FOURTY ONE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mobil Hyun Woo berhenti di depan Kantor Kepolisian Distrik Seoul untuk menurunkan Joo Heon.

"Hyung nanti pulang jam berapa?" ucap Joo Heon sembari bersiap untuk turun.

"Tergantung keadaan. Jika tidak semuanya lancar, aku akan pulang saat jam malam. Ada apa?"

"Tolong hubungi Chang Kyun dan katakan agar dia tidak pulang malam. Beberapa hari ini sepertinya anak itu pulang lewat tengah malam terus, apa yang sebenarnya dia lakukan?"

"Kau bisa menghubunginya sendiri, kenapa menyuruhku menggubunginya?"

"Aku sangat sibuk hari ini. Aku harus mengumpulkan lebih banyak poin lagi agar bisa mendapatkan promosi. Sudah, aku bekerja dulu."

Joo Heon lantas turun dari mobil, dan ucapannya barusan membuat senyum lebar terlihat di wajah Hyun Woo. Joo Heon bergegas menuju bangunan tempatnya bekerja, namun saat itu sebuah teguran datang dari Hyun Woo.

"Opsir Lee ..."

Joo Heon berbalik dengan dahi yang mengernyit. "Ada apa?" sahut Joo Heon.

"Kau melakukan semuanya dengan baik, berhati-hatilah."

"Eoh!" sahut Joo Heon, "cepat pergi dari sana, Hyung menghalangi mobil."

Hyun Woo kemudian pergi, sementara Joo Heon kembali melanjutkan langkahnya sembari memakai topinya.  Tak begitu lama setelah memasuki bangunan itu, Joo Heon kembali keluar bersama salah satu rekannya. Keduanya berjalan beriringan menuju sebuah mobil patroli dan tampak berbincang-bincang.

"Bagaimana dengan kasus pencurian di perkebunan kemarin?" tegur Joo Heon kepada rekannya dan duduk di bangku kemudi yang tidak lain adalah juniornya.

Choi Jun Hong, pemuda yang memasuki kepolisian satu tahun setelah Joo Heon. Usianya sama dengan Chang Kyun, namun pemuda ini memiliki tinggi di atas rata-rata. Bahkan saat pertama kali melihat pemuda itu, Joo Heon tidak yakin bahwa pemuda itu bisa berlari secepat dirinya. Namun setelah satu tahun bekerja bersama, pandangan Joo Heon tentang pemuda itu sedikit berbeda. Meski memiliki tubuh yang tinggi, Choi Jun Hong merupakan orang yang cukup tangkas. Dan satu poin tambahan dari Joo Heon, pemuda itu sangat naif, bahkan lebih naif dibandingkan dengan Chang Kyun ketika masih remaja.

Jun Hong mengemudikan mobil meninggalkan area parkir sembari menjawab pertanyaan Joo Heon. "aku tidak yakin jika pelakunya adalah manusia? Bisa saja itu ulah dari tikus, itukan lebih masuk akal."

Joo Heon menatap prihatin sebelum pada akhirnya tersenyum tak percaya. Tangannya dengan ringan langsung memukul kepala Jun Hong dengan gemas.

Sedikit kesal, Joo Heon berucap, "Tikus apanya? Sejak kapan tikus akan mencabut wortel, memetik cabai dan tomat lalu memasukkannya ke dalam karung?"

Jun Hong tersenyum lebar. "Aku sudah mendatangi pasar-pasar terdekat, tapi tidak ada pemasok sayur yang baru."

Joo Heon menaruh sikunya pada jendela mobil. Menggingiti kukunya sembari menyahut dengan malas. "Kau tidak akan pernah mendapatkan promosi dengan pemikiran sesederhana itu."

Jun Hong hanya bisa tersenyum sembari sekilas menggaruk bagian belakang kepalanya. Bekerja bersama Joo Heon memang cukup melelahkan. Bukan hanya fisik, melainkan juga batin. Opsir Lee itu cukup terkenal di divisi patroli dengan mulut pedasnya. Namun meski begitu kinerja orang ini tidak diragukan lagi.

Semua orang di divisi patroli menyebut Joo Heon sebagai si gila pemburu poin. Dia akan mengumpulkan poin sebanyak mungkin dengan cara menyelesaikan kasus sebanyak mungkin untuk bisa meninggalkan divisi patroli secepatnya.

Impian Lee Joo Heon adalah masuk ke Divisi Kejahatan Serius, dan untuk mencapai semua itu dia harus bekerja dengan sangat baik agar bisa dipromosikan.

Cukup jauh meninggalkan kantor, Jun Hong kembali memulai pembicaraan sembari memelankan laju mobilnya.

"Tapi, Hyung. Omong-omong ... bagaimana dengan kasus pemblokiran jalan secara ilegal yang terjadi minggu lalu?"

"Bagaimana apanya?"

"Tentu saja pelakunya, apa sudah ditangkap?"

Jun Hong menepikan mobilnya ketika mereka sudah sampai di titik lokasi patroli mereka hari ini.

Joo Heon menjawab dengan acuh, "siapa yang harus ditangkap jika tidak ada siapapun di tempat itu?"

"Bagaimana dengan rekaman CCTV?"

"Rusak."

"Bagaimana bisa?"

"Seseorang merusaknya." Joo Heon masih tampak tak acuh.

Jun Hong mengubah posisinya sedikit menghadap Joo Heon, terlihat cukup antusias dengan apa yang mereka bicarakan saat ini di saat Joo Heon justru tampak tak peduli.

"Tapi ... kenapa ada orang yang menutup akses jalan dini hari? Apakah itu hanya orang iseng?"

Joo Heon memandang Jun Hong dengan tatapan tertegun sebelum sudut bibirnya tersungging. Tersenyum tak percaya.

"Astaga ... kau ...." Joo Heon membenahi posisi duduknya dan terlihat tak sabar dengan sifat Jun Hong. "Dengarkan baik-baik ... jika itu dirimu, hanya jika itu dirimu. Apa yang kau pikirkan saat kau menutup jalan pada dini hari?"

Jun Hong sejenak berpikir sebelum pada akhirnya menjawab, "Tentu saja karena sedang terjadi kecelakaan."

Joo Heon tampak menyerah. Menggaruk wajahnya dan kehilangan minatnya untuk berbicara.

"Benar, kau harus melakukannya. Menutup jalan saat terjadi kecelakaan. Kau sungguh belajar dengan baik, Opsir Choi ...."

Joo Heon mencibir sembari keluar. Sementara Jun Hong yang tampak bingung pun turut keluar dari mobil.

"Aku memberikan jawaban yang benar, kenapa dia malah terlihat kesal?" gumam Jun Hong.

"Hyung," tegur Jun Hong begitu keluar dari mobil.

"Ada apa?" Joo Heon memandang pemuda itu.

"Aku akan mencari kamar mandi sebentar."

Joo Heon memandang sekitar ketika Jun Hong sudah berjalan pergi. Tempat mereka saat ini bukanlah tempat di mana mereka bisa menemukan kamar mandi. Joo Heon kembali memandang Jun Hong.

"Ya! Choi Jun Hong, tidak ada kamar mandi di sini. Pergi saja ke semak-semak!" lantang Joo Heon.

Pemuda itu kemudian bergumam, "Dia selalu saja seperti itu. Kenapa harus aku yang menjadi Partner-nya?"

Joo Heon kembali memandang sekitar dan berucap,  "Ouh ... benar-benar hari yang cerah. Apa kiranya yang dilakukan oleh Chang Kyun sekarang?"

Joo Heon merogoh ponselnya, memeriksa adakah pesan yang ditinggalkan oleh Chang Kyun. Namun sayangnya tak ada apapun di sana kecuali pesan spam dari kedai ayam goreng langganannya.

Joo Heon lantas mengeluh, "Eih ... bahkan dia lupa mengucapkan selamat pagi padaku? Kenapa anak itu terlihat sibuk akhir-akhir ini? Dia bahkan mengabaikan aku ... apa aku sudah membuatnya kesal? Eih ... mana mungkin. Anak itu tidak akan mungkin mengabaikan aku ... tapi kenapa dia tidak menghubungiku?"

Pada akhirnya pikiran positif Joo Heon berakhir ke sisi negatif. Dan jika ada seseorang yang mendengar keluhannya barusan, mereka pasti mengira bahwa Joo Heon tengah berkeluh kesah tengang kekasihnya. Namun seperti itulah hubungan Chang Kyun dan Joo Heon saat ini.

Joo Heon mengharuskan Chang Kyun untuk memberikan kabar padanya paling tidak tiga kali sehari. Bukan hanya itu. Jika Chang Kyun berangkat lebih awal, Joo Heon meminta agar Chang Kyun mengucapkan selamat pagi padanya melalui pesan singkat. Namun beberapa minggu terakhir hal itu semakin jarang dilakukan oleh Chang Kyun.

Joo Heon sempat berpikir bahwa mungkin saja Chang Kyun tengah sibuk belajar. Namun perubahan yang tiba-tiba itu tentu saja menyebabkan tanda tanya bagi Joo Heon.

"Mungkinkah dia sengaja melakukannya agar aku menghubunginya lebih dulu?"

Jun Hong yang baru saja kembali menatap heran pada sang senior yang tengah berbicara sendiri.

Jun Hong kemudian menegur, "Opsir Lee."

Joo Heon langsung menoleh, menatap penuh selidik meski tak ada hal yang mencurigakan. Hal itu terjadi karena refleks.

"Kapan kau kembali?" tegur Joo Heon.

"Baru saja," Jun Hong menggampiri Joo Heon.

"Kau menemukan kamar mandi?"

"Lalu?"

Jun Hong tersenyum lebar dan menjawab, "Aku pergi ke semak-semak."

Joo Heon menatap sinis lalu mencibir, "kenapa kau selalu mencari kamar mandi setiap berpatroli?"

"Itu karena Hyung sering membuatku berlarian."

"Apa hubungannya?"

"Tentu saja ada hubungannya. Ketika aku berlari, aku akan merasa haus. Oleh sebab itu aku terlalu banyak minum sebelum bertemu denganmu."

"Alasan macam apa itu?" Joo Heon terlihat kesal dan hendak menendang kaki Jun Hong, namun Jun Hong segera menghindar dengan tawa renyahnya.

Mengakhiri keributan yang mereka buat. Keduanya berdiri berdampingan. Jun Hong turut mengarahkan pandangannya ke tempat yang menarik perhatian Joo Heon.

Jun Hong kemudian menegur, "Hyung."

"Ada apa?" balas Joo Heon tanpa memandang sang lawan bicara.

"Aku penasaran. Kenapa Hyung selalu memperhatikan ke sana setiap kali kita berpatroli di sini?"

Joo Heon memandang Jun Hong. "Kau tidak tahu kenapa kita ditugaskan di sini?"

Jun Hong menggeleng. "Aku hanya mengikuti perintah atasan."

"Siapa atasanmu?"

"Opsir Lee Joo Heon." Jun Hong tersenyum di akhir kalimat, membuat tingkat kepercayaandiri Joo Heon melambung tinggi.

Joo Heon sekilas menepuk pelan tengkuk Jun Hong dan kembali memandang ke pertigaan yang sedari tadi menyita perhatiannya.

Joo Heon kemudian berucap sembari menunjuk ke arah pertigaan itu. "Kau lihat di sana. Di tempat itu sering terjadi kecelakaan."

"Padahal jalanannya di sini cukup sepi," gumam Jun Hong.

"Justru karena jalanan sepi, para pengendara mengabaikan himbauan keselamatan saat mengemudi. Kau ingin dengar cerita?" Joo Heon tiba-tiba berucap dengan suara yang pelan sehingga terdengar misterius.

"Cerita tentang apa?"

"Satu bulan yang lalu terjadi kecelakaan di sini dan salah satu korban tewas adalah seorang wanita muda."

"Lalu?"

"Aku dengar ... hantu wanita itu masih ada di sini dan sering mengganggu para pengendara yang lewat di sini."

Jun Hong menatap tak percaya sembari meraba tengkuknya. Sesungguhnya dia adalah pemuda yang takut dengan hal-hal seperti itu. Meski tidak ada bedanya dengan Lee Joo Heon.

"Hyung bercanda, kan? Hyung hanya ingin menakut-nakutiku saja."

Joo Heon menuju singkat lengan Jun Hong. "Kapan aku pernah bohong padamu?"

"Hyung tidak pernah bohong padaku?" Jun Hong tampak tak percaya.

Joo Heon lantas menyahut dengan kesal, "Ya! Kenapa melihatku seperti itu? Kau ingin aku mencongkel matamu?"

Jun Hong mundur satu langkah dengan wajah yang masam. Pemuda itu kemudian bergumam, "Kenapa selalu berteriak padaku?"

Jun Hong kemudian hendak kembali masuk ke mobil, namun saat itu perhatian mereka teralihkan oleh suara mobil yang datang mendekat dari kejauhan dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Apa-apaan orang itu?" gumam Joo Heon.

Joo Heon berjalan sedikit ke tengah sembari melambaikan tangannya, memberikan isyarat agar pemilik dari mobil sport berwarna merah itu berhenti. Namun pada kenyataannya mobil itu justru mengabaikan peringatan Joo Heon dan melewati sang petugas begitu saja.

"Ya! Dasar orang sinting! Berhenti!" maki Joo Heon yang langsung buru-buru kembali ke mobil.

"Ya! Ya! Cepat masuk, kejar mobil itu."

Kedua petugas patroli itu kembali ke mobil dan mengejar mobil merah yang telah melarikan diri. Joo Heon menyalakan sirine, sementara Jun Hong tetap memgambil kemudi.

"Cepat, cepat! Dia bisa menambah poinku," ucap Joo Heon.

Jun Hong lansung bergegas menyusul mobil yang sudah melesat jauh di depan mereka. Dan ketika jarak mereka tak begitu jauh, Joo Heon memberikan peringatan melalui radio komunikasi.

"Perhatian, perhatian ... 38 가 7389, Km 48. Harap menepi ... 38 가 7389, 38 가 7389, harap menepi ..."

"Eih ... apa dia orang dungu?" gumam Joo Heon.

Jun Hong menyahut, "Dilihat dari mobilnya sepertinya dia memiliki uang yang sangat banyak."

"Jangan bicara dan kejar saja dia."

Tampak kesal, Joo Heon kembali memberikan peringatan dengan memberikan sedikit penekanan dalam ucapannya.

"38 가 7389, berhenti sekarang. Apa kau dungu? Menepi sekarang juga ..."

Jun Hong tersenyum tak percaya. "Hyung, jangan lakukan itu. Kita bisa mendapatkan masalah lagi nanti."

Joo Heon tampaknya tak peduli karena setelahnya kebiasaan lamanya telah kembali. Tak cukup memberikan peringatan, Joo Heon memaki dan mengumpat si pengendara mobil sport merah itu.

"Gaesaekki! Ya!!! ¥€$&$&&$#&-%%--$#%%% Ya!!!!"

Jun Hong hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dan setelah adegan pengejaran selama lebih dari lima belas menit. Mobil yang dikendarai oleh Jun Hong berhasil mendahului si mobil merah. Jun Hong langsung membelokkan mobil dan menghadap jalan mobil merah itu.

"Eih ... para petugas yang pantang menyerah," gumam si pengemudi mobil merah yang mau tak mau harus menghentikan mobilnya.

Joo Heon turun dari mobil dan segera menghampiri si mobil merah untuk memberikan surat bilang. Berdiri di samping pintu mobil, Joo Heon sedikit merendahkan tubuhnya dan mengetuk kaca jendela lalu memberikan isyarat agar orang di dalam segera menurunkan kaca jendela.

Setelah menunggu beberapa detik tak ada respon, Joo Heon menegur dengan kesal. "Ahjussi ... turunkan kaca mobilmu."

Hanya dengan satu kali peringatan, si pengemudi mobil merah itu menurunkan kaca jendela mobilnya. Dan saat itu Joo Heon menatap jengah ketika mendapati bahwa si pengemudi bukanlah seorang pria dewasa seperti yang ia pikirkan, melainkan hanya seorang pemuda.

Pemuda itu membuka kaca mata hitam miliknya dan seketika membuat dahi Joo Heon mengernyit ketika ia mengenali pemuda itu.

Kim Han Bin, memandang Joo Heon dan memberikan senyuman yang terlihat cukup ramah.

"Apa kabar, Opsir Lee. Lama tidak melihatmu."

Joo Heon memalingkan wajahnya dan menggerutu, "Eih ... kunyuk sialan ini."

"Aku bisa mendengarmu, Sunbae," sahut Han Bin.

Joo Heon lantas kembali memandang Han Bin dengan tatapan malas. "Tunjukkan SIM dan surat kendaraanmu."

Han Bin dengan mudahnya memberikan apa yang diminta oleh Joo Heon, dan si petugas itu menjalankan tugasnya seperti biasa.

"Kau tahu apa kesalahanmu, Tuan Kim Han Bin?" tegur Joo Heon tanpa minat.

Han Bin mengendikkan bahunya. "Entahlah, aku sudah memakai sabuk pengamanan dan mengemudi denhan aman. Apakah aku sudah melanggar lalu lintas?"

Joo Heon memukul kepala Han Bin menggunakan surat tilang yang baru saja ia buat. Terlihat cukup kesal. Bahkan setelah tahun-tahun berlalu, dia masih saja mengingat wajah pemuda itu.

"Apanya yang berkendara dengan aman? Berandal satu ini," gerutu Joo Heon.

Joo Heon kemudian menyadarkan satu tangannya pada badan mobil milik Han Bin dan sedikit merendahkan tubuhnya. Keduanya saling bertemu pandang. Namun Han Bin masih tetap bersikap santai.

Han Bin menegur, "Apa lagi ... kau tidak lupa, kan siapa aku? Ah ... haruskah aku menghubungi kakakku untuk menyewakan pengacara untukku?"

Sudut bibir Joo Heon tersungging. "Sudah aku duga ... sejak awal kau memang hidup dalam bayang-bayang kakakmu itu. Kau pasti tidak pernah mengecewakannya."

"Kau ingin bertemu dengannya, Opsir Lee. Jika kau mau, aku bisa membuatkan janji untukmu."

Seulas senyum mengejek yang sudah membuat tangan Joo Heon gatal untuk memukul kepala pemuda itu. Berusaha untuk tak terprovokasi, Joo Heon tetap berusaha untuk berbicara dengan tenang meski sedikit mengancam.

"Ya! Dengarkan aku baik-baik ... aku tidak peduli siapa kakakmu," Joo Heon sekilas menepuk mobil Han Bin, "aku sudah sering melihat mobil yang seperti ini. Haruskah aku menjadikannya sebuah koleksi? Aku akan dengan senang hati memamerkannya ke publik. Bagaimana menurutmu?"

Han Bin bersikap seakan tengah mempertimbangkan sesuatu. "Aku pikir itu sebuah ide yang bagus. Tapi ... bagaimana tanggapan masyarakat ketika melihat seorang perwira polisi mengendarai mobil seperti ini? Mungkinkah perwira itu sudah menerima suap."

Netra Joo Heon memicing. Bukan apa-apa, tapi dia memang memiliki rekan yang mengendarai mobil seperti itu saat datang ke kantor. Tapi Joo Heon berani menjamin bahwa rekannya itu tidak menerima suap untuk bisa mengendarai mobil itu.

Han Bin tersenyum lebar, tampak mengejek. "Bagaimana? Kau masih tertarik dengan mobilku, Opsir Lee?"

"Tentu saja," sahut Joo Heon tanpa keraguan, "Ya! Kau kah itu?"

Dahi Han Bin mengernyit. "Apa yang kau bicarakan?"

"Kau dan teman-teman berandalmu itulah yang sudah menutup akses jalan saat dini hari," Joo Heon tersenyum penuh kemenangan, "kau tidak perlu repot-repot menyangkal. Akan aku pastikan untuk menangkapmu ketika kau berulah. Tunggu saja giliranmu, Kim Han Bin."

Han Bin tersenyum lebar. "Jangan lakukan itu, Opsir Lee. Jangan pernah berpikir untuk melakukannya."

Sudut bibir Joo Heon tersungging. "Kenapa? Kau akan menyuruh kakakmu itu untuk menyewakan pengacara terhebat di Korea Selatan? Apakah kau sebegitu takutnya dengan jeruji besi itu?"

"Tidak ... tentu saja tidak ...."

Han Bin menaruh sikunya pada jendela mobil dan mendekatkan wajahnya ke pintu agar bisa lebih dekat dengan Joo Heon.

Pemuda itu kemudian berucap dengan suara berbisik, "Jika kau melakukannya, bukan aku yang akan hancur. Kau ... kau pasti akan sangat terkejut. Maka dari itu ... aku akan berbaik hati dan memberikan nasehat pada Sunbae ... jangan pernah mendekati aku, jangan lakukan apapun jika kau tidak ingin kecewa. Sebenarnya ... aku mengatakan hal ini karena kasihan pada Sunbae."

Han Bin kemudian tersenyum lebar dan menepuk bahu Joo Heon beberapa kali.

"Selamat bertugas, Opsir Lee." Han Bin mengambil surat tilangnya dan menunjukkannya pada Joo Heon. "Terima kasih untuk hadiahnya."

Han Bin memberikan isyarat agar Joo Heon menyingkir karena ia ingin segera pergi dari sana. Joo Heon pun menegakkan tubuhnya, namun tatapan tajam yang sarat akan kekesalan masih tertuju pada Han Bin.

Han Bin kembali menghidupkan mesin mobilnya, namun saat itu ia merasa masih ada yang tertinggal.

"Ah ... satu lagi. Aku hampir lupa. Si buta itu, bagaimana kabarnya?"

Kekesalan Joo Heon semakin bertambah. Namun sebelum ia sempat bereaksi, Han Bin telah lebih dulu melarikan diri dengan membawa senyuman lebar di wajahnya.

"Ya!!! Aish ... jika bertemu lagi, akan aku patahkan lehermu!"

"Hyung mengenalnya?" tegur Jun Hong yang sedari tadi hanya menyimak percakapan keduanya.

Dengan kekesalan yang tersisa Joo Heon menjawab, "Juniorku saat SMA."

"Tapi kenapa kalian terlihat tidak rukun? Apakah kalian bermusuhan?"

"Dia dan kakaknya pernah merisak adikku. Sampai dia mati pun, aku tidak akan pernah melupakan perbuatan mereka."

Jun Hong menatap tak percaya. "Chang Kyun? Mereka melakukan itu pada Chang Kyun?"

Joo Heon memandang tanpa minat dengan wajah yang mengernyit.

"Sudahlah, jangan membuatku merasa kesal. Kita kembali sekarang."

Joo Heon berjalan lebih dulu kembali ke mobil dan diikuti oleh Jun Hong di belakangnya.

#BLIND# 


Yah, sekiranya itulah part baru BLIND yang tidak pernah publish di Wattpad. 😙😙

Teman-teman bisa baca di aplikasi Innovel yaa, dengan judul dan cover yang sama.

Gratis juga kok ☺️☺️

Salam

Vha
(23-06-2021)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro