THIRTEEN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kwon Soonyoung?"
.
.
.

Changkyun mengusap air matanya dengan punggung tangan, berusaha menghentikan tangisnya sendiri yang nyatanya gagal karena kejadian tadi masih berputar di kepalanya. Ia kembali menangkupkan kedua lengan dan memeluk lututnya erat.

"Nee. Ini aku Kwon Soonyoung," sahut namja itu selembut mungkin. Oh.. aku berani bersumpah bahwa ini kali pertama seorang Kwon Soonyoung berucap halus pada korban bullynya.

Changkyun hanya membisu tanpa berniat menjawab ucapan lembut dari namja yang notabene nya adalah teman kelasnya sendiri sekaligus orang yang tadi siang baru saja mempermalukannya di hadapan para penghuni kantin.

"Hiks...." Changkyun kembali menagis dan enggan menampakkan wajahnya yang tersembunyi di antara kedua lengannya.

"Hei. Tenanglah mereka sudah tak di sini. Polisi sudah menangkapnya."

Jujur, ia bingung dengan apa yang akan dilakukannya sekarang. Sebelumnya ia belum pernah berhadapan dengan bocah yang sedang menangis. Hahaha... yah walau pun ia sendiri bocah, tapi ia tak pernah menangis.

Baiklah, sekarang ia harus apa?

Soon Young mengacak rambutnya frustasi.

"Haishh.. ayolah jangan menangis terus. Di mana rumahmu? Ayo kuantar."

Changkyun masih enggan mengangkat kepalanya. Bukan karena apa, ia hanya merasa sangat ketakutan dengan kejadian barusan. Mengerikan. Hanya itu yang ada di pikiran Changkyun.

"Yaaa... jeball uljima. Aku berjanji akan mengantarmu sampai rumah dengan selamat," ujar Soonyoung kali ini dengan nada memohon.

Sungguh ia tak tahu harus apa.

Changkyun segera mengangkat wajahnya begitu mendengar nada memohon dari seorang Kwon Soonyoung. Ia bahkan hampir lupa jika namja itu masih di sana.

Ia hanya diam dengan posisi mendogakkan kepala tanpa tahu di mana posisi Soonyoung.

"Hei. Bicaralah jangan diam saja. Apa kau mendegarku?" Soonyoung menepuk bahu Changkyun pelan dan berhasil membuat namja itu mendongak ke arahnya.

Changkyun menganggukkan kepala.

"Nee," sahutnya lemah kemudian berdiri.

Soon Young menghela nafas lega. Setidaknya bocah ini sudah berhenti menangis, pikirnya. Ia segera menyerahkan tongkat milik Changkyun yang disambut ucapan terima kasih dari pemiliknya.

"Kajja, tunjukkan arahnya kita jalan kaki. Aku akan menjagamu."

Changkyun tak memberi respon banyak selain mengangguk dan melangkah mendahului Soonyoung.

Sementara Changkyun berjalan dengan gontai di depan, Soon Young yang mengekor di belakangnya asik bergelut dengan pikirannya sendiri.

[Soonyoung POV]

Kalian pasti terkejut kan?

Kenapa aku bisa ada di sini?

Kenapa aku bisa berada di gang itu?

Kenapa aku yang menyelamatkan bocah buta ini?

Dan kenapa aku bisa sebaik itu mau menolong orang yang paling ku benci di sekolah?

Hei... ayolah jangan berlebihan kawan. Kau pikir aku tidak?

Aku sama terkejutnya dengan kalian. Ingin tahu jawabannya?

<Flashback On>

Aku baru saja pulang dari mini market setelah menghabiskan dua cup ramen dan dua kaleng soda.

Hari ini cukup melelahkan. Otakku sudah penuh dijejali dengan tumpukkan materi pelajaran yang bahkan aku sudah lupa setelah kakiku melangkah keluar kelas.

Awalnya aku ingin langsung pulang dan bergelung dengan kasur kesayanganku. Tapi aku sangat lapar, dan aku terlalu tidak sabar jika harus makan di rumah. Jadi mampir ke mini market dan makan beberapa cup ramen tak ada salahnya kan?

Hh... tapi rasanya tak seru jika Jinwoo tak ikut. Namja itu sudah dijemput oleh appanya begitu kami sampai di depan gerbang. Padahal kita membolos satu jam loh.

Aku cukup lama mampir di sana. Entahlah, malam ini suhu udara agak lebih dingin dari biasanya. Aku jadi malas bergerak.

Tapi mengingat eomma akan memarahiku jika aku pulang lewat tengah malam, dengan terpaksa aku beranjak dari dudukku kemudian menuju meja kasir dan membayar apa yang baru saja ku makan.

Aku keluar dari mini market dengan hoodie hitam yang sudah melekat di tubuhku, cukup untuk membuatku merasa hangat.

Tentu saja aku tak langsung pulang. Tenang saja ini kan masih jam 22.50, jadi masih ada waktu sekitar 1 jam 10 menit sebelum eomma menyuruh maid untuk mengunci seluruh pintu masuk rumah dan membiarkanku tidur di luar. Tega memang.

Kuputuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Yah walau pun aku tak tau kemana, yang jelas aku hanya mengikuti langkah kakiku saja, jika kurasa sudah cukup puas maka aku akan pulang. Tidak jelas memang tapi siapa tahu aku menemukan hal yang menarik.

Dan benar saja, saat aku sedang melewati sebuah gang yang memang menjadi tongkrongan para preman dan brandal jalanan. Aku melihat sebuah pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Ya, para berandal itu sedang melancarkan aksinya.

Wow, lihatlah mereka sedang memeras anak sekolah rupanya. Dari seragamnya bisa ku tebak dia salah satu siswa di sekolahku, seorang namja bertubuh kecil.

Cih!

Itulah nasib orang lemah. Selalu ditindas, diperas dan dianiaya. Dan aku benci orang lemah. Itulah kenapa aku selalu menganggu si buta Im Changkyun. Orang cacat dan lemah sepertinya tak pantas bersekolah di sekolah elit, hanya memperburuk citra sekolah saja.

Aku benci Im Changkyun!

Atensiku beralih pada pemandangan tak jauh dari tempatku berdiri.

Hei! Apa yang preman itu lakukan?

Tunggu! Me-mereka melecehkan namja mungil itu!

Tidak! Tidak! Tidak!

Bukan ini yang aku inginkan!

Aku hanya suka melihat orang lemah ditindas, bukan dilecehkan!

"Bocah buta sialan! Kau harusnya merasa beruntung bisa bermain bersamaku. Tidak semua jalang bisa menyentuhku!"

Apa dia bilang? Buta?

Seingatku di SMA Kyunggi, siswa disabilitas buta hanya ada 3 orang. Satu seorang yeoja kelas 2, dan 2 orang lainnya adalah namja. Yaitu Im Changkyun dan Jung Jaehyun siswa tingkat akhir.

Dia namja dan dia bisa dipastikan bukan Jaehyun sunbae, karena dia pendek. Jadi dia....



Im Changkyun!

Ya! Benar, dia Im Changkyun.

Sial! Mereka melecehkan bocah itu.

Apa yang harus aku lakukan?

Aku benci Im Changkyun, tapi aku lebih benci pelecehan.

Kenapa?

Noonaku jadi gila karena pelecehan seksual dan tahun ini dia meniggal bunuh diri akibat depresi.

Ku raih ponsel disaku celanaku dan kuhubungi polisi terdekat.

Dan setelah itu dengan segala kebodohan yang ada, aku datang menyelamatkan bocah buta itu.

Percayalah, ini adalah hal terbodoh yang kulakukan selama hidupku. Menyelamatkan orang yang selama ini ingin kulenyapkan.

<Flasback Off>

Itulah yang sebenarnya terjadi. Asal kalian tahu saja, aku malas jika berurusan dengan orang yang bahkan tidak dekat denganku.

Tapi melihat kondisinya sekarang, sisi kemanusiaanku muncul begitu saja.

[Soonyoung POV end]

"Eoh? Apa sudah sampai?" Soonyoung hampir menabrak punggung Changkyun jika saja ia tak menghentikan lamunannya.

Changkyun hanya menganggukan kepalanya dan terdiam di depan pintu, nampak ragu untuk memencet bel.

"Biar aku saja," ujar Soonyoung mengambil alih untuk memencet bel.

Cukup lama menanti sampai pintu terbuka dan menampakkan seorang namja dengan wajah mengantuknya.

"Nuguya? Kenapa bertamu selarut ini?" tanyanya dengan mata setengah tertutup.

Soonyoung mematung. Terlalu banyak kejutan dalam semalam.

"Hyung-nim?"

Jooheon mengucek matanya. Memastikan bahwa suara yang ia dengar sama dengan orang yang diduganya.

"Kwon Soonyoung?"

Soonyoung membuka mulutnya beberapa saat sebelum akhirnya berhasil menguasai diri. Yah, mereka sama-sama terkejut.

"Kenapa kau bisa sampai di sini? Dan... oh.. Changkyun?" Jooheon semakin terkejut saat mendapati Changkyun berdiri di belakang hoobaenya hanya menundukkan kepala.

Jooheon memandang penampilan Changkyun dari atas hingga bawah, berantakan dan kotor. Dan kemana jas almamater sekolahnya? Ia melayangkan tatapan bertanya pada Sonyoung.

"Sebaiknya kau suruh dia membersihkan dirinya dulu dan biarkan aku yang menjelaskannya," sahut Soonyoung menanggapi tatapan dari Jooheon yang terkesan mengintimidasinya.

"Arrasseo. Masuklah," ucap Jooheon melebarkan pintu yang awalnya hanya terbuka setengahnya.

"Dan kau pergi ke kamarmu kemudian bersihkan dirimu," perintahnya pada Changkyun yang hanya dijawab dengan anggukkan oleh namja itu. Aneh, pikir Jooheon.

#BLIND#


Jooheon hanya bisa geleng kepala mendengar penjelasan dari Soonyoung. Ia masih tak percaya dengan semua penuturan yang keluar dari mulut juniornya ini. Apa ia tak salah dengar? Pelecehan katanya? Dan itu terjadi pada 'adiknya'?

Sungguh, bagaimana mungkin?

"Kau tak berbohong kan?" Jooheon menatap  Soonyoung tak percaya.

Soonyoung memutar bola matanya malas.

"Apa aku pernah berbohong padamu? Lagi pula sudah berapa tahun kau mengenalku, hyung? Dan sejauh kau mengenalku, apa aku pernah mengatakan kebohongan padamu?"

Jooheon dibuat bungkam dengan pernyataan dari hoobae yang memang sudah akrab dengannya hampir 4 tahun itu. Ya, Soonyoung adalah juniornya sejak ia duduk di bangku SMP.

"Dan sekarang aku butuh penjelasan darimu, hyung," namja itu menatap Jooheon dengan raut wajah seriusnya.

"Apa? Penjelasan apa?"

Soonyoung sungguh jengah dengan sikap Jooheon yang menyebalkan ini.

"Kenapa Changkyun tinggal di sini? Setahuku kau anak bungsu Tuan Lee kan?" tanya Soonyoung yang berhasil membuat Jooheon  bungkam.

Jooheon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memang belum pernah bercerita pada Soon young tentang Changkyun. Lagi pula ia juga tak menyangka Soon Young aka satu kelas dengan Changkyun.

"Hyung! Kenapa diam?" suara Soon Young mengiterupsi kebisuan Jooheon.

"Eoh... itu... dia.. dia.. dongsaengku," jelasnya yang membuat Soon Young membulatkan mata sipitnya.

"Mwo?! Dongsaeng?!" pekik Soon Young dengan suara naik satu oktaf.

"Pssttt... kau bisa membangunkannya bodoh!"

Soonyoung refleks menutup mulutnya.

"Mian."

"Tapi mengapa kau tak pernah menceritakan padaku jika kau punya adik?"

"Dan mengapa nama marganya berbeda? Sampai aku tak menyangka jika dia adikmu?"

"Dan.. ah.. kau pasti sudah tahu kalau aku sering mengganggunya di sekolah kan? Dan kenapa kau hanya diam?"

Soonyoung semakin tak mengerti dengan alur cerita yang terjadi. Sebenarnya ia merasa tak enak hati jika korban bullynya adalah adik dari senior panutannya.

"Arra arra. Chamkanman, aku akan menjelaskannya satu persatu," Jooheon mengisyaratkan juniornya agar berhenti menghujaninya dengan bermacam pertanyaan. Kepalanya tiba-tiba pusing.

Ia menarik nafas dengan rakus dan menghembuskannya dengan kasar juga.

"Dia adalah dongsaengku, bukan saudara kandungku. Ia hanya anak angkat yang di adopsi appa entah dari mana dan soal marga, eomma tak mengizinkan ia berganti marga Lee," jelasnya singkat yang disambut dengan anggukan dari si junior.

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Aku tak pernah melihat interaksi kalian di sekolah, kenapa?"

Jooheon nampak befikir, mencoba menemukan jawaban yang tepat untuk disampaikan pada Soonyoung.

"Ah... sudah hampir tengah malam. Pulanglah, eomma mu pasti akan marah jika kau pulang lewat tengah malam kan?"

Jooheon mencoba mengalihkan pembicaraan dan nampaknya berhasil. Terlihat Soonyoung langsung melihat ke arah arlojinya dan disusul dengan tepukan di dahinya sendiri.

"Maja. Aku harus segera pulang, hyung!"  ujarnya kemudian beranjak dari duduknya.

Jooheon hanya menyeringai kecil, puas dengan apa yang dilakukannya. Ia ikut beranjak dan mengantar Soon Young sampai ke depan pintu.

"Baiklah, hyung. Aku pulang dulu. Annyeong," ujarnya sebelum melesat.

"Sampaikan salamku untuk bibi Kwon."

"Nee!" Sahutnya berteriak.

Jooheon hanya bisa geleng kepala melihat tingkah hoobaenya kemudian kembali memasuki rumahnya.

Rumah memang sedang dalam keadaan sepi. Hanya ada dirinya yang menghuni rumah besar itu, tentu saja sebelum Changkyun pulang. Eomma sedang mengurusi bisnisnya di luar kota dan Hyunwoo tidur di kampus karena tugas yang menumpuk.

Jooheon berdiri di hadapan pintu kamarnya, berniat untuk melanjutkan tidurnya yang terpotong.

Diliriknya pintu yang bersebelahan dengan kamarnya itu.

Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Apa sebaiknya aku melihat keadaannya dulu?

Pertanyaan itu terus berputar di kepala Jooheon.

Ia menimang antara masuk atau tidak. Namun tubuhnya tak sejalan dengan hatinya. Belum selesai ia memutuskan antara masuk atau tidak, kakinya sudah melangkah begitu saja dan tanpa sadar tubuhnya sudah berada di dalam kamar yang bahkan tidak pernah dijamahnya selama hampir 10 tahun ini.

Hah? Kosong?

Ya, kamar itu kosong. Jooheon tak mendapati keberadaan Changkyun saat memasuki kamar tersebut.

Terdengar bunyi kran air yang menyala dari arah kamar mandi. Apa bocah itu sedang mandi? Hei, tapi ini sudah hampir satu jam sejak dia memerintahkannya untuk membersihkan diri.

Perasaan was-was menghinggapi hati Jooheon, membuat namja itu bergegas berjalan mendekati pintu kamar mandi dan membukanya. Mata sipitnya membulat sempurna.























"Yak! Im Changkyun apa yang kau lakukan?"

#BLIND#

Wkwk..

Greget nggak pas lagi seru-serunya malah bersambung😂😂

Sengaja 😜

Kali ini aku lagi males ngebacot

See you next chap👋👋

Sebelumnya VOMMENT juseyoo

Salam

VhaVictory
(05-12-2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro