SIX

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Minta dabel apdet kan??
Noh gw beri.. gw kabulin😁
kurang baik apa akutu😂😂

.
.
.

Jooheon menghela napasnya berat.

Sial. Mengapa dia harus satu sekolah dengannya?

Dan lihatlah sekarang! Setiap hari ia harus melihat wajah Changkyun muncul di hadapannya.

Jujur, Jooheon membenci segalanya yang ada pada anak itu. Wajahnya, senyumnya, tawanya. Semua, semua Jooheon membencinya!

Dia memang sudah membenci anak itu sejak pertama kali melihatnya dan menjadi adiknya.

Bagaimana tidak? Ayahnya mengadopsi Changkyun secara sepihak. Tanpa meminta persetujuan dari ibu, kakak dan dirinya?

Apalagi sejak kehadirannya di keluarga Lee, membuat ayah lebih memperhatikan Changkyun daripada Jooheon yang notabene-nya adalah anak bungsunya.

Okey! Sampai di situ Jooheon masih bisa menahan rasa bencinya. Sang kakak Hyunwoo pun hanya diam dan mengacuhkan begitu saja.

Tapi tidak ketika hal itu terjadi. Hal yang membuat keluarganya tak utuh lagi.

[Flashback On]

"Kajja Changkyun-ah!" ajak Tuan Lee yang disambut anggukkan oleh bocah enam tahun itu.

"Eoddie? Appa mau ke mana?" tanya Jooheon yang kala itu baru berusia 7 tahun.

"Appa mau mengantarkan Changkyun ke toko buku," sahut Tuan Lee sambil mengelus kepala Changkyun.

"Aku ikut," rengek Jooheon.

"Tidak Jooheon-ah. Kau di rumah saja bersama hyung-mu, kami tak akan lama."

"Wae? Kenapa tak boleh? Aku kan juga ingin melihat-lihat buku," sungutnya kemudian.

Tuan Lee tertawa renyah mendengar penuturan putranya.

"Kau ini. Bahkan buku yang kau beli sebulan lalu saja belum kau baca dan sekarang mau membeli lagi," ujar Tuan Lee usai tawanya.

"Tapi aku ingin ikut, kenapa hanya mengajak dia saja?" kali ini Jooheon mulai mengerucutkan bibirnya dan menatap Changkyun kesal.

Changkyun hanya menyembunyikan dirinya ke belakang tubuh Tuan Lee. Takut dengan Jooheon yang menatapnya tajam. Sampai sekarang ia masih belum bisa dekat dengan hyung yang satu ini. Meskipun Hyunwoo juga tidak, tapi setidaknya Hyunwoo lebih bisa bersikap dewasa.

"Appa, biarkan Jooheon hyung ikut," bujuk Changkyun pada Tuan Lee.

"Aku kan tidak meminta bantuanmu untuk membujuk Appa-ku," sengit Jooheon tak terima.

Changkyun semakin merapatkan dirinya di belakang Tuan Lee.

Tuan Lee sampai geleng kepala melihat sikap putranya yang satu ini.

"Astaga ... putraku ini memang pencemburu sekali, ya," ucap Tuan Lee sambil mengelus kepala Jooheon.

"Tapi ini hanya sebentar, jadi Appa mohon kau di rumah saja ya?"

Jooheon tak menjawab dan malah menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan bibir mengerucut.

"Baiklah, baiklah. Appa akan membelikanmu sepatu bola yang baru lagi jika kau mau tinggal," bujuk Tuan Lee yang sepertinya berhasil menarik atensi Jooheon.

Jooheon terdiam sesaat, bisa ditebak jika ia sedang memikirkan penawaran ayahnya.

"Baiklah. Untuk kali ini saja aku tidak akan ikut," sahutnya kemudian.

Tuan Lee akhirnya tersenyum lega mendengar keputusan putranya, kemudian beranjak dari rumah diikuti langkah kaki dari Changkyun kecil.

Belum sampai Tuan Lee melangkahkan kakinya keluar rumah, Jooheon kembali bersuara.

"Appa! Aku menanti janjimu!" teriaknya dari dalam.

"Nee Tuan Muda," ujar Tuan Lee gemas.

~

Seperti yang dikatakannya. Jooheon dengan setia menanti kepulangan Tuan Lee di depan pintu rumahnya. Hyunwoo yang melihat tingkah dongsaeng-nya itu hanya geleng kepala.

"Jooheon-ah. Mau sampai kapan kau menunggu di sana? Kemari dan duduklah, di sini juga bisa," ujarnya sambil menepuk tempat di sampingnya.

"Sirreo. Aku mau menunggu Appa di sini saja," sahut Jooheon tanpa menoleh.

"Ayolah, sudah tiga jam kau berada di situ."

"Sirreo!" ujarnya tegas.

Hyunwoo mendesah pelan. Namja 10 tahun itu hanya pasrah jika adiknya sudah keras kepala seperti itu.

Pada akhirnya Jooheon tetap menunggu di depan pintu sampai petang tiba. Tuan Lee yang ditunggu pun tak kunjung datang. Kali ini Jooheon menyerah, perutnya sudah terlampau lapar dan matanya tak bisa diajak kompromi.

Dia memutuskan untuk makan dan naik ke kamarnya untuk tidur. Hatinya sudah terlampau dongkol untuk tetap menanti kepulangan Appa-nya.

Dilihatnya Hyunwoo yang juga sudah terlelap di sofa karena menunggu Jooheon yang keras kepala. Pasalnya Nyonya Lee juga sedang tidak di rumah karena mengurusi bisnisnya di luar kota dan baru pulang larut malam nanti.

"Hyung, ireonha. Tidurlah di kamarmu," ucap Jooheon sembari mengguncangkan tubuh Hyunwoo pelan.

Tak perlu waktu lama membuat Hyunwoo terbangun. Karena Hyunwoo langsung membuka matanya setelah sentuhan pelan itu dan berjalan sedikit terhuyung menuju kamarnya.

~

Entah mimpi apa Jooheon semalam. Begitu pagi menjelang. Ia mendengar kabar bahwa ayahnya sudah pergi untuk selamanya. Mobil yang dikendarai Tuan Lee mengalami kecelakaan karena menghindari sebuah truk yang mana sopir truk tersebut dalam pengaruh alkohol.

Jadi hari itu menjadi hari terakhirnya bertemu dengan sang ayah.

Suasana duka menyelimuti keluarga Lee selama hampir sebulan lebih. Terutama Jooheon yang benar-benar tak menyangka bahwa ayahnya pergi sebelum menepati janjinya.

Bagaimana dengan Changkyun?

Ya, dia selamat dalam kecelakaan maut itu. Meski ia sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya warna dunia karena indra penglihatannya tak lagi berfungsi.

'Kejam! Bukankah ini tak adil. Mengapa Tuhan mengambil nyawa Appaku, sedangkan bocah itu tidak?!' Pikir Jooheon kecil.

[Flashback Off]

"Ya! Jooheon-ah! Apa yang kau pikirkan? Kau melamun?" Hyungwon menepuk bahu Jooheon pelan, tapi itu cukup untuk membuatnya kembali ke dunia sekarang.

"Ah, aniya. Bukan apa-apa," ujarnya pelan.

"Tadi kau seperti melamun. Wae? Apa yang kau lamunkan?"

"Kajja, pulang, aku tidak ikut jam tambahan hari ini," sahut Jooheon kemudian berdiri dan mengambil tasnya.

Baiklah sepertinya sahabatnya sedang dalam mood tidak baik. Hyungwon angkat tangan.

"Arrasseo, arrasseo. Pulanglah lebih dulu, aku akan ikut jam tambahan dulu. Akhir-akhir ini nilaiku turun dan Eomma mengancamku jika nilaiku makin buruk, aku tak boleh keluar rumah," jawab Hyungwon yang malah menumpahkan isi hatinya.

"Baiklah, see you."

"Yee."

#BLIND#

[Halte Bus]

"Heol! Dia lagi," ujar Jooheon kesal. Moodnya kini makin buruk.

Bertemu dengan Changkyun saat pulang sekolah merupakan kesialan tersendiri bagi Jooheon. Dan mungkin kesialan itu sedang terjadi padanya kali ini.

Dilihatnya Changkyun sedang duduk di bangku halte, menunggu bus. Dan nampaknya dia tidak sendiri. Dia bersama seorang namja yang Jooheon kenal sebagai Kim Dongyoung, juniornya di klub futsal.

Jooheon memutuskan untuk berdiri di bawah pohon dekat halte. Ia lebih memilih menjaga jarak dengan Changkyun yang pasti akan mengajaknya bicara jika ia di sampingnya. Karena dia harus melihat wajah polos Changkyun yang menurutnya menyebalkan.

"Changkyun-ah."

Changkyun memalingkan wajahnya menghadap Doyoung.

"Nee?"

Doyoung terdiam sesaat, "Eum ... kita teman sebangku dan aku teman dekatmu." Nada suara Doyoung terdngar menggantung.

"Maja, kau teman dekatku. Dan terimakasih sudah mau beteman denganku."

Doyoung menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya dalam sekali helaan.

"Tapi mengapa sampai sekarang kau masih belum mau terbuka padaku? Ceritakanlah tentang dirimu padaku. Paling tidak biarkan aku tahu sedikit tentangmu," lanjut Doyoung.

Changkyun terpaku begitu mendengar kalimat yang terlontar dari mulut sahabatnya. Hal seperti inilah yang ia takutkan jika berteman terlalu dekat dengan seseorang.

Doyoung menatap lekat wajah sahabatnya yang kini menundukkan kepala. Sekali lagi ia menghela nafasnya berat. Sesulit itukah terbuka pada sahabat sendiri? Sedangkan dirinya selalu menceritakan segalanya pada Changkyun seorang.

"Mianhae Doyoung-ah! Aku tak bisa, karena ini terlalu sulit untuk dijelaskan," sahut Changkyun pelan.

"Wae? Apanya yang sulit. Bukankah sesuatu akan lebih sulit jika ditanggung sendiri?"

Bus tiba di hadapan mereka. Dan itu menguntungkan bagi Changkyun pribadi.

"Baiklah aku pulang. Annyeong," ucap Changkyun singkat, kemudian berdiri dan memasuki bus.

"Nee. Annyeong," jawab Doyoung, ia pasrah karena lagi-lagi tak mendapat jawaban yang memuaskan. Mungkin belum saatnya, pikirnya.

Bertepatan dengan itu juga, Jooheon berjalan memasuki bus itu dan tak lupa menyapa Doyoung yang kebetulan beradu pandang dengannya.

"Annyeonghaseyo Doyoung-ssi," sapanya dengan senyum terkembang.

"Ah, Jooheon Sunbae? Nee annyeonghaseyo Sunbae," sahut Doyoung sama tersenyumnya.

Changkyun yang duduk tak jauh dari pintu masuk mendengar hal tersebut. Mengapa Jooheon bisa semanis dan seramah itu pada orang lain tapi tidak pada dirinya? Tentu saja menyakitkan menyaksikan Jooheon yang selalu ketus padanya tapi begitu ramah pada orang lain.

'Kapankah kau bisa sebaik itu padaku, hyung?' batin Changkyun dengan wajah sendunya.

Tapi itu tak berlangsung lama. Senyum manis kembali terukir di bibir indahnya.

'Ya, benar. Pasti saat itu akan tiba. Aku hanya perlu bersabar kan?'

#BLIND#

Aye aye... I am what I am Men🐺

Up lagi guys😄

Maaf ya pendek. Cuma 1.2k solanya😊

Lagian kan dabel ya nggak?😏

But happy reading guys😁

And don't forget to VOMMENT juseyo🙏

Salam

VhaVictory

(31-10-2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro