Fate 02: Payung.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ryuu tidak claim KnB. Hanya OCnya saja.

**

Gadis itu terdiam. Akashi memandang gadis itu dengan tatapan datar. "Hei, (Y/N)?" Panggilnya.

Gadis itu tidak menjawab, melainkan tersenyum.

Akashi's POV

'Ah, satu lagi gadis matre yang aku temui.' Ucapku membatin.

"Namamu bagus juga." Ucap gadis itu.

Sontak aku menoleh ke arahnya sambil terkejut dan memberikan tatapan apa-katamu?

Gadis itu tersenyum lembut ke arahku. Jujur saja, aku tidak menyangka ia akan mengatakan hal itu.

"..Jadi, Akashi, rumahmu dimana?" Tanya (Y/N) kepadaku. Aku tidak menjawabnya melainkan hanya menatap kosong jalanan yang kini digenangi air.

"Heii. Aku sedang berbicara denganmu, Akashi! Tidak baik mengabaikan orang seperti it—" (Y/N) tidak melanjutkan kalimatnya karena terkejut olehku yang tiba-tiba berdiri.

"Aku bisa pulang sendiri. Kau pulang saja sana. Terima kasih atas payungnya." Ucapku dingin sambil meninggalkan (Y/N) yang terlihat masih memproses kejadian yang baru saja terjadi.

Seperempat detik kemudian, ia berdiri dan berlari ke arahku. "Tu-tunggu!!"

Nafasnya terengah-engah tatkala ia berjalan di sampingku. Kami berjalan cukup jauh dari tempat peristirahatan kami. Aku menyadari ada yang aneh darinya. "(Y/N), dimana payungmu?" Tanyaku.

(Y/N) terdiam dan tak lama berteriak. "ASTAGA! AKU LUPA MEMBAWANYA!!"

Ketika ia baru melangkahkan kakinya untuk kembali ke gazebo tadi, aku memegang tangannya. "Tunggu disini. Biar aku yang ambilkan payungnya untukmu." Ucapku sambil meninggalkan (Y/N) dan berjalan kembali ke arah gazebo tadi.

**

(Y/N)'s POV

Sudah hampir 30 menit berlalu, namun aku belum juga melihat ke hadiran Akashi. Aku membuka ponselku dan melihat nama Kuroko disana. Aku tersenyum melihatnya. 'Kuroko menelfonku.' Ucapku membatin.

Aku mengangkat telfon masuk itu dan mulai berbicara dengan yang ada di seberang sana. "Halo?"

"Oh, (Y/N), kau mengangkatnya." Ucap orang diseberang sana dengan nada yang datar. "Karena kau menghilang begitu saja, aku jadi khawatir sesuatu terjadi padamu." Lanjutnya.

Aku tertawa kecil. "Tidak. Tidak terjadi apa-apa denganku, kok. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Ucapku ramah. "You're indeed like my brother, Kuroko." Lanjutku.

"Berhenti menggodaku, (Y/N). Sebagai teman kecilmu, sudah sepantasnya aku mengkhawatirkanmu, bukan?" Tanya Kuroko.

Aku tersenyum. "Iya. Terima kasih, sekali lagi. Dan, oh! Apa kau masih ada di sekolah? Masih di ruang basket?" Tanyaku.

"Iya. ada apa?"

"Ajari aku bermain basket, lain kali, ya?"

".."

Kuroko tidak langsung menjawabnya. Melainkan ia sedikit tersedak. "Bodoh. Akan aku tutup telponnya. Cepat pulang kerumah sebelum aku jadi sasaran ibumu."

Tuut tuut.

Telfon langsung di tutup seraya Kuroko mengatakan itu. Ketika aku membalikkan badan, aku terkejut dan menjatuhkan diriku ke aspal. Akashi ada dibelakangku. 'Se.. sejak kapan?' Tanyaku dalam hati.

"Ini payungmu." Ucap Akashi dingin sambil memberikan payungnya padaku. Aku menerimanya dengan ragu-ragu dan tersenyum lembut ke arahnya.

"Terima kasih, Akashi."

Ia tidak menjawabnya. Namun ia mengalihkan pandangannya dan langsung berjalan melewatiku. Aku sedikit terkejut melihatnya. Aku berdiri dan mengejarnya lagi. Aku tersenyum ketika mengingat ada sedikit semburat merah di pipi milik pemuda bersurai merah itu.

Sepanjang perjalanan, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Aku yang ragu-ragu ingin membuka percakapan, takut kalau topik pembicaraannya tidak sesuai dengannya atau mungkin ia lebih suka diam.. di lain sisi, aku melihat Akashi. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu.

Aku mengalihkan pandanganku ke jalanan dan terus melanjutkan perjalanan.

Akashi berhenti berjalan dan menatapku dari belakang. "Ini rumahku. Aku duluan." Ucapnya.

Aku menoleh dan tersenyum. "Baiklah. Sampai ketemu besok, Akashi." Ucapku ramah sambil memberikan senyuman dan melambai ke arahnya tak lama berjalan meninggalkan Akashi.

**
Normal POV

(Y/N) terus melanjutkan perjalanannya. Ia berhenti di perempatan gang rumahnya dan merasakan getaran pada ponselnya. Ia mengambil ponselnya dan melihat nama sahabat masa kecilnya disitu. Ia tersenyum dan tak lama ia mengangkatnya.

"Halo, Kuroko?"

"Oh, (Y/N). Kau ada dimana sekarang?" Tanya Kuroko dari seberang sana.

"Di perempatan gang dekat rumah. Ada apa?" Tanyanya.

"Bisakah kau kembali ke sini sebentar? Ke gazebo di depan danau?" Tanya Kuroko dengan nada datar yang sedikit khawatir.

'Gazebo di depan danau? Bukankah itu tempat aku dan Akashi tadi beristirahat?' Tanya (Y/N) membatin. "Bisa saja. Ada apa, Kuroko?" Tanyaku.

"Louis! Ia.."

"Oi, Kuroko! Sudah belum telfon (Y/N)nya?! Kita harus cepat-cepat membawa Louis ke rumah sakit!"

(Y/N) mendengar suara Kagami dari seberang. (Y/N) membuka mulut, hendak berbicara. Namun Kuroko memutuskan sambungan telponnya.

"Tch." (Y/N) ber-tch ria dan berlari kembali ke arah gazebo tadi.

**

Akashi's POV

Dari balik tiang listrik ini, aku melihat (Y/N) berlari ke arah kami berjalan sebelumnya. Ku rasa ia ingin kembali ke arah gazebo tadi.

Aku berlari mengikutinya dari belakang. Sambil sesekali bersembunyi.

Aku tersenyum ketika mengingat kejadian di gazebo tadi. Aku masih mengingatnya dengan jelas.

-Flashback-

"Tunggu disini. Aku yang akan mengambilkan payungnya untukmu." Ucapku tak lama berjalan meninggalkan (Y/N) dan kembali ke arah gazebo.

Sesampainya aku di sana, ekor mataku menangkap seorang pemuda bersurai pirang sedang menatapku sinis dari balik pohon. Aku berjalan menghampiri pemuda itu dan membuka jaketku.

"Hei, kau." Ucapnya dingin. "Apa keperluanmu disini?" Lanjutku.

"Akashi! Apa yang kau lakukan?!" Tanyanya balik sambil membentakku.

Aku menatap pemuda itu dengan tatapan kosong. Tak lama memberikannya seringaiku. "Kau.. cemburu melihatku berjalan berduaan bersama dengan (Y/N)?"

Mata pemuda itu membulat. Tanda ia terkejut. Ia memelototiku dan meneriakiku. "Jangan macam-macam, kau! Jangan mentang-mentang kau anak konglomerat dan kau paling disukai banyak perempuan di sekolah, kau jadi sombong!" Seru pemuda itu.

Aku menutup kedua telingaku dengan kedua telapak tanganku. "Ya ya. Terserah apa katamu. Suaramu membuat telingaku sakit. Bisakah kau hentikan itu? Kau hanya membuat polusi udara saja, sampah."

"Apa.. katamu?!"

"Aku menyebutmu sampah. Apakah kau puas, sampah?" Tanyaku dengan seringai.

Pemuda itu mengepalkan tangannya dan berniat memukulku, tapi aku dengan cekatan mengeluarkan guntingku dan menusuk perutnya. Pemuda itu terjatuh dan merintih kesakitan.

"Ada kata-kata terakhir?" Tanyaku kepada sampah malang yang satu ini.

"Go to hell, motherfucker." Ucapnya sambil setengah berteriak.

Aku menyeringai lagi. "Fine. You go first." Ucapku lalu menusuk perutnya berkali-kali dengan gunting yang ada di tangan kananku.

Aku tertawa puas dan berdiri. Aku ingat kalau aku harus mengambil payung milik (Y/N) dan mengembalikannya. Aku berjalan meninggalkan sampah itu disini dan mengambil jaketku yang aku lepas sembarangan dan memakainya. Tak lama, aku kembali ke gazebo dan mengambil payung (Y/N) dan pergi meninggalkan gazebo itu.

-end of flashback-

Dan disini aku sekarang. Berdiri dari balik semak dan memperhatikan (Y/N) dengan seksama dari belakang. Helai (h/c) miliknya yang sedikit tertiup angin dan wajahnya yang terlihat panik, membuatnya terlihat tambah cantik, dimataku.

Ekor mataku menangkap pemuda bersurai biru muda dengan tatapan datarnya. 'Itu Kuroko.' Ucapku membatin. Kuroko adalah sainganku di klub basket.

Caranya bermain basket memang berbeda dari yang lain. Di tambah, ia adalah sahabat masa kecilnya (Y/N). Ia sukses membuatku mual.

Ingin rasanya aku mengakhiri hidup pemuda itu. Namun aku harus menahan diri karena ada Kagami disana. Aku menahan tawaku ketika mengingat nama Kagami. Ia berlagak seperti bodyguard (Y/N) dan Kuroko. Ia selalu berusaha melindungi (Y/N) dan Kuroko dari apapun. Mungkin sebaiknya aku mengakhiri hidup Kagami terlebih dahulu.

Baru ketika aku ingin berpindah posisi, mataku menangkap kalau Kagami memegang pundak (Y/N) dengan tatapan serius.

'Apa yang akan kau lakukan, bodyguard? Ingin mengambil kesempatan disaat majikanmu tidak ada, ya?' Tanyaku dalam hati.

Kupingku samar mendengar percakapan mereka.

"(Y/N), aku akan jujur padamu. Aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu." Ucap bodyguard itu dari sana.

Tatapanku langsung berubah menjadi kosong dan tangan kananku refleks mengambil gunting dari saku jaketku. Hendak aku berlari keluar, aku kembali tersadar ketika melihat Kuroko berjalan dari kejauhan.

"Ambulance akan segera datang. (Y/N), kau pulang saja duluan. Aku dan Kagami akan mengantar Louis ke rumah sakit. Nanti kau dimarahi oleh ibumu." Ucap Kuroko.

Aku memasukkan guntingku ke jaketku kembali dan berjalan menjadi tempat persembunyian lain.

'Nasib baik, Kuroko datang, bodyguard. Kalau tidak, nyawamu akan melayang di sana juga.' Ucapku membatin.

Aku melihat (Y/N) berjalan ke arah rumahnya. Aku mengikutinya dari belakang. Setelah ia memasuki gerbang, aku yakin kalau itu adalah rumahnya. aku keluar dari tempat persembunyianku dan berjalan ke arah depan rumahnya untuk memastikan seperti apa bagian depan rumahnya. Aku hanya ber-oh ria ketika melihat bagian depan rumahnya. Aku berjalan mendekati pagar rumahnya dan melihat papan nama yang tertera di tembok samping pagar.

(L/N).

Aku melirik sedikit ke arah pintu masuknya dan menghafalkan nomor rumahnya. (F/N)**.

Setelah aku yakin semuanya baik-baik saja, aku kembali ke rumahku dan segera tidur.

**

To be continue.
Next chapter,
Fate 03: Notebook.

*p.s:

Untuk lambang ** pada tulisan (F/N) itu maksudnya Favorite number. Jadi, nomor favorit kalian. Berhubung itu juga maksudku Akashi sedang menghafalkan nomor rumah kalian.
ヽ(•̀ω•́ ) oh, yeah. :v until jelasnya juga, (F/N) bisa juga di artikan sebagai First Name. Atau nama depan. Tapi ryuu make (Y/N) aja. xD so, see you next chapter!

Dan sorry updatenya lama karena lack of ideas. ;v;)/ whelp. xD

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro