sebelum tidur sembari minum susu rasa strawberry.

    Bones menghela nafas panjang,siapa yang percaya dengan dongeng aneh tersebut?,atau siapa yang cukup bodoh dengan menyuap seorang malaikat hanya untuk menyebrangi sebuah danau pembatas antara dunia manusia dan dunia akhirat?. Namun lagi-lagi Bones menyerah untuk meyakinkan Edo,dirinya beralih memandang kepada Arif yang tampaknya lebih waras daripada kedua temannya, namun Arif hanya diam tak berkutik dengan keputusan musyawarah dadakan yang tak dilakukan secara voting seperti biasanya.

   Louis meletakan pedang sembari berharap bahwa arwah mereka tenang dialam sana,walaupun dirinya sendiri yang membunuh manusia tersebut akan tetapi dalam perangpun manusia masih memiliki harga diri walaupun dirinya sudah bukan manusia lagi. Bones memandang dengan perasaan jengkel yang kemudian tertutupi oleh saran yang dikemukakan oleh sang profesor.

“ kita akan membawa kurcaci ini bukan?. “ tanya Arif untuk mendorong rasa pikir kritis dari teman-temannya yang nampaknya tak terlalu berharap bahwa kurcaci tersebut akan ikut dengan mereka namun meninggalkannya juga bukan ide yang bagus.

“ kita bawa dia sampai ke kota Hylf,baru setelah sampai ke sana maka kita percayakan kepada warga setempat. “ ucapku sembari meminta Louis untuk mengendong sang Kurcaci yang telah lemas akibat shock melihat kematian manusia yang begitu tragis.

   Dari arah dimana datangnya suara derap yang begitu teratur tampak makhluk seukuran keledai muncul dengan tiba-tiba,makhluk tersebut tampak kebingungan. Laju kakinya begitu tak terarah sembari mengendus sesuatu hal yang nampak tak asing bagi dirinya sendiri sementara matanya menerawang jauh menuju tim kami yang juga terkejut dengan penemuan binatang aneh nan ajaib ini.

“ ya ampun...!,aku tak percaya dengan apa yang telah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri “ teriak Edo sembari melompat-lompat kegirangan melihat hewan tersebut mendekati kami dengan jinaknya sembari melangkah pasti menuju arah sang kurcaci yang telah tertidur dalam kepura-puraan.

   Louis,Bones,Arif,serta Aku melihat dengan ketakjuban luar biasa tentang makhluk suci dalam mitologi tersebut sembari berdecak kagum tak mampu untuk mengucap kata-kata satupun dalam kamus kebahasaan yang tersimpan tak tersusun rapi dalam pikiran. Dengan warna khas para feminim,hewan tersebut melangkah nampak tak terlalu takut dengan kami bahkan ekor yang anggun tersebut juga nampak bergoyang-goyang tanda yang sama dengan anjing yang bermakna bahwa hewan tersebut sedang gembira dengan keadaan atau mungkin dengan kurcaci itu.

    Hewan tersebut mendekati sang kurcaci sembari mengendus kemudian menjilat-jilat pipi milik kurcaci yang membuat sang kurcaci kegelian dan membuat sandiwara tidurnya terbongkar juga. Namun nampaknya semua terpaku dengan hewan bernama unicorn tersebut.

   Tanduk sempurna yang terletak didahi,warna mata hitam yang nampak belo layaknya gadis perawan,bulu-bulu halus berwarna merah muda yang tentunya selembut sutra bila dipegang serta perilakunya yang amat jinak membuat kami semua justru malah terharu bisa melihat seekor unicorn yang nampak akrab dengan sang kurcaci yang nampak selayaknya pertemuan anjing yang setia dengan tuannya yang baru pulang dari luar negeri.

“ cukup...Berry,....cukup....hahaha”tolak sang kurcaci sembari menolak kegelian dengan mengelus manja kepada unicorn kesayangan kurcaci tersebut.

“ oh...ya,perkenalkan semuanya namaku Bunny sedangkan nama unicorn milikku ini namanya Berry. Terimakasih telah menyelamatkan diriku dari 3 orang yang tadi mengejarku.” Ucap kurcaci yang ternyata pemilik unicorn serta bernama Bunny.

   Semua mata seakan membisu tak mampu berkata ataupun merespon akan apa yang baru saja mereka lihat dengan mata kepala mereka,kuda Unicorn berwarna pink?. Mungkin hanya bila kita melihat kartun lucu dipagi hari maka kita akan menemukan seekor kuda Unicorn berwarna pink,akan tetapi kali ini agaknya berbeda bila kita mengelusnya secara langsung.

   Kuda Unicorn tersebut berhenti menjilati wajah Bunny yang mulai kewalahan karena sensasi rasa geli,Unicorn tersebut memandangi kami seraya mengendus-endus bau badan milik kami yang berbau khas milik manusia abad 21an.

“ silahkan kalian berkenalan dengan Berry,ayoo...mendekatlah pada Berry. “ sapa Bunny tersenyum kemudian meminta kami untuk mendekat mengelus surai Unicorn.

    Surai berwarna pink ternyata sangat halus,tak ada satupun rambutnya yang bersifat tak lurus. Kuda tersebut tampak mengoyang-goyangkan ekornya sembari kepalanya menganguk-nganguk kemudian menjilati tangan kami yang digunakan untuk mengelus kuda tersebut.

   Tapi sebuah pertanyaan baru muncul,mengapa keindahan semacam ini muncul dalam sebuah dunia tanpa kasih sayang?

#BlackHistory
#tunggucaptherselanjutnya
   Segala jenis pertanyaan dari pembaca silahkan tanyakan dikolom komentar....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro