8. Meet Bangtan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kalau kebahagiaanmu membuatku tenang, takan kubiarkan orang lain membuatmu kembali menangis.

———

"Loh Nay, kok masuk? Eomma baru aja mau kesana loh." kata Mrs. Im.

Nayeon masuk perlahan dan Mrs. Im baru menyadarinya ketika dia sudah sampai ruang tamu. Nayeon mengulas sebuah senyuman.

"Nggak pa-pa, lagi pengin main piano aja," kata Nayeon.

"Ya udah, hati-hati naik tangganya." kata Mrs. Im.

"Oke," jawabnya.

Perlahan tongkatnya menuntun menuju ke tangga. Perlu diketahui ia mudah hafal jalan dan setiap tempat di rumah itu karena keramik yang didesain khusus untuk membantunya. Untuk kekamarnya dibuat lebih banyak agar ia tak kebingungan karena kamarnya ada di lantai atas.

Begitu ia sudah masuk ke kamar bukannya langsung memainkan piano, ia justru tiduran di atas kasur.

Jinyoung.

Park Jinyoung.

Arghh kenapa ia harus bertemu pria itu lagi? Jinyoung sudah menghianatinya, dia pergi dan memilih bertemu selingkuhannya. Walaupun kala itu ia dan Jinyoung masih duduk di bangku kelas 1 SMP, tapi namanya sudah jatuh cinta kemudian dikhianati pastilah sangat sakit.

Kalau mengingat pasti juga menyakitkan. Apalagi ia sekarang menjadi tunanetra, mulai senin nanti ia akan berangkat sekolah pastinya akan bertemu teman yang sama sepertinya. Tapi walau tak yakin juga.

Tapi setidaknya dengan bersekolah ia takan bertemu Jinyoung saat siang, tapi tak yakin saat malam.

"Jin...young," gumamnya.

Ia memejamkan matanya dan kembali membuka, ia selalu melakukannya disaat sedikit kepikiran walaupun sama saja dunianya akan tetap gelap sampai saat ini.

Ia bangkit dan mencoba meraba dimana piano kesayanganny berada. Setelah berhasil mengetahui letaknya, ia menarik kursi terdekat yang tersentuh oleh kakinya dan duduk di depan piano.

Nayeon mencoba mengetest tust piano agar nada yang diinginkan pas. Setelah dapat ia mencoba memainkannya.

Lagu kesedihan yang ia mainkan. Entahlah, hanya jemarinya menuntunnya untuk melantunkan lagu entah judulnya apa, yang jelas ia merasakan sedih saat mendengarnya.

"Nay?"

Kini ada yang memanggilnya lagi. Tapi bukan Jinyoung tapi Taehyung. Ia menghentikan permainannya sejenak saat namanya terpanggil.

"Ada apa?" Nadanya terkesan dingin, berbeda dari sebelumnya.

Taehyung mendekat dan menarik kursi lain untuk duduk di samping Nayeon. Ia ikut memainkan beberapa nada sebelum akhirnya berhenti juga.

"Lo marah sama gue? Nada lo dingin tau." kata Taehyung.

Jujur ia merasa aneh dengan nada dingin Nayeon, walaupun ia tau penyebabnya pria tadi tapi setidaknya ia harus memastikan sesuatu.

"Tidak. Hanya.."

"Lo kenapa? Karena pria tadi?"

Nayeon terkejut. Bagaimana mungkin Taehyung tau? Apa jangan-jangan Taehyung berada disana dan melihatnya dengan Jinyoung? Tapi Taehyung tak tau apapun tentang hal itu.

"Dia mantanku, Jinyoung." kata Nayeon dengan berat hati.

"Apa lo masih marahan sama dia?"

"Entahlah, hanya mendengar semuanya membuatku teringat masa laluku. Aku hanya.. Benci padanya."

Tetesan bening mulai keluar dari pelupuk matanya. Ia saat ini butuh sandaran untuk membuatnya bertahan.

Taehyung langsung memeluknya dan menenangkan Nayeon. Nayeon terkejut tapi perlahan ia membalas pelukan tersebut.

Setelah beberapa saat ia melepaskan pelukannya.

"Sory, reflek aja tadi."

"Iya nggak pa-pa. Makasih."

"Btw, lo suka main piano ya? Kok gue baru lihat pianonya."

"Oh, kemarin siang baru datang. Ini piano keluarga, pas pindah sempet ketunda karena bawanya susah."

"Lo mau nggak gue kenalin ke temen-temen gue?"

Nayeon mengangguk setuju. Seulas senyuman ia berikan sebagai tanda ia senang.

"Apa selain Jimin ya?"

"Iya lah. Masa si bantet doang yang gue kenalin."

"Bantet?"

"Dia bantet. Kalo lo bisa lihat juga bakal ngomong gitu."

"Iya deh."

✘✘✘

"Oh ini ya yang namanya Nayeon?"

"Cakep."

"Imut.. Gemezz!"

Jimin baru saja memperlihatkan wajah cantik Nayeon pada geng Bangtan kecuali Taehyung yang tak berada disana.

Jungkook baru paham benar wajah Nayeon setelah melihat foto Nayeon dari ponsel milik Jimin.

"Dia Cakep euy," kata Namjoon.

"Jangan naksir. Kayanya dia nggak mau pacaran sama lu deh Joon," kata Jimin.

"Lah emang kenapa?"

"Yang ada pacaran sama lo, tongkatnya sering rusak, jalan nabrak, kencannya gagal terus, lo kan sering banget rusakin barang orang sama kesandung terus." Kata Jimin membuat Namjoon menoyor kepala anak itu.

"Sembarangan. Gini-gini gue keren."

"Keren mbahmu! Rambut aja masih kriwil!"

Jimin berkacak pinggang, "Udah deh jangan ribut. Kata Tae, nanti sore kita kerumahnya. Deket banget anjirr rumahnya."

"Dari sini?"

"Goblok! Bukanlah! Dari rumah Tae cuma jaraknya beberapa rumah aja."

Mereka ber 'oh' ria. Tapi hanya Hoseok dan Yoongi yang terlihat biasa saja. Yoongi yang tidak minat sebenarnya dan ingin tidur harus gagal karena tawaran mereka apabila ia ikut akan ditraktir mochi ice cream kesukaannya.

Sedangkan Hoseok, beberapa menit yang lalu baru mendapat sms dari ayahnya kalau Tahun depan ia harus ikut casting di sebuah Agensi karena bakatnya di dance tidak boleh disia-siakan. Padahal tahun depan ia sudah mulai fokus ujian.

"Kuy, beli ciki yuh biar nggak ngerepotin banget pas main ke sana." Ajak Jimin.

"Lah emang disana nggak ada jajan gitu? Pasti udah disuguhin wedang juga kali, tamu kan raja." Kata Seokjin.

"Gobs. Nggak juga kali." Sahut Yoongi.

"Jangan lupa pake pakaiannya yang rapi. Ini main ke rumah anak gadis bukan ke club, nggak usah neko-neko." Kata Jimin mengingatkan. Pasalnya agar tidak terlihat buruk dimata kedua orang tua Nayeon. Eh? Kok berasa mau lamaran ya?

"Berasa tujuh orang mau ngencani satu gadis." Kata Namjoon.

"Kalem. Adiknya Tae, si Arin ikut." Kata Jimin.

"Asik.. Ada Arin." Jungkook kegirangan setengah mati.

"Halah si Kookie mah emang dasarnya demennya sama adiknya Tae gitu." Kata Hoseok melihat tingkah kekanakan Jungkook.

"Ya udah. Yuk pergi belanja, habis itu capcus ke rumah Tae, baru ke Nayeon. Keburu sore ini."

Mereka berenam pergi dari tempat andalan mereka yaitu sebuah rumah kecil yang biasa digunakan sebagai tempat nongkrong dan merokok.

———

Ting tong

Buru-buru sang pemilik rumah melangkahkan kaki menuju pintu rumah yang besar itu. Dilihat teman-temannya sudah datang semua dengan dandanan sedikit lebih rapi.

"Eh ayo masuk-masuk. Gue panggil Arin dulu," kata Taehyung.

Mereka berenam duduk di ruang tamu dan sudah ada Mrs. Kim yang mendatangi mereka. "Loh tumben rapi, mau kemana?"

"Diajak kenalan tetangga baru tante. Kan disini ada yang baru pindahan ya?"

"Iya. Dua keluarga, tapi satunya baru pindah kemarin. Oh Nayeon ya? Tadi jam 3 baru aja tante ke rumahnya, biasa urusan ibu-ibu."

"Oh ketemu mamanya Nayeon ya maksudnya tan?"

"Ho'oh"

Suara langkah cepat terdengar dari sana. Arin terburu-buru turun dari anak tangga dengan pakaian kasualnya dan celana biasa yang ia kenakan.

"Kak Seokjin!" Ia berlari menghampiri Seokjin yang sedang duduk itu.

Refleks Seokjin melebarkan kedua tangannya dan Arin memeluknya, menyisakan pandangan pilu seorang Jeon Jungkook yang tengah melihatnya. Iri sekali pada Seokjin yang sudah biasa dikenal Arin, sedangkan dirinya baru berteman dengan Taehyung saat masuk SMA.

"Dek Arin, cantik bener. Kakak seneng lihat kamu senyum," kata Seokjin sambil mengacak rambut Arin.

"Ih kakak jangan acak rambut aku. Jadi berantakan deh," Arin mempoutkan bibirnya.

"Gemesss."

Seokjin mencubit pipi Arin karena anak itu mengembungkan pipinya menampilkan kesan lucu.

"Udah deh, adek gue itu. Tapi kalo mau adopsi dia juga nggak pa-pa sih."

Perkataan Taehyung refleks membuat Mrs. Kim mengeplak dan menoyorkan kepala anaknya itu. Memang mulut Taehyung itu suka ceplas ceplos mengatakan hal yang aneh-aneh.

"Hus! Jaga omongan kamu! Gitu-gitu adik kamu!" Kata Mrs. Kim.

"Iya.. Iya.. Nggak usah Noyor juga kali, pantesan Arin suka noyor kepala aku." Kata Taehyung.

"Engga kok!" Tepis Arin.

"Halah kamu noyor kakak kalau nggak ada Mama." Kata Taehyung membela dirinya.

"Udah sih! Nggak usha berantem! Katanya mau ke rumah Nayeon." Kata Jimin sukses membuat semuanya terdiam.

Hoseok menjetikan jarinya, "Nah betul tuh. Yuk berangkat. Tante kami pergi dulu ya."

Setelah pamit mereka akhirnya berjalan menuju rumah Nayeon. Tak menggunakan kendaraan karena jaraknya yang dekat sekaligus mengirit bahan bakar. 

Sesampainya di depan rumah Nayeon, Arin langsung masuk karena pagar rumah tidak dikunci.

"Permisi tante," katanya sedikit lebih keras.

Mrs. Im yang posisinya ada di halaman samping, bergegas menuju ke sumber suara.

"Eh Arin. Mau ketemu Nayeon ya?" Tebak Mrs. Im.

"Eh iya tante. Kak Nayeonnya ada?"

"Ada. Sama temen-temen kamu ya? Masuk aja. Tante mau tanam bunga dulu. Nayeonnya ada di kamar, samperin aja. Kalau mau main di kamarnya juga nggak pa-pa," Kata Mrs. Im. Ia juga sednag kotor jadi tidak mungkin melayani tamu dulu, tanggung juga.

"Iya. Om tumben nggak ada tan?"

"Lagi lembur satu bulanan ini. Jadi pulangnya malem terus, eh kamu bisa nggak pulang sekolah jemput kak Nayeon? Nanti tante kasih uang jajan deh. Soalnya tante lagi buka usaha bikin kue rumahan."

"Siap tante. Makasih tante Im!"

Arin bergegas menuju Taehyung dan kawan-kawannya. Mereka semua memberi bahasa isyarat 'Bagaimana?'.

"Masuk aja. Yuk ke kamar Kak Nayeon! Boleh kok sama mamanya."

"Sip. Adik gue emang baik."

"Ihh tadi katanya nggak nganggep."

"Canda tadi mah."

Kedelapan orang itu masuk ke dalam rumah, dan begitu sudah ada di dalam mereka naik ke atas tangga dan menuju kamar Nayeon yang cukup luas. Sebelumnya Arin mengetok pintu terlebih dahulu.

'MASUK!'

Suara Nayeon dari dalam pintu terdengar tanda mereka diizinkan. Satu persatu masuk dan terpukau dengan kamar Nayeon yang begitu luas. Sekitar ukuran 10 × 7 meter dengan piano berada di dalamnya.

"Kak Nayeon!"

Arin memeluk Nayeon yang sudah dianggap seperti kakak kandungnya. Nayeon membalas pelukan tersebut sembari tersenyum.

"Bawa pasukan ya?"

"Ehehe iya." Arin menyengir.

"Kenalin kak, ini temen-temen kak Taehyung."

Arin mengode semuanya untuk memperkenalkan diri satu persatu. Mulai dari Seokjin hingga Jungkook. Nayeon mengangguk saja saat mereka berkenalan. Ia tampak senang mendengar suara teman-teman Taehyung selain Jimin.

"Aku, Nayeon. Im Nayeon. Kalian bisa memanggilku begitu."

Halo! Lagi rajin nulis nih😂 Maafku tak bisa lebih panjang lagi daripada ini.
Semoga suka sama chapter ini. Sory kalau kurang bagus alurnya, semoga nggak terlalu klise.

Jangan lupa ⭐nya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro