17.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seharusnya pertanyaan itu mudah dijawab bagi Minji, karena memang hubungannya dengan Yoongi masih biasa saja. Tapi entah kenapa lidahnya kelu, dan benaknya tenggelam dalam berbagai macam pikiran—antara bicara yang sebenarnya atau memilih untuk tak menjawab.

Taehyung mengambil kesimpulan sendiri dengan diamnya gadis itu. Memaksa tersenyum walaupun sebenarnya itu terlihat sebagai ringisan menyesal. Pria itu beranjak, membuat kedua netra Minji menatapnya setelah sadar dalam lamunan.

"Maaf kalau aku lancang," kata Taehyung lagi. Dia melirik jam tangan dan mengajak Minji untuk pulang. Hampir lupa kalau Minji sebenarnya sedang berada di tengah-tengah keramaian Myeongdeong karena pertanyaan terakhir Taehyung.

"Tidak apa-apa. Maksudku sebenarnya—"

"Akan kuantar kau pulang," sela Taehyung sebelum akhirnya tidak bicara apa-apa lagi. Hal itu membuat Minji kembali bungkam dan menyimpan jawaban di dalam benaknya.

Setelah empat puluh lima menit, Taehyung dan Minji sudah sampai di apartemen gadis itu. Tidak ada pembicaraan sampai akhirnya Minji pamit untuk masuk.

"Omong-omong, terima kasih," ujar Minji dengan raut wajah yang lebih bersahabat. Taehyung mengangguk, menyunggingkan senyum yang sedikit terbesit penyesalan.

"Sama-sama. Sampai jumpa di studio, kalau begitu."

Dan setelahnya Taehyung pergi begitu saja, tanpa ada gurauan yang biasanya dia lontarkan. Minji menghela napas, entah kenapa dia merasa kosong setelah Taehyung benar-benar pergi darinya.

~

Hari dimana pameran foto MY fotografi akan digelar semakin dekat. Semuanya tampak sibuk, tak terkecuali Minji. Sudah dua hari ini dia sibuk merevisi hal-hal yang dirasa Yoongi tidak cocok untuk dimasukkan ke buku.

"Lagi?" tanya Minji setelah dia melihat Yoongi melangkah ke arah meja kerjanya. Yoongi tersenyum, memamerkan gummy smile yang jarang terlihat.

"Sedikit saja, setelah ini kau bisa mengirimnya ke editor Hosmedia, siapa namanya?" Yoongi mencoba untuk mengingat, dan wajahnya menjadi begitu cerah ketika Minji menebak dengan benar.

"Seohyun, editor naskah Bahasa Korea dan Inggris. Wah, aku lega jadinya," kata Minji sambil meregangkan punggungnya, senang jika Seohyunlah yang menjadi editor buku ini. Setelah itu, Yoongi mengusap pelan kepala Minji sebelum kembali ke ruangannya.

Hubungannya dengan Yoongi mungkin terlihat seperti pasangan kekasih. Namun, sebenarnya tidak juga. Mereka jarang membicarakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Apalagi setelah Minji tahu bahwa dulu Yoongi sering menulis sajak-sajak setelah putus dari pacarnya. Namun, sayangnya tidak semua orang tahu hal itu.

Termasuk Kim Taehyung.

Semenjak seminggu yang lalu, kalau diteliti lebih jauh, sikapnya total berubah. Dia tidak lagi banyak bicara, atau melirik Minji di meja kerjanya. Dia sepenuhnya fokus terhadap pekerjaan, dan terkadang lupa untuk makan.

Jungkook sebenarnya ingin bertanya, tapi selalu tersela kemudian dia lupa terhadap pertanyaan itu. Dan pada akhirnya dia lebih memilih menyimpan pertanyaan itu sampai keadaan kantor benar-benar tenang.

"Taehyung, aku ingin—"

"Maaf, kau bisa minta tolong Jungkook untuk sementara waktu. Aku akan pergi melihat frame yang disediakan oleh pihak EO," potong Taehyung sebelum Minji bisa menjelaskan apa yang dia inginkan. Dengan canggung, Minji bergumam 'oke' kemudian ke meja Jungkook untuk minta tolong.

"Kalian sebenarnya kenapa sih?" tanya Jungkook pada akhirnya. Minji mengedikkan bahu.

"Tidak apa-apa. Kurasa karena kita semua sama-sama sibuk sekarang. Jadi, yeah begitu."

"Aku merasa kalian—"

“Jadi, Bagaimana? Apakah sudah oke?" potong Minji sebelum pembicaraan mereka menjurus kemana-mana.

Sementara menunggu, Minji menatap meja kerja Taehyung yang kosong. Taehyung benar-benar tampak menjauhinya. Atau memang ini hanya perasaannya saja. Karena sudah seminggu juga Taehyung menolak—dengan halus—jika Minji ingin minta tolong sesuatu.

"Sudah oke," teriak Jungkook yang memecah lamunan Minji. "Aku tidak tahu apa yang salah, tapi dua paragraf akhir tampak tidak terlalu mengesankan."

Minji seketika jadi panik. "Begitu, ya?"

Setelahnya dia sibuk dengan naskah seharian. Benar-bebar tidak ada waktu untuk bersantai-santai. Seohyun barusan menelpon, bahwa dia ingin naskah itu selesai sekitar sore hari nanti. Well, memang Seohyun editor yang sangat disiplin. Karena itulah hasil yang diberikan selalu bagus.

"Nih, kau perlu makan," kata Yoongi yang menyuapkan sebuah gimbap ke mulut Minji. Gadis itu mau saja, karena perutnya juga lapar. Jungkook sempat melihat hal itu namun dia tidak ingin berprasangka. Mungkin Yoongi seperti itu karena merasa bersalah karena deadline yang seharusnya bisa diberikan dua hari lagi.

"Terima kasih, tapi kau juga harus makan." Dan satu gimbap masuk ke dalam mulut Yoongi dengan paksa. Pria itu sedikit kesal, tapi justru mengundang tawa bagi Minji. Jungkook ikut bergabung, pada akhirnya. Karena dia paling tidak suka makan sendirian.

Taehyung sempat melihat itu semua. Dengan kedua matanya disaat dia kembali ke studio. Matanya sempat beradu tatap dengan Minji untuk beberapa saat. Namun, Taehyung cepat-cepat menghindar seperti biasanya.

"Hyung kau sudah makan?" tanya Jungkook. Taehyung mengangguk dan menjawab dengan deheman pelan. Ya, dia berbohong agar tidak bergabung dengan orang-orang itu.

~

Yoongi tahu bahwa Taehyung telah berubah belakangan ini. Dia juga tahu bahwa alasan itu karena Minji. Taehyung memang belum pernah berpacaran, tapi dia pernah tertarik dengan beberapa wanita. Dan sekarang dia sedang menunjukkan kembali tanda-tanda itu, hanya Yoongilah yang tahu. Yah, karena dia lebih lama kenal dengan bocah Daegu itu.

"Aku sudah melihat frame dan dekorasi yang akan dipasang di lokasi pameran. Sesuai dengan apa yang kita mau, tapi untuk frame rasanya kita harus bermodal sedikit." Taehyung menyerahkan beberapa foto kepada Yoongi.

"Yah, kau benar. Frame-nya tidak sesuai. Jadi, apa kau bisa membantuku untuk membelinya?" ujar Yoongi sambil melihat semua foto yang Taehyung ambil.

"Tentu, hyung. Aku akan senang melakukannya," jawab Taehyung enteng.

"Bagus, kalau begitu kau bisa pergi bersama Minji besok."

Taehyung hampir saja tersedak kopinya kalau dia terlambat menelan cairan itu. Dia menatap Yoongi dengan tatapan tidak percaya.

"Dengan Minji? Oh hyung, aku tidak mengerti kenapa aku harus pergi dengannya sementara ini tidak berkaitan dengan menulis sama sekali."

Yoongi terkekeh, menyederkan bahunya dengan satu cup kopi di tangannya.

"Pertama, karena gadis itu telah menyelesaikan naskahnya sore tadi dan menyerahkannya kepada editor. Kedua, karena masa kerjanya masih ada dan akan berakhir setelah pameran selesai," jelas Yoongi masih membaca dan menelaah salah satu foto yang diberikan Taehyung tadi.

"Dan yang ketiga, karena kau menyukainya."

Taehyung tersedak sekarang. Dia menatap Yoongi sambil meredakan batuknya.

"Apa kau bilang?"

Yoongi tersenyum dan melirik ke arah Taehyung.

"Karena kau menyukainya."

"A-aku tidak—"

“Jadilah laki-laki, Tae," potong Yoongi yang kemudian beranjak dari sofa. Taehyung masih diam di tempat dan tenggelam dalam pemikiran yang membuat kepalanya tiba-tiba pusing.

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro